DUA PULUH TIGA

20 17 1
                                    

Holaa, kalian!!
Apa kabar? Moga baik" aja

Jangan lupa vote🌟 & comments💬

HAPPY SUNDAY
.
.

Sejak saat itu, Adit mulai kehilangan arah. Satu per satu tentangnya mulai diketahui. Cowok itu sekarang berada di suatu tempat yang sudah lama tidak didatanginya.

Sebuah ruangan yang terkesan mengerikan sama sekali tidak membuat diri Adit mundur. Cowok itu berdiri di tempatnya berada. Entah siapa yang tengah ia tunggu, yang jelas, Adit berpakaian serba hitam lengkap.

"Woy bro! Apa kabar?" Segerombolan orang datang menghampiri Adit. Salah satunya membuka suara dan saling berpelukan.

Adit membalas pertanyaannya dengan santai, "Seperti yang lo liat sekarang"

Mereka semua serentak mengangguk paham atas jawaban Adit.

"Apa tujuan lo ke sini?"

Adit tersenyum miring, dia melipat tangannya dan bersedekap di dada. "Apa yang seharus terjadi belum gue lakuin"

Leader dari gerombolan orang-orang tadi menyipitkan matanya. Dia terkekeh kecil, lalu menghampiri Adit.

"Nggak usah mengada-ada. Itu semua cuma salah paham, da--"

Derrr

Di luar sana petir menggelegar. Davin si leader dari Rafronsa menyunggingkan senyumnya. Dia tahu bahwa semesta pun tidak sepihak akan diri Adit.

Cowok itu pun membenarkan baju yang Adit kenakan. Kemudian setelah itu melirik Adit dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Nggak usah sok jagoan. Lo bukan tandingannya. Lebih baik lo balik dan perbaiki apa yang udah terjadi. Jangan sampai lo menyesal"

Adit menggelengkan kepalanya, dia juga menepis tangan Davin dari pakaiannya. Cowok satu ini masih tidak terima atas apa yang sudah terjadi. Baginya, tangisan harus dibalas tangisan. Begitupun dengan nyawa. Adit tidak akan segan-segan brutal jika seseorang memasuki kehidupan nyatanya.

"Gue belum puas kalo dia nggak merasakan hal serupa. Kalo bisa tewas, kenapa tidak?" Ucapan yang keluar dari mulut Adit benar-benar tidak beradab.

Bugh

Satu pukulan tak terkendali dari Davin mendarat di wajah Adit. Darah segar juga mengalir di sudut bibir milik Adit. Cowok itu hanya bisa meringis. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Adit membalas.

Davin mendapat balasannya, tetapi dia tetap tidak mengerti akan akal sehat yang kini telah hilang dari sosok Adit. Tidak tahu apa yang membuat Adit menjadi seperti itu, sepengetahuan Davin, Adit telah bahagia saat bersama Dita.

"HAJAR TEROS SAMPE MAMPOS!"

Adit, Davin, dan yang lainnya sontak langsung tertuju ke sumber suara. Adit dan Davin saling bertatapan sebelum akhirnya melempar arah pandangan ke sumber suara.

Pintu terbuka dengan ditendang. Siapa pelakunya masih diragukan, tetapi dari pita suara yang terdengar, mereka semua tahu siapa sosok yang telah datang.

Jari-jari tangan sudah mengepal dan sepertinya siap menghajar orang yang telah menusuknya dari belakang. Dari seberkas cahaya yang menembus dari celah-celah ruangan, berhasil menampakkan wajah asli tersangka.

Adit meneguk ludahnya dengan kasar. Dia membulatkan matanya tak percaya. Jiwanya menciut, tetapi tidak dengan tekadnya.

"Apa mau lo?!"

Seisi ruangan senyap hanya menyisakan Arka untuk berdialog. Dengan lantang dan beraninya Arka langsung to the point menghadapi Adit. Raut wajahnya tidak main-main. Kali ini Arka benar-benar sangat menakutkan.

TENTANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang