Gue terduduk lemah ketika sampai di tempat Papa gue istirahat. Disamping makam yang udah banyak tumbuh rumput-rumput tinggi ini gue sekarang.
Gue pandang batu nisan yang terukir nama Papa gue. Gue tersenyum miris, enggan air mata gue keluar. Mungkin saja sudah lelah untuk keluar.
Gue menengadahkan tangan gue , lalu memanjatkan doa buat Papa tercinta.
"Pa, andai aja Papa masih ada disisi kami, pasti Amora akan sangat bahagia. Pasti Mama nggak akan kenal sama Om Andra, dan pasti ada orang yang selalu belain Amora, akan ada orang yang selalu sayang sama Amora"
Gue terkekeh seketika. Buat apa gue berandai-andai jika takdir gue udah di tentuin sama Tuhan dari sebelum gue lahir kedunia ini.
"Kenapa Mama harus nikah lagi sama Om Andra? Mama nggak sayang lagi sama Amora Pa. Papa juga udah lain alam sama Amora. Nggak ada yang sayang sama Amora, "ucap gue lemah menerawang jauh kedepan, entah apa yang kini gue rasakan. Inikah yang namanya kehampaan? Hufff.....
" Ada kok, "
Gue ngejapin mata, siapa yang ngejawab? Nggak mungkin Papa. Ah, kok gue merinding ya? Eh, mana ada setan pagi gini. Apa ada setan kesiangan?
Gue beraniin noleh kebelakang, Amora, pantang takut. Gue bulatin mata ga percaya gitu.
"Razel? " Kenapa ni cowok ada disini? Sejak kapan pula tu orang diri di belakang gue.
Si Razel jalan dan ikut nyongkok di samping makam Papa, dihadapan gue.
"Lo dikelilingi dengan orang-orang yang menyayangi lo Ra, tapi lo nya aja yang nggak nyadar"kata si Razel.
Gue hembusin nafas kasar, " Lo ngapain disini? "tanya gue.
" Tadi gue lihat lo naik angkot yang arahnya nggak ke sekolah, trus gue ngikutin lo deh sampai kesini"
"Trus lo nggak sekolah? Ini udah telat lho Zel"kata gue sambil ngelihat jam yang ngelingkar ditangan gue.
" Lo sendiri? "
"Gue....gue...em....gue malas ah sekolah, gue mau disini aja seharian ini" Gue nunduk malu ama si Razel.
"Yaudah gue temanin lo"
Gue ngangkat kepala dan noleh ke dia , dengan senyum manisnya mampu ngehipnotis gue beberapa detik.
"Eh, nggak bisa gitu. Kok lo ngikut-ngikut gue bolos? "
"Nggak papa, gue mau temanin lo, ntar kalau lo diculik gimana? "
"Udah sana lo, sekolah gih. Gue pengen sendirian disini, gue mau cerita sama Papa gue, gue nggak mau ada orang lain"
"Gue disini Ra, gue nggak dengar kok lo ngomong apa ke Papa lo"
Ck! Kenapa hidup gue gak pernah tenang? Ada aja yang ganggu.
"Tau ah. Gue udah nggak mau disini lagi"
Gue beranjak berdiri , keknya gue gak bisa curhat ama Papa kali ini.
"Hei, lo mau kemana? "
Gue berhenti ngelangkah, ngangkat kedua bahu , gue juga gak tau tujuan gue mau kemana.
"Ikut gue" Si Razel main tarik gue keluar dari area pemakaman ini.
"Lo mau bawa gue kemana? Gue lagi nggak mau sekolah Zel, lo kalau mau sekolah silahkan"
"Gue tau sekarang lo lagi nggak mood sekolah. Kita jalan-jalan aja yok. Gue bakal bawa lo keliling kota seharian ini"
Kali ini gue nurut aja, gue naik ke boncengan motor si Razel. Dengan sebelumnya dia kasih gue jaketnya biar gak kelihatan baju seragam gue. Dia juga ngelepasin baju seragamnya yang ngelihatin baju kaos hitam bergambar gitar yang dia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Teen Fiction[PROSES REVISI] Hidup adalah sebuah misteri, dan kematian adalah hal yang pasti. Semua yang datang akan pergi, dan semua yang bernyawa akan pasti mati. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang menurut kita baik, dan kita tidak bisa menahan orang yang...