"Sayang!"
Altair yang tengah berdiri tidak jauh di mana Alana baru saja melangkahi koridor, langsung menoleh saat seseorang berseru. Siska—gadis itu sudah ada di belakangnya. Melambaikan tangan, sambil mengembangkan senyum, yang menurut semua orang manis, tetapi Altair juga tidak bisa bohong. Dekat dengan Alana. Wajah Siska itu gampang membosankan. Beda dengan Alana, meski cupu begitu, Altair tetap enak mengamatinya.
"Lo udah berangkat? Tumben amat." Altair memang cuek. Namun, Siska tetap menerimanya. Meski begitu, di mata Siska, Altair sosok yang romantis diam-diam. Seperti malam itu—diam-diam Altair mengajaknya ke resto untuk makan berdua.
"He'em! Gue belum ngerjain pr soalnya hehe. Ngomong-ngomong, di sini ngapain, Al?"
Altair yang ingin menjawab, langsung disanggah dengan suara Siska yang baru saja mendapati Alana di ujung sana. "Alana! Sini, syukur lo udah berangkat. Gue liat pr matematika dong!" Alana di ujung sana, tersenyum kecut. Bukan menatap Siska, tetapi menatap Altair yang justru menatapnya tanpa ekspresi.
"Na!" Siska meneriaki namanya sekali lagi. Gadis itu berpikir Alana tidak mendengar tadi, padahal Alana dengar. Hanya saja fokusnya ada pada lelaki di sampingnya.
Alana dan Altair tidak sedang baik-baik saja. Ralat—memang hubungannya toxic. Namun, setelah Alana bersikukuh untuk ke rumah Gema, dan mendapati salah satu rahasia Altair—bahwa Gema sekarang kakak tirinya, membuat Altair marah. Bahkan laki-laki itu enggan lagi menghubunginya sekadar mengirimi tugas-tugas yang harusnya Alana kerjakan.
"Ka, gue ke kelas duluan. Nanti gue jemput jam istirahat. See you, Sayang!" Altair menepuk pundak Siska, perlahan tatapannya jatuh pada Alana yang sejak tadi mengamatinya.
***
"Gue pikir-pikir ya, Alana kalau diperbaharui cantik juga." Lucas mulai mengomel saat mengamati foto paduan suara.
"Mata lo diperbaharui sono. Lo pikir Alana aplikasi apa. Alana memang cantik aneh, makanya jangan mandang fisik. Kek lo iya-iya aja."
"Lah, mulut lo aja sana yang dipermak. Gue yang sebelas dua belas sama Cha Eun Woo lo bilang iya-iya aja. Gue ganteng kali, banget malah."
"Saking gantengnya, kagak laku. Pilih-pilih si, jadi perjaka tua lo ntar!"
"Kaya masih perjaka aja si Lucas." Dero datang, melempar keripik pisang ke wajah Lucas. Hal itu membuat Lucas, melempar kacang garuda yang belum ia kunyah ke wajah Dero.
"Bau jigong, anjrot!"
"Mampus, salahnya bacot."
"Eh, Rev. Gimana? Kayaknya lo bener-bener suka sama Alana nih. Bisa-bisanya, Alana direbutin."
"Kagak tau, ya. Lo pada aja kagak pernah liat dia pas lagi senyum. Manis woy, kaya martabak terang bulan. Gue jamin, dia pake make up dikit Bellina kalah jauh."
"Masih lo mau ngejar tu cewek? Gue udah larang, apa istimewanya sih?" Altair seketika sewot. Sekarang, saingannya bukan Gema—si brengsek itu. Sekarang saingannya bertambah, dari temannya sendiri. Astaga, Alana, Alana. Punya ajian pelet atau gimana gadis itu?
"Ngapain juga lo sewot? Kaya pacarnya aja. Kalo lo mau tau istimewanya, jangan mandang fisik. Percuma menang fisik, hatinya busuk," kata Revian.
"Lah ngaca goblok. Lo juga ganteng tapi hatinya kek setan." Lucas melemparinya kulit kacang. Revian yang kesal, memukulnya dengan gelas beling sisa es teh yang habis diteguknya.
"Gue cuma nggak mau, ganteng-ganteng dapetnya level kaya dia. Masih ada, Raisa, Glorya, sama yang lain kali, Rev."
"Mencium bau-bau kentut kecemburuan ini. Lo kagak kenal tu bocah, tapi ber-iya-iya ngelarang, Revian. Hayo, ada kentut di balik bokong ini."
"Lucas anak setan!"
***
"Ibu heran sama kamu, Altair. Di kelas kerjaannya tidur. Tugas nol besar, ulangan apalagi. Tapi kenapa setiap dikasih pr nilainya bagus-bagus? Kamu sebenernya pinter apa lagi pura-pura tolol?"
Bu Rina memanggil Altair ke ruangannya. Sudah lama, Bu Rina mengamati nilai-nilai Altair. Padahal sedari masuk sekolah, nilainya benar-benar buruk. Bahkan, kalau Altair tidak berbakat di lukis dan olahraga, Bu Rina pusing sendiri untuk menaiki nilainya. Namun, sekarang. Pr-prnya dikerjakan dengan bagus. Sangat bagus, apalagi jawabannya sengaja tidak ada contekan di gogle. Karena rata-rata pertanyaannya adalah pendapatmu?
"Logika aja lah, Bu. Ibu percayanya saya pinter apa goblok?" Altair terlihat santai. Dia memainkan pena sambil menahan tertawa melihat Bu Rina yang nampak kebingungan.
"Bu, orang pinter itu nggak menjamin kesuksesan. Jadi, buat apa orang susah-susah belajar? Al mana mau ngerjainnya. Al bayar orang lah, Bu," akunya yang berhasil membuat Bu Rina membuang napas berat.
"Memang kalau goblok bisa sukses, Al? Setidaknya ada usaha di masa muda kamu. Ibu akui kamu memang berbakat di non-akademik. Tapi, kalau akademik kamu nggak diubah lebih baik, apa bisa nolong kamu buat naik kelas?"
"Naikin aja, Bu. Ibu mau saya dimarah orang tua saya yang nggak ada sayang-sayangnya sama sekali?"
Selamat hari Minggu 🌛
Sudah up:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Berdamai dengan Luka (TAMAT)
Genç KurguStart : 15 April 2021 Selesai : 11 Juli 2021 Cerita ini hanya tentang luka. Tentang laki-laki, perempuan dan semesta yang saling mendapat luka. Ketiganya berjuang untuk hidup bahagia. Meski pada akhirnya salah satu mereka tetap terluka di jalur baha...