4. Tiba Tiba

182 20 3
                                    

Hari minggu adalah hari saklar untuk semua siswa siswi di negara ini. Ada yang rebahan, jalan jalan dan lainnya. Tapi tidak dengan Echa, gadis ini sejak tadi diam di rumah.

" Kamu kenapa? " Tanya Carissa yang sejak tadi memperhatikan anak semata wayangnya itu.

" Echa gak pa-pa kok, cuma lagi badmood aja " Curhat Echa sambil bertompang dagu.

" Di tolak cintanya? " Tebak Carissa. Echa banyak bercerita soal ia menyukai cowok incaran satu sekolah, Carissa mengerti anak anak remaja pasti sudah mulai tertarik akan lawan jenisnya.

Mencoba menjadi ibu yang baik, Carissa membiarkan anaknya cerita kapan pun ia mau dan menjadi pendengar yang baik untuk anaknya.

" Iya, kemarin di ajak jalan sama Rafi, terus pas di pertigaan komplek di turunin, katanya bisa pulang semdiri"
Carissa mencoba memahami perasaan putrinya yang di turunin di jalanan.

" Kasian kamu " cengir Carissa, bukannya mensupport malah di ketawain.

*****

Rafi tidak terlalu suka pergi ke mall namun karna di bujuk teman nya untuk pergi ke salah satu restoran disana.

Rafi sibuk memesan makanan, dari tadi ia belum makan karna ulah kedua temannya.

" rice bowl satu, teriyaki tiga, beef blackpaper nya 4 ya " Ulang pelayan tersebut lalu pergi dari meja mereka.

Vino menatap Rafi dan Dika bergantian, seperti orang yang nggak makan setahun.

" Muka lo berdua kenapa lesu? Mau gue tampar pakai dompet tebal? " Goda Vino lalu di balas tajam oleh kedua temannya.

" Dompet gue masih ada dolar, kemarin baru di transfer sama nenek gue yang di sydney " Perjelas Dika

" Dompet gue kosong, nggak ada lembaran. Duit gue masih di bank " Ucap Rafi bangga

Vino berdecak, kalau di pungkiri diantara Vino dan Rafi yang paling kaya adalah Dika. Neneknya pengusaha di sydney, memiliki peternakan, perkebunan, perusahaan, ayahnya seorang CEO perusahaan, dan ibu nya seorang pengusaha. Jadi jangan di tanya seberapa kaya keluarga Dika.

Dika kemudian mengalihkan topik pembicaraan, sedikit penasaran apa yang terjadi kemarin.

" Btw, kemarin lo jadi jalan sama Echa? " Tanya Dika

Rafi mengangguk dan sedikit bercerita, Vino dan Dika menganga tak percaya. Sungguh ingin sekali melempar wajahnya dengan batu bata.

Vino berdeham, mencari kata kata bijak untuk Rafi.

" Gini, gue tau lo nggak suka sama dia, tapi jangan perlakuin cewek kayak gitu, lo tau? banyak cewek yang di turunin sama pacarnya di jalanan terus di suruh pulang sendiri, lo sendiri tau nggak rasanya? "

Rafi menyimak baik baik kata kata Vino, ia merasa sudah keterlaluan, mengusir nya dari kelas, di turuni di jalanan. Pasti gadis itu merasa sedih.

" Sekarang gue tanya perasaan lo ke Echa gimana?" Ucapan Dika membuat Rafi diam, apa yang ia rasakan pada gadis itu? Tidak ada sama sekali.

" Gue belum ngerasa suka sama dia" Jujur nya.

" Perasaan cinta itu datang karna terbiasa, bukan secara tiba tiba kalau tiba tiba namanya dadakan kayak tahu bulet "

Plakkk

Vino menampar pipi Dika. Anak ini memang kalau sudah kumat gilanya pasti ujung ujungnya nggak nyambung.

Pesanan mereka tiba, mereka segera melahap makanan di meja, seperti orang yang nggak makan sebulan.

******

Langit hari ini cerah, seperti wajah Echa yang terlihat ceria, ia tak sabar bertemu dengan Rafi. Satu hari di rumah membuatnya tidak bisa bertemu dengan Rafi.

