[16] Stupid is A Mistake

2.2K 256 1
                                    

Sudah dua hari Zain mencari keberadaan gadisnya. Tapi tetap saja Zain tak menemukannya. Akhirnya, dia benar-benar menangis. Menangis meratapi kepergian gadis itu.

Dia menutup wajahnya yang sudah dibanjiri air mata. Duduk di depan teras rumah gadis itu. Hari sudah larut malam. Dia terus berharap dan berdoa agar Zehra pulang ke rumah itu. Dia juga menginap dan tidur di teras rumah itu tanpa mengindahkan  tetangga sebelah rumah itu berkali-kali mengatakan gadis itu sudah pergi jauh.

Dia menunggu tanpa adanya kepastian. Dia juga sudah mencari ke luar kota. Tapi tetap saja tidak menemukannya. Dia tak akan pernah menyerah sampai menemukannya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, sayang? Kau tak mengasihani kekasihmu yang hampir gila ini?"

Zain tertawa miris. Jadi, ini rasanya patah hati karena ditinggalkan kekasih. Dia merutuki perbuatan bejatnya dulu yang suka mempermainkan wanita. Semua perlakuan buruknya sekarang kembali kepadanya. Dia menyesal. Sangat menyesal.

Tapi, apakah dia tak diperbolehkan untuk bahagia? Dia juga ingin bahagia. Seperti kakaknya yang menemukan tambatan hatinya dengan cara yang mengagumkan.

Zain punya alasan kenapa dia dulu mempermainkan wanita. Walau apapun alasannya tetap saja tindakannya tak dibenarkan. Dia tahu bahwa dia salah. Ini semua mungkin akibat kesalahannya masa lalu. Tapi, semenjak kehadiran gadis itu. Dia sungguh-sungguh berhenti mempermainkan banyak wanita.

Dia ingin berubah menjadi pria yang baik. Berubah menjadi pria yang sesuai tipe gadis itu. Dia benar-benar sudah berubah. Bahkan sampai ujuan hidupnya berubah. Dia ingin gadis itu bahagia. Membuatnya menjadi gadis yang paling bahagia sedunia.

Tapi, apa selama ini caranya salah? Apa selama ini gadis itu tak bahagia bersamanya? Apa Zehranya tak pernah merasakan sedikit saja rasa suka terhadapnya? Apa kekasihnya itu tak merasakan setitik cinta kepadanya? Sampai-sampai gadis itu meninggalkannya dengan rasa sakit yang melubangi dadanya.

Nafasnya sesak. Dia tak punya tujuan hidup lagi.

Bunyi dering telepon menyentak kedukaannya. Nama Papanya terpampang di layar teleponnya. Zain mengusap air matanya kasar. Mencoba menahan suaranya agar tak bergetar.

"Hallo!" Suara Papanya terdengar panik.

"Ya hallo Pa? Ada apa?"

Zain mati-matian menahan sesak di dadanya. Dia tak ingin kedengaran jika sedang menangis. Dia adalah pria kuat seperti yang Zehra inginkan.

"Segera ke Rumah Sakit xx. Kakak iparmu sebentar lagi melahirkan."

"Melahirkan?"

Entah apa perasaannya kali ini. Sulit dijelaskan.

"Ya, Zain. Papa tutup dulu. Segera kesini untuk melihat keponakan barumu."

Tut.

Tubuh Zain seketika melemas. Dia tertawa miris. Keponakan? Dia tak tahu harus senang atau sedih. Dia tak tahu harus menangis bahagia atau duka.

Di tengah kesedihannya dia mendapat kabar yang sungguh membahagiakan. Rasanya campur aduk. Di satu sisi dia bahagia karena memiliki keponakan. Di satu sisi dia sangat sedih karena ditinggalkan seseorang yang amat sangat dia cintai.

***

Zain lari tergopoh-gopoh menghampiri Papanya. Dadanya naik turun sehabis berlari. Air matanya seketika tumpah lalu memeluk Papanya erat. Dia tak bisa membendungnya lagi. Dia benar-benar hancur.

"Ada apa Zain? Darimana saja kau?"

"Aku.. hiks.. sehabis mencari kekasihku Zehra.. Pa... dua hari ini aku tidak menemukannya... dia hilang.. huaaa..." Keluarlah sifat aslinya. Dia seperti orang yang sudah kehilangan akal.

"Bagaimana bisa?"

"Aku tidak tahu Pa...hiks dimana kakak?"

"Di dalam."

Zain segera membuka pintu ruang rawat Skyla sambil menangis sesenggukan. Dia bergegas berlari menghamburkan pelukan kepada kakaknya. Dia tak tahu apa yang dia lakukan. Tapi, mungkin dengan cara ini hatinya terasa lebih baik.

William menggeram pelan mencoba melepaskan pelukan adiknya. Skyla terkesiap melihat adik iparnya menaikan dagunya seakan bertanya 'ada apa mas?'

William mengendikan bahunya tak tahu.

"Zehraku meninggalkanku kak.. aku tidak tahu... apa salahku.. aku sangat mencintainya... kekasihku menghilang... huaaaa aku sudah mencarinya tadi... tapi dia dia tidak ada dimanapun...hiks..aku tidak tahu apa yang harus kulakukan di dunia ini... huaaaaa.." Isaknya pilu bebarengan dengan tangisan bayi kecil di pelukan Momminya.

"Sayang.. cup...cup.." Tutur Skyla menimang-nimang puteranya menangis tak kalah kuat dengan Zain.

William membekap mulut adiknya menyeretnya keluar. Dia mendorong adiknya sampai ke luar.

"Jangan mengganggu anakku!" Geramnya marah.

"Keponakanku? Dimana dia? Aku tidak ingin melihatnya sebelum Zehraku ketemu!" Sungutnya sesenggukan. Dia benar sudah gila.

"Kau sudah gila, Zain!"

"Ya aku memang gila. Gila karena Zehraku meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Dia sungguh tega kak. Tapi aku tetap sangat mencintainya. Tolong bantu aku menemukannya."

"Dimana otakmu? Suruh detektif sewaanmu mencarinya."

Pintu berdebam meninggalkan Zain yang mematung. Benar. Detektif sewaan. Kenapa dia menjadi sangat bodoh? Matanya berubah menjadi binar keemasan. Rasanya tenaganya terisi ulang dengan kabar baik.


To be continued...

_______________________________________

Selangkah lagi Anda semua akan menuju ending.

Vote yang belum vote ya ceritaku biar cepet update. Love you 🤗

Tata hati biar gak kaget sad atau happy end 😉

CRAZY MAN ✓ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang