Maaf kalau ada typo
Happy Reading!
Baru hari kedua Zain tidak dapat menahan rasa rindunya. Dari kejauhan dia bisa melihat Zehra sedang minum kopi di kafe outdoor. Zain menggunakan masker hitam agar tak dikenali gadis itu. Duduk di pojokan kafe jauh dari meja kekasihnya. Dia tak ingin ketahuan membututi gadis itu kemudian menimbulkan masalah lainnya.
Zehra terlihat bercakap-cakap kecil dengan dua perempuan berkerudung lainnya. Well, mungkin mereka berteman. Tapi, itu bukan poin utamanya.
Gadis itu terlihat seperti menyembunyikan kesedihan. Bibir itu tersenyum tipis sekali. Sampai tak terlihat. Pancaran mata itu membuat hati Zain seperti teremas-emas. Kesedihan yang mendalam. Gadis itu sesekali mengangguk kemudian memperlihatkan raut wajah terkejut.
Zain tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi yang jelas topik yang mereka obrolkan serius. Dia penasaran sekali. Meremas kuat tangannya agar bisa menahan rasa penasarannya. Pembahasan mereka mungkin saja privasi atau rahasia. Dia tak ingin mencampuri urusan mereka.
Zain memutuskan untuk menelepon Zehra saja. Untuk mendengar suara lembut itu. Dia sangat amat merindukannya.
Zain mencari-cari kontak kekasihnya. Tak perlu kesusahan mencarinya karena kontak yang disimpan hanya ada empat. Ayahnya, kakaknya William, kakak iparnya Skyla dan yang teratas Zehranya. Dia menamai kontak itu 'My Future Wife'. Dengan emoticon cinta.
Walau awalnya Zehra tak menerima nomornya dinamai seperti itu. Tapi, dia tak perduli. Karena, bagi pria itu yang kelak akan menjadi istrinya adalah Zehra. Tak ada yang lain. Dan tak ada yang bisa menggantikannya sampai kapanpun. Dia tak sabar menunggu dua belas hari lagi. Dan mendengar jawaban dari gadis itu.
Zain bisa melihat gadis itu hanya melirik sekilas ponselnya. Walau tahu benda itu berdering. Gadis itu seperti mengacuhkan panggilan pentingnya.
Zain berdecak sebal melihat gadis itu mengacuhkan panggilannya yang kelima kalinya. Sampai akhirnya perempuan itu menjawabnya.
"Aku sibuk." Seru Zehra dari seberang sana.
"Sayang... Aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu, menciummu, melihat wajahmu."
"Jika tak ada hal penting yang dibahas. Aku tutup dulu."
Tut.
Telepon diputus sepihak. Zain mendesah kesal. Dia merasa di nomor dua kan. Ini menyesakan dan menyakitkan. Apakah rindu itu salah?
Zain menghela nafas kasar. Dia harus terus bersabar sampai waktunya tiba. Dimana hari baik itu tiba. Zehra mencintainya begitupun sebaliknya. Lalu mereka berdua bersama selamanya. Memiliki anak yang lucu dan menggemaskan.
Dia sangat menantikan hari itu. Perjuangannya semoga saja tidak sia-sia. Dia yakin jodohnya adalah Zehra. Mereka pastilah berjodoh.
Pikirannya sekarang ini hanya dipenuhi Zehra, Zehra, dan Zehra. Dia sampai tak fokus bekerja hanya karena merindukan Zehra.
Dia tak bisa tidur nyenyak karena Zehra tak disampingnya. Well, walau mereka baru sekali tidur bersama. Tidur dalam artian sebenarnya. Tetapi efeknya sungguh luar biasa.
Dia tak bisa tidur nyenyak seperti saat mereka tidur bersama. Dia kesusahan tidur sebelum melihat foto Zehra. Ehem, sebenarnya kamarnya sudah dipenuhi foto Zehra.
Dia juga berniat memiliki guling yang bergambar Zehranya agar dapat tidur nyenyak. Tapi dia masih waras. Dia maunya yang asli bukan guling.
Dia ingin tidur bersama Zehra setiap harinya. Dia ingin hari-harinya dihabiskan bersama gadis itu. Katakan dia gila. Ya. Dia sudah tergila-gila padanya.
"Aku sangat sangat mencintainya."
***
Hari ketiga dan hari-hari berikutnya Zain rasanya seperti ingin mati karena merindukan kekasihnya. Dia menatap kosong setumpuk pekerjaan. Kekosongan dalam jiwanya karena tak ada kehadiran Zehranya. Dia sudah cinta dengan sangat amat dalam dengan kekasihnya itu.
Pikirannya bercabang. Dia tak fokus dengan kerjaannya. Seharusnya, Zain bisa membagi antara pekerjaan dan urusan pribadinya. Dia harus bertanggungjawab atas pekerjaannya. Apalagi dia juga penerus perusahaan besar itu. Dia tak boleh menelantarkan pekerjaannya begitu saja.
Dulu, sebelum Zehra datang ke kehidupannya. Tujuan hidupnya adalah untuk memenangkan semua tender.
Tapi, tujuannya kini sudah beralih. Dia ingin membangun hidup dengan Zehranya. Membahagiakan kekasihnya itu karena gadis itulah sumber bahagianya.
Sedang apa gadis itu sekarang? Pikir Zain sambil mengotak-atik ponselnya. Dia menekan panggilan suara. Tak lama kemudian panggilan pun terhubung.
"Hallo!" Suara perempuan asing terdengar.
Zain menyercitkan dahinya. Ini bukan suara Zehra.
"Dimana Zehra?" Ujarnya tanpa berbasa-basi.
"Zehra, dia sedang menangani pasien."
Zain berdecak sebal.
"Panggil Zehra!"
"Maaf, tapi Zehra sedang sibuk. Anda ingin menitipkan pesan Tuan?"
"Tidak, aku ingin Zehra. Cepat panggilkan!"
"Tapi, Zehra sedang sibuk. Anda bisa menitip pesan pada saya. Akan saya sampaikan nantinya."
"Memangnya kau siapa?" Tukasnya ketus.
"Saya.. dokter hewan dan Zehra asisten saya."
"Aku tak bertanya pekerjaanmu. Memangnya kau siapa? Beraninya menyuruhku. Kau belum tentu menyampaikan pesanku. Cepat panggilkan dia!"
"Maaf, saya tidak bisa Tuan. Zehra sedang mengoperasi pasiennya."
"Kau ini. Apa susahnya memberikan ponsel itu ke Zehra?"
"Maaf, saya tidak bisa Tuan."
"Dasar tak berguna!"
Tut.
Panggilan diputus sepihak oleh Zain. Merasa kesal karena tak bisa mendengar suara Zehra. Dia frustasi. Dia ingin segera menemui gadis itu. Satu minggu lagi. Dia harus bersabar.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY MAN ✓ (COMPLETED)
Short Story(Sebagian part di privat follow dulu ya guys) Menceritakan tentang Zain, Si bajingan bodoh, adik dari William Harisson. Pemilik dan penerus perusahaan besar Harrison yang terjebak dalam pesona gadis keturunan Turki. Rela mengejar gadis cantik yang...