Gue ngejauhin wajah gue dari dada bidang dia buat ngelihat hasil karya gue disana. Wow, bajunya udah basah gegara air mata gue. Kepala gue yang menindih lengannya dengan nyaman sebagai bantal gue.
Gue ngedongakkan kepala gue buat natap dia yang ternyata dia juga lagi natap gue. Ini kali pertamanya gue bisa sangat dekat sama Om Andra.
"Om"
"Hm.... " Senyum tulus dan mata sendunya tak pernah hilang dari hadapan gue.
"Amora boleh nanya? "
"Tanya apa sayang? "
Gue kembali natap dadanya yang udah basah itu, nunduk buat ngehindar dari tatapan yang sungguh, buat gue merasa sangat bersalah padanya.
"Om kenapa mau nikah sama Mama ? Om kenapa mau nerima saya, Rifki dan Nevan? Om kenapa masih perduli sama saya padahal saya selalu jahat sama Om? "
Om Andra kembali narik pala gue dengan lembut buat kembali nempel di dada bidangnya itu, ajaibnya gue ga berontak malah ngerasa nyaman banget.
"Karena Mama kamu wanita yang luar biasa, wanita yang kuat, wanita yang tegas dan bisa membimbing anak-anaknya menjadi anak yang baik. Saya mencintai Mama kamu , dan menerima ketiga anaknya yang baik-baik akhlaknya"
Saya gak sebaik apa yang om bilang itu Om, apanya yang baik? Jelas-jelas situ tau gue kek gimana orangnya. Hufft....
"Kenapa saya peduli sama kamu? Karena saya menyayangi kamu lebih dari apapun yang saya punya di dunia ini, kamulah satu-satunya putri kecil saya meski kamu bukanlah darah daging saya, tapi saya tetap menganggap kamu sebagai anak kandung saya, anak yang selalu saya lindungi dan kasihi, yang selalu berusaha saya cukupi segala kebutuhannya. Kamu, Rifki, dan Nevan adalah anak-anak saya juga. "
Gue tertegun, sebegitu kah dia menyayangi gue? Ah, dia benar-benar malaikat.
"Sebelum saya menikah sama Mama kamu, saya sudah berjanji pada almarhum Papa kamu di depan kuburnya. Saya akan menjaga dan mendidik anaknya hingga kalian dewasa, memenuhi segala kebutuhan kalian, mencurahkan kasih sayang kepada kalian, saya telah berjanji akan mengorbankan apapun untuk kebahagiaan kalian, karena saya mencintai kalian"
Tak ada kata yang mampu gue ucapkan lagi, apa yang harus gue lakuin lagi? Gue sungguh tak berdaya.
Apa yang harus Amora lakukan saat ini Pa?
***
"Amora sayang.....bangun nak"
Gue menggeliat sembari ngumpulin nyawa gue kembali. Gue ngejapin mata, dan ngelihat siapa orang yang ngebangunin gue, rasanya itu suara yang udah hampir lima tahun ini gak gue dengar lagi.
"Papa? " Gue langsung loncat ke pelukan Papa yang langsung disambut oleh Papa.
"Kamu tuh harus biasakan bangun subuh, shalat subuh dan penuhi kewajiban kamu sebagai hamba Allah. Doain Papa ya nak, "
"Iya Pa, tapi Amora masih ngantuk"rengek gue.
"Makanya dibiasain, jangan terbiasa ninggalin shalat. Amora sayang kan sama Papa? "
"Tentu dong pa"
"Amora janji ya sama Papa akan jadi anak yang solehah, biar Papa nggak tersiksa nak"
"Iya Pa, Amora janji, tapi Papa jangan pergi lagi ya Pa"
"Papa nggak pernah pergi sayang, Papa selalu ada di dekat kamu, akan ada seseorang yang nanti akan memberikan apa yang kamu rindukan dari Papa disaat kamu tidak bisa menemukan Papa. Cintai dia nak seperti Amora mencintai Papa ya sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Jugendliteratur[PROSES REVISI] Hidup adalah sebuah misteri, dan kematian adalah hal yang pasti. Semua yang datang akan pergi, dan semua yang bernyawa akan pasti mati. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang menurut kita baik, dan kita tidak bisa menahan orang yang...