[7] Joging

1.9K 262 0
                                    

Zehra menghela nafas pelan melihat Zain bertengger di pinggir mobilnya. Pria itu menghilang selama satu minggu. Rasa senangnya sekejab luntur. Karena dia kira pria itu memutuskan untuk menyerah mengejarnya. Tenyata belum juga. Sampai kapan pria itu bertahan?

Hari ini hari liburnya, sehingga dia punya waktu untuk joging sebentar. Niatnya sih begitu. Tapi sekarang, dia tiba-tiba kehilangan mood nya.

"Morning, baby?" Sapa Zain ceria. Bersiap memeluk gadis itu.

Zehra mengangkat tangan kanannya. Memberhentikan tingkah pria itu. Zain berdecak kecil. Dia ingin sekali memeluk pujaan hatinya. Tapi, dia ditolak mentah-mentah. Bagaimana rasanya? Sangat menyakitkan.

Pria ini sangat ambisius ternyata, pikir Zehra bergidik.

"Mau apa kesini?" Ujar Zehra ketus melipat tangannya di depan dada.

"Kau tidak bekerja?" Tanyanya menelisik penampilan gadis itu.

Gadis itu memakai celana training hitam dan kaos olahraga berwarna putih. Serta kerudung berwarna warni. Cantik. Sangat-sangat cantik.

Dia tak pernah bosan memandangi wajah cantik dan manis. Kata yang tepat adalah sempurna serta alami. Gadis itu tak menggunakan make up seperti biasanya. Dan hal itu membuat Zain tersipu karena kecantikan gadis itu yang berlebihan.

"Aku libur hari ini."

Zain mengulum senyuman.

"Ayo pergi denganku! Ajak juga pria pendek itu juga kalau dia mau. Aku ingin memperlihatkan seberapa kayanya diriku."

"Aku tidak mau," tolaknya berjalan menjauh. Dia hanya ingin joging sebentar saja tanpa adanya gangguan. Dan pria itu pagi-pagi sudah mengganggu ketenangannya.

Zain berlari menyusul. Menyejajarkan langkah gadis itu.

"Sayang.. kau mau joging?"

"Seperti yang kau lihat."

"Tapi, lihatlah aku! Aku tidak bisa berlari jika seperti ini?"

Zehra menelisik penampilan pria itu dari atas ke bawah. Pria itu selalu saja memakai setelan kantor. Apa memang berniat memamerkan kekayaannya?

Padahal kenyataannya pria itu ingin menarik perhatian gadis itu.

"Lain kali pakailah pakaian santai. Seperti mau kemana saja."

Zain tersenyum lebar. Menyisir rambutnya ke belakang. Merasa malu.

"Baiklah, aku selalu tahu jika sebenarnya kau perhatian denganku. Tapi aku tetap mau ikut joging denganmu."

"Terserahmu." Ucapnya berlari meninggalkan pria itu.

"Sayang.. tunggu.." Panggilnya mengejar Zehra.

Zehra mendenguskan nafasnya kasar. Mendengar suara sepatu pantofel yang menggema memekakkan telinga.

"Copot saja sepatunya!" Seru Zehra menoleh ke belakang.

Zain menurut, mencopot sepatunya membuangnya ke pinggir jalan tanpa berpikir.

"Ayo!" Ujar Zain semangat bersiap berlari. Berlompat-lompat kecil melakukan pemanasan terlebih dahulu.

"Kau yakin?" Ujarnya ragu melihat kaki pria itu tak beralas.

"Tentu saja, sayang. Akan kutunjukan kehebatanku berlari. Begini-begini aku pernah menang lomba lari tingkat nasional."

Zehra bergumam malas melihat pria itu mendahuluinya berlari.

"Awh.." ringis Zain memegang kakinya ketika menginjak sesuatu.

Zehra menjatuhkan rahangnya. Baru sebentar bergerak pria itu sudah menyusahkannya.

***

Zain memandang telapak kaki kirinya yang di plester. Tersenyum sendiri mengingat perhatian gadis pujaannya ketika mengobati luka akibat serpihan kaca sialan! Maksudnya membuatnya beruntung diobati oleh tangan mungil nan halus itu. Kalau begini caranya dia rela luka terus menerus.

Zehra keluar dari dalam rumah menghampiri pria yang sangat merepotkan itu di teras.

"Minumlah!" Ujar Zehra menyodorkan segelas jus jeruk. Duduk di kursi sebelahnya.

Zain meneguknya semangat hingga tandas.

"Ah! Aku memang pria yang pintar memilih calon istri."

"Setelah ini pulanglah!"

"Tidak mau. Seminggu ini aku sudah memberimu waktu untuk merindukanku. Kau pasti sangat merindukanku kan? Kalau aku sudah pasti sangat-sangat merindukanmu rasanya ingin sekali memelukmu," ucapnya meraih sebelah tangan gadis itu lalu mengecupnya. Tersenyum lebar bekas ciumannya tak di usap seperti biasanya.

"Ck! Zain aku sedang malas berdebat denganmu. Kau memang penghancur mood pagiku."

"Justru aku yang akan selalu menjadi mood booster mu, sayang.
Apa kau tidak menanyakan alasan aku tidak menemuimu seminggu?"

"Tidak," gumam Zehra malas.

"Baiklah, kau tidak perlu malu untuk bertanya. Seminggu ini aku sibuk mengurus pernikahan kakakku dan calon istrinya. Kau mau ku ceritakan kisah cinta mereka?"

"Tidak."

"Astaga! Jangan sungkan menanyaiku, sayang."

Zehra menyercitkan dahinya heran. Dia benar-benar tidak penasaran.

"Lain kali saja aku ceritakan. Aku hanya ingin bilang padamu kalau aku akan selalu mencintaimu selamanya."

"Tapi aku tidak."

Zain tersenyum kecut mendengarnya. Hatinya berdenyut nyeri.

"Dimana pria pendek itu?" Tanya Zain mencoba tak memperdulikan ucapan gadisnya yang menusuknya bagai ribuan lebah menyengati hatinya.

"Siapa?"

"Ck! Aku tidak ingin mengingat namanya. Dia siapa ah Josh ya Josh."

"Bekerja." Ujarnya ragu-ragu. Padahal sebenarnya adiknya sedang pergi bersekolah.

"Sebagai pelayan kafe huh?"

"Bagaimana kau tahu?" Ujarnya terkesiap. Membulatkan matanya terkejut.

"Dia pernah satu kali melayaniku. Di kafe milik temanku."

"What?" Pekik Zehra terkejut.


To be continued...

_______________________________________


Don't forget to vote and comment✨

Masih semangat kan puasanya? Masih lah jangan kasih kendor 🤗

CRAZY MAN ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang