DUA PULUH TUJUH

27 15 5
                                    

Akhirnya!
Wuhuu!!!!
Setelah sekian abad gue up haha
.
.
.
Baca doang lu mah
Di vote juga dong
.
.
.

Siang harinya matahari sudah terik sekali. Pukul sebelas sudah didapati, tetapi bel panjang yang diartikan sebagai kumpul di lapangan tiba-tiba berbunyi.

Dita yang enggan untuk pergi keluar dari bawah atap kantin terus saja menawar. Gadis itu beralasan sakitlah, panaslah, pokoknya banyak sekali alasannya.

Ziko menaikkan sebelah alisnya dengan begitu yakin, kemudian menghela nafas panjang.

"Nggak akan, Dit. Percaya deh sama gue"

Dita mengerucutkan bibirnya tak terima.

"Kalo gue sakit gimana?"

"UKS buka, tinggal minta obat"

"Kalo gue pingsan gimana?"

"Gue yang gendong"

"Kalo tiba-tiba hujan gimana?

"Ya bagus! Berarti nggak akan kepanasan"

Cukup sampai di situ. Kali ini Dita sunyi. Idenya untuk beralasan tiba-tiba lenyap, tetapi tidak terlalu lama.

"Apalagi lagi alasannya? Kehabisan alasan? Ckckckck, kebanyakan alasannya lo Dit. Sumpah" ucap ZIKO mengerecoki Dita yang terdiam.

Tidak terima dikatakan seperti itu, Dita kembali membeo.

"Ishh kan panas Zikoo. Lo mah nggak ngerti. Cewek doang kayaknya yang ngerti" sebut Dita memberitahu bahwa Ziko tidak mengerti.

"Skincare? Iya? Skincare mahal? Panas? Takut kulit gosong? Bentar, gue pinjem payung ibu kantin"

Sebelum Ziko pergi menghampiri ibu kantin untuk meminjam payung, Dita mencekal lengan Ziko.

"Nggak usah malu-maluin deh. Udah ayo ke lapangan!"

Mereka berjalan menuju lapangan. Sampai di tempat tujuan, mata elang Dita menyoroti segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Cewek itu tidak melihat di mana keberadaan Lula dan juga Rio. Saudara kembar tak seiras itupun tidak Dita temui saat di kelas tadi.

"Kenapa?" tanya Ziko kepo.

Dita menggeleng.

"Lula? Rio? Mereka udah liburan"

Mata yang tadinya tak pandai diam mencari seketika berdalih kepada Ziko.

Seolah bisa membaca suasana, Ziko dengan entengnya bersuara, "Sama kayak lo. Class meeting yaa bakal gitu-gitu aja, nggak ada pembaruan. Gue juga setuju sih, mending juga bolos daripada masuk. Lagian absen kali ini nggak jalan, nggak kayak yang sebelum-sebelumnya"

"Kenapa gitu?" tanya Dita dengan bodoh.

Tiba-tiba saja Ziko menyoyor kepala Dita dengan tangannya. "Karena lo nggak masukk! Dan nggak ada yang mau gantiin posisi sekretaris sementara di kelas selain lo"

Dita membulatkan matanya dengan rasa tidak percaya. Bisa-bisanya tidak ada yang mau menggantikan posisi sekretaris dikala dirinya tidak ada.

"Kenapa pada nggak mau?" tanya Dita heran.

"Karena ribet. Apalagi pas pelajaran pak Bambang. Ada sih waktu itu yang gantiin lo -"

"Siapa?" Dita menyela.

"Adit" jawab Ziko singkat.

"Kok bisa?"

"Yaa mana gue tau. Lo tanya aja sama dia langsung" simpul Ziko tidak mau membahas apapun lagi.

TENTANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang