[11] Big Baby

2.7K 249 0
                                    

Setelah acara pernikahan kakaknya berakhir. Papa Zain, Zain dan Zehra pulang ke New York terlebih dahulu. Pengantin baru akan menyusul mereka besok. Pesawat mulai mengudara meninggalkan negara yang indah itu. 

"Zehra sayang.. kau menginap saja di rumahku nanti. Josh belum pulang dari rumah temannya. Nanti kita sambut bersama kepulangan kakakku dan istrinya. Ya.. ya.." pinta Zain dengan mata berbinar.

"Tapi--"

"Sebaiknya memang begitu, nak. Papa tidak keberatan kau menginap di rumah kami. Pasti kau kelelahan jika langsung ke pulang ke rumahmu." Timpal Papanya.

"Maaf paman, tapi saya ada urusan yang harus saya selesaikan secepatnya. Bagaimana jika baru besok malam atau sore saya ke rumah paman? Saya janji," tolaknya ragu tak enak untuk menolak. Ada urusan yang harus diselesaikan setelah ini. 

Papa Zain mengangguk kecil. Zain melipat tangannya di depan dadanya merajuk. 

"Zain.. mengertilah!" Tutur Papanya lembut.

Zain mendenguskan nafasnya kasar mengangguk kecil.

"Aku akan mengantarmu pulang," ujar Zain perhatian.

Gadis itu mengangguk kecil tak ingin menolak lagi.

***

Hari sudah malam Zehra menepati janjinya untuk mengunjungi rumah pria pemaksa itu. Dia dijemput oleh Zain lebih awal dari waktunya.

Gadis itu sedang berdandan tapi karena suara deru mobil pria itu dia bergegas mempersiapkan dirinya.

"Hallo sayang.. oh wow kau semakin cantik saja setiap harinya." Ujarnya benar-benar terpesona.

Zehra memutar bola matanya malas.

"Ayo kita berangkat!"

Zain tersenyum senang mencuri satu kecupan di pipi gadis itu.

"Zain!" Pekik Zehra kesal.

Zain terkekeh berlari kecil menjauhi gadis yang mengamuk.

Sepanjang perjalanan Zehra tak sekalipun mengeluarkan suara. Dia marah dengan Zain! Berani-beraninya pria itu semena-mena menciumnya. Berengsek! Umpatnya dalam hati.

"Sayang... jangan marah ya! Kita itu sepasang kekasih jadi wajar saja mencium satu sama lain," bujuk Zain untuk kesekian kalinya.

Tak ada jawaban dari mulut gadis itu.

"Sayang.. kau tahu? Pipimu adalah canduku. Jadi jangan salahkan aku tapi salahkan bibirku yang tidak bisa direm."

Hening.

Zehra akhirnya menoleh ke pria itu. Telunjuknya diarahkan ke bibir pria itu.

"Bibir ini punya siapa?" Tanyanya kesal.

"Punya Zehra."

"Ck! Ini punyamu. Kau yang mengendalikan bibir ini jadi itu semua salahmu. Mengerti?"

Zain mengangguk kecil.

CRAZY MAN ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang