Jam istirahat sudah berbunyi 2 menit lalu, Echa dengan Meli sudah berada di kantin, memesan nasi goreng dan air mineral, yaa itu untuk Meli. Selesai mengantri Meli duduk berhadapan dengan Echa, gadis itu tampak murung.
" Napa lo? Masih pagi udah kusut aja tuh muka? " Tanya Meli sambil melahap nasi gorengnya.
"Gak ada boba, gak ada donat, gak ada yang manis manis kecuali gua doang yang manis" Pede tingkat dewa. Yang satu ini memang suka kepedean.
" Pesan nasi aja sana! " Kesal, kenapa anak ini terus terusan ingin makan manis manis terus coba?
Ia menempelkan pipi berlemak bayi itu di meja, tak mempunyai selera makan sekali pun. Sedetik kemudian mata nya fokus pada cowok yang tadi pagi ia temui, mata nya tertuju pada kotak bekal itu.
Rafi duduk bersama teman temannya di bangku paling pojok kantin.
" Wih enak tuh, dari siapa ? " Dika. Teman sebangku Rafi sejak masih kelas 10.
" Tadi di bawain sama Echa" Jawabnya.
" Echa? Si cewek maniak boba itu kan? " Tanya Dika.
Rafi mengangguk lalu segera memakan bekal yang di berikan Echa. Rasanya pas, cewek ini pandai memasak rupanya.
" Enak gak? Cobain dong" Vino penasaran dengan rasa masakan cewek itu, tanpa pikir panjang Vino dan Dika mencomot isi bekal tersebut sampai siempunya tidak terima karna nyaris habis di lahap dua dedemit.
" Uhhuk uhukk "
" Mampus makanya jangan asal comot aja " Rafi mencerca. Padahal bekalnya enak, wajar saja kalau mereka ingin mencicipi. Kapan lagi kan di berikan bekal makan siang oleh cewek paling populer seantero sekolah? .
Echa yang melihat dari kejauhan tersenyum senang. Cowok itu menyukai makanan buatannya. Apa sebaiknya ia membawakan sarapan setiap hari?
******
" Sebenernya maksud Echa bawain lo bekal apa? Gak biasanya tuh cewek bawain lo bekal? " Tanya Dika
" Mungkin ia kasihan melihat anak calon dokter makannya di batesin terus " Rafi melirik Vino tajam, sementara yang di lirik cekikian tidak jelas. Apa yang lucu coba?
" Hm dia naksir gue" Jawab Rafi akhirnya.
" Terus lo naksir dia? "
" Gue? Enggak! Mana mau gue cewek kayak dia, udah maniak boba, sikap kanak kanak nya bikin ilfeel " perjelas Rafi. Memang benar, ia agak sedikit risih dengan gadis itu.
" Awas aja kalo nanti lo pacarin dia" Tajam Vino
" Emang lo mau apa Vin? " tanya Dika
" Gue ambil foto nya Rafi, kirim Foto sama nomor wa nya terus kirim ke grup lgbt" Dika tercengang. Kalau Vino nekat bisa di pastikan nyawa nya berada di ujung tanduk.
" Lo–bego ya? " Rafi menatap nya sinis, teman nya yang satu ini agak menyebalkan.
" Lo habiskan aja, gue mau cari makanan lain " ia pergi menuju salah satu warung kantin, mencari roti dan air mineral.
Dari kejauhan Echa melihat bekal yang ia buat tidak di habiskan. Apa tidak enak rasanya? Atau apa?. Padahal itu Echa bikin khusus untuk Rafi.
Wajahnya bertambah kusut, ia menenggelamkan kepala nya di sela sela tangan yang ia lipat dimeja kantin.
" Kenapa cha? "
Tidak ada jawaban dari gadis itu. Meli yang merasa aneh dengan gerak gerik nya melihat ke arah sekeliling kantin.
" Ahh positif thinking aja siapa tau dia memang sudah kenyang" Saran Meli sambil meminum air nya.
Brakkkk
Meli terlonjak kaget, saat manusia di depan nya ini menggebrak meja dengan menggebu gebu.
" Uhukk uhukk lo–?! "
" Lo bener Mel! Siapa tau dia udah kenyang. " Gadis itu nyengir memperlihatkan gigi putih nya, tanpa dosa Meli melempar wajahnya dengan botol air yang sudah kosong.
" Duhh, nanti muka gue yang kayak bidadari rusak "
" Najiss!!! "
*****
Selesai membeli roti dan air mineral, Rafi menghampiri kedua temannya. Menatap makanan itu yang sudah habis di lahap. Ia menutup kotak makan itu lalu berjalan ke arah lain.
" ini kotak nya, makasih ya " Rafi mengucap kan terima kasih pada si sang pembuat makanan tersebut.
Di tatap intens seperti itu membuat Echa grogi sendiri setengah mati.
" I-Iya, sama sama. Makanan nya enak? " Tanya Echa
" Lumayan "
Setelah itu Rafi berlalu meninggalkan Echa dengan kotak makan itu. Echa menatap kotak bekalnya dalam sambil menunduk.
Cinta itu datangnya perlahan, bukan tiba tiba
*****
Setelah pulang sekolah, Echa kembali dengan sekantong kresek boba yang berisi 4 minuman. Satu untuk Meli dan sisanya untuk dirinya sendiri." Nih punya lo" Echa menyodorkan minuman nya.
" Cha, pencernaan lo bisa terganggu cha" .
Gadis itu diam saja saat di nasehati, Meli pasrah pada tuhan, entah apa yang akan terjadi pada gadis satu ini nanti.
Mereka berjalan bersisian di jalanan, maklum. Jarak rumah Meli dengan sekolah dekat, Echa menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Meli. Alias main.
*****
" Lo dari mana aja? " Tanya Vino
" Toilet"
" Abis ini langsung cabut? " tanya Dika sambil meminum kopi kalengnya.
" Iya, gue duluan" Rafi menyalakan mesin motor nya lalu melambaikan tangan pada kedua teman nya itu.
" Ckck, wajar sih kalo Echa naksir Rafi, di depan cewek dia emang ramah padahal sisi aslinya dia dingin banget " Decak Vino
Dika pun mengangguk setuju, pada dasar nya ketua osis kece badai itu aslinya dingin.
" Cabut gak lo? " Tanya Dika membuyarkan lamunan Vino
" Gue main di rumah lo ya, rumah gue gak ada orang nih " Awalnya Dika tidak yakin mengajak teman nya yang satu ini pergi.
Bukan bukan pelit, mereka bertiga berasal dari keluarga kaya, toh itu sudah jadi kebiasaan mereka, hanya saja jika Vino main ke rumah Dika, korban nya adalah ps5 miliknya dan koleksi pribadinya.
" Oke " Dika menyahut setuju, lalu memakai helm dan menyalakan mesin nya sambil menunggu Vino mengambil motor di parkiran.
Namun bukannya di tunggu balik, malah di tinggal, mengaku saja kalian pasti pernah punya teman seperti itu bukan?
" Gini amat punya temen, untung gue baik hati"
Hallo semuanya, maaf telat update. Tp semoga suka sama ceritanya, jangan lupa shre & vote
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Boba
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA, SESUDAH BACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE! Seorang gadis maniak boba, memiliki keluarga yang berantakan. Berharap pada lelaki yang berstatus pacarnya agar memberinya kehangatan sepanjang waktu. Namun sang pacar lebih mem...