Echa mencari sosok Rafi di segala penjuru namun tidak di temukan.
Langkahnya terhenti saat ada beberapa gadis dari kelas lain, yang merupakan angkatan Echa.

" Oh ini yang lagi pdkt sama Rafi "

" Kok dia mau sih sama lo? Modal cantik doang eww" Angle menatap Echa malas

" Gue modal cantik doang? Lo mau adu mata pelajaran apa sama gue? Gue jabarin di depan lo!"

Angle mendekat, jarak mereka sangat tipis, Angle memberikan raut tak sukanya pada Echa, sementara yang di tatap malah memberikan tatapan meremehkan.

"  Lo songong banget ya jadi orang " teman Angle ikut membela Angle, kesal pada Echa yang selalu di puji semua orang.

Banyak para murid yang melihat drama singkat ini, mereka saling berbisik soal Echa dan Angle yang merupakan tukang bully di sekolah.
Angle geram, tak segan mengayunkan tangannya ke pipi Echa, hanya beberapa cm saja tangan itu akan mendarat di pipi mulus Echa, namun tertahan.

" Rafi?!" Kaget Angle saat tangannya di tahan oleh Rafi.

Echa sontak menatap Rafi yang berada di samping nya sambil menahan tangan Angle. Rafi kemudian melepaskan tangan Angle secara kasar.

" Gue nggak suka ada kekerasan di sekolah, bagaimana pun gue ketua osis disini"

Vino menarik tangan Echa mundur, agar gadis itu tidak kena imbas kemarahan Rafi.

" Lo tau seberapa banyak orang yang lo bully di sekolah? Lo disini buat cari ilmu, bukan buat jadi jagoan. Kalau mau jadi jagoan, di luar sana banyak"

Rafi memberikan sorot mata dingin nya membuat Angle menunduk, lalu pergi bersama temannya. Rafi mendengus kesal, kenapa cewek itu suka sekali membully orang?

Ia berbalik lalu menatap Echa.
" Kalau dia kayak gitu lagi, lapor ke gue. Bagaimanapun tugas gue itu buat jagain siswa siswi kayak gini, dan buat kemarin gue minta maaf karna udah turunin lo di jalan "

Echa mengangguk, ia tidak bisa menolak permintaan maaf seseorang.
" Iya gak pa-pa kok" Echa tersenyum manis. Beberapa siswa laki laki bersorak melihat senyum Echa.

" Duh damage nya kalo senyum "

" Foto woi, mumpung orangnya lagi senyum "

" Masyallah, cantik nya"

" Gila cantik banget "

Rafi berlalu begitu saja dari hadapan Echa, Vino menepuk bahu Echa memberi nasihat pada gadis itu.

" Buat dia jatuh cinta karna sikap dan kesabaran lo, bukan cuma dengan cantik, buat dia jatuh cinta juga dengan kepintaran lo termasuk sifat lo yang nggak dimiliki orang lain "

Echa mengangguk, saran Vino membuat hatinya lega. Vino pun menyusul Rafi yang sudah berjalan meninggalkan nya.

Saat masuk ke dalam kelas, Meli dengan cepat menggebrak meja membuat satu kelas hening menatap Meli

" Diapain lo sama Angle?!" Echa meneguk saliva nya, Meli kalau sudah marah sangat menyeramkan.

" T-tadi cuma di kasih peringatan, terus hampir mau di tampar tapi di tahan sama Rafi " Jelas Echa sambil menatap Meli, dapat terlihat raut wajah yang cemas dan penuh kemarahan disana.

Dengan seribu langkah, Meli keluar kelas. Amarahnya sedang ada di ubun ubun, Echa sontak langsung berlari mengejar Meli, takut gadis itu melakukan hal aneh aneh.

Benar saja, saat sampai di kelas IPA 1 Meli sedang meluapkan emosinya.

" KALO LO BERANI SINI SAMA GUE!"

********

HALO, MAAF KALO TELAT UPDATE TP AKU BENER BENER SIBUK BANGET DARI KEMARIN KEMARIN, MAKASIH YANG UDAH MAU BACA CERITA ABSURD AKU.

JANGAN LUPA VOTE, COMENT, AND SHARE KE TEMEN KALIAN BIAR AKU MAKIN SEMNGAT BUAT NULIS CERITA INI.

BYEEE

BobaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang