Kesambet apa bisa ke sini?!
Biasanya juga ga ada yg baca, hiks
.
.
.
.
.
.
.Pemandangan indah kini menyeruput pada mata Anin. Gadis itu tetap bertahan di rumah orang tua Arka ketimbang kembali ke rumah orang tuanya. Mungkin, ada suatu hal yang tidak Arka ceritakan padanya. Dan mungkin, Arka memang sengaja.
"Sore, Mi" sapa Anin pada Mika.
Mika tersenyum ringan.
Setelah menyapa Mika, Anin segera bergegas ke pintu depan. Ia menanti sosok yang akan datang.
Dan benar. Tidak perlu berlama-lama menunggu, ketibaan Arka, Dita, dan Rania sungguh membuat Anin menggeleng pertanda tidak percaya. Arka yang menghilangkan setelah hari itu sama sekali tidak memberi tahu keberadaannya. Bahkan menjemput agar tetap bersama pun Arka enggan untuk menghubunginya.
Hampir tiga hari Anin dibuat seperti orang kebingungan. Ia bingung harus apa di rumah orang tua Arka. Dirinya pun merasa sedikit bersalah atas apa yang telah terjadi. Jika ia kembali ke rumah orang tuanya, jelas saja itu akan menambah beban masalah.
Terutama Adit.
"Ka"
Arka yang benar-benar sangat mengurusi kehidupan adiknya saat itu tengah menurunkan kardus-kardus yang waktu itu sempat membuat ketiganya bergaduh untuk bertukar tempat.
Anin mendekat.
Dita yang tadinya berada di sebelah abangnya spontan mengerti. Dia melangkah menjauh ke samping kanan sebanyak tiga meter dari sana.
"Hei, kenapa?" tanya Arka dengan begitu ramah melihat Anin yang tiba-tiba mengeluarkan air mata.
"Bodoh banget bang Arka, kak" Dita spontan mengangkat alis datarnya atas ucapan tak toleran dari Rania.
"Udah tau kak Anin ditinggalin berhari-hari, masih aja nanya kenapa! Ya jelaslah kak Anin ka—mmshh"
Dita membungkam mulut remeh adiknya dengan tangan pribadinya.
"Bisa nggak diem dulu? Gue perhatiin belakangan hari terakhir lo banyak omong, Ran. Jadi pliss, nggak usah ngebacot dulu" beo Dita akhirnya bersuara. Dia menyatukan kedua tangannya dihadapan Rania pertanda sedang memohon.
Rania berdecak kesal. Ia menganggukkan kepalanya sekali.
Kembali pada Arka dan Anin. Mereka saling bertukar pandang dengan Anin yang masih terdiam namun air mata sudah membanjiri wajahnya.
Arka mendekat padanya. Lalu dihapusnya air mata yang sudah membasahi wajahnya milik istrinya itu. "Jangan cengeng. Tambah jelek kalo nangis" sindir Arka tetap tidak ada serius-seriusnya.
"Tuh liat deh" Lagi dan lagi. Benar kata Dita, belakangan terakhir Rania terlalu banyak berbicara. Bahkan, kali ini saja dia masih sempat-sempatnya mengomentari tentang diri Arka.
Dita mengehela nafasnya dengan begituuu panjangg.
"Lo kenapa sih?! Sewot banget, ih"
"Ya bukan gitu kak. Gue cuma—"
"—cuma apa?!" Dita menyela.
"Nggak ada, udah lupain aja" tukas Rania memilih untuk mengakhiri pembicaraan.
Entah apa yang sedang ditunggu, Dita dan Rania masih setia berada di tempat mereka berdiri. Keduanya belum beranjak pergi untuk masuk ke dalam rumah.
Menjadi penonton atas perlakukan dan tindakan yang Arka beri pada Anin membuat Dita dan Rania dilanda pikiran-pikiran yang sangat tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG MANTAN
Teen FictionMantan harus di buang jauh-jauh, bahkan bila perlu buang dia ke tong sampah. Tapi jangan sampai dia bau di dalam sana. Lah kenapa?! Karena gue takut dia diambil oleh orang lain karena aroma khasnya itu. Adhitya Rafa Nadal sad boy kelas kakap yang ma...