DUA

208 69 31
                                    

Rada males bgt up!!
Ramein dungs hehe
.
.
Semoga kalian suka dengan tulisan aneh ini
.
.

Dita masih menaruh kekesalan atas sikap Adit tadi siang. Harga dirinya kini benar-benar sudah diambang malu. Padahal tidak ada kejadian yang aneh setelah Adit meneriaki namanya sambil menyatakan perasaan yang entah benar atau hanya sekadar untuk memalukan dirinya.

Adit menolehkan kepalanya ke belakang. Didapatinya raut wajah masam pada gadis itu.

"Apa liat-liat?!"

"Dih, ge-er" ucap Adit lantas memposisikan arah duduk yang semestinya, lalu tersenyum tipis.

Menurut Adit, Dita itu cewek aneh. Terkadang baik, ramah, manis, dan anggun, tetapi juga bisa menjadi buas, bahkan buasnya Dita bisa melebihi ibu tirinya.

Kringggg

Bel sekolah yang masih kuno berbunyi pertanda kelas telah berakhir. Semua murid mulai mengemasi barang bawaannya ke dalam tas masing-masing. Beda halnya dengan Adit, waktu pulang dia akan pulang, begitu juga dengan waktu datang. Adit datang dan pulang sama sekali tidak membawa beban seperti teman-temannya. Baginya membawa buku dari rumah itu perkara yang tidak mudah. Terlebih lagi jika hujan. Sudah dipastikan buku yang ia bawa akan kebasahan. Maka dengan ide cemerlangnya, buku-buku itu sengaja disimpan di loker yang berada lorong sekolah, semuanya. Jika dijadwal ada pelajarannya, yaa tinggal diambil, dan jika ada PR, yaa tinggal mencontek.

"Dita, tolong kamu bawa laptop bapak ke kantor" suruh pak Bondan selaku guru sejarah.

Dita mengangguk paham. Selesai membereskan barang-barangnya, segera dibawanya apa yang disuruh oleh pak Bondan.

Melihat ada celah, maka Adit akan segera beraksi.

"Saya bawa yang ini ya, Pak" tunjuk Adit pada tumpukan buku tulis yang barusan dikumpulkan oleh para teman-temannya.

Pak Bondan menurunkan sedikit kacamata silver nya. Dilihatnya wajah Adit cukup lama. Alisnya pun menaik sebelah, lalu keningnya juga ikut mengkerut. "Oke... Sama sekalian bawa tas dan sepatu saya ya" pinta pak Bondan yang membuat Adit melebarkan matanya. Adit merasa dirinya menjadi babu dalam beberapa saat ini.

"Haduh.. Saya pikir-pikir dulu ya, Pak"

"Dasar cowok!" Ketus Dita membuat Adit tersadar dan langsung membawa tas dan sepatu pak Bondan lengkap dengan kaos kaki berbau busuk.

Di lorong kelas, Adit dan Dita berjalan beriringan seperti tidak memiliki masalah. Tatapan mata Dita lurus, tidak seperti Adit yang terus melirik-lirik gadis di sebelahnya. Adit benar-benar terpesona dengan kesederhanaan yang Dita miliki.

Bulu mata lentik, alis tebal, bibir tipis, hidung mancung, dan pipi tirus membuat Adit semakin tergila-gila dengan gadis itu. Tak henti-hentinya padangan tersebut bisa teralihkan. Adit benar-benar jatuh cinta pada Dita.

Dilain sisi, Dita benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan wajah yang ia tekuk. Ingin rasanya ia menampar Adit karena telah membuat jantungnya berdegup tak normal.

"Jantung lo pasti lagi berdisko kan Dit?" Tanya Adit seolah-olah tahu apa yang sedang Dita rasakan.

"Nggak--"

Belum selesai Dita menyelesaikan ucapannya, kepala Adit sudah berada di bawah lehernya. Cowok itu menaruh telinganya di dada Dita.

"Tuh kan benerrr! Buset, cepet amat jantung lo berdetak?!" beo Adit bertanya kepada pemiliknya yang sedari tadi mengamati tingkah konyolnya di bawah sana.

Asal lo tahu Dit, gue udah lama mendem semua ini ke lo. Gue cinta ke lo Dit! Gue cinta! Tapi gue nggak bisa bilang ke lo, karena yang bakal jadi taruhannya harga diri gue-batin Dita bersuara begitu lirih.

TENTANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang