DELAPAN BELAS

19 15 6
                                    

Monmaap ya kalo ga bagus ceritanya. Masih belajar juga soalnya:"
_______________________

Dari ambang pintu, terpampang jelas sosok Adit dan Dita di sana. Adit dengan senyum lebar tercipta lantaran senang, sementara Dita berdiri seperti tak bernyawa. Wajah gusar, malas, badmood, dan lain sebagainya membuat gadis itu sulit untuk berekspresi.

"Adit? Ihhh kok nggak bilang-bilang sih kalo ke sini?!" Anin yang tengah bersantai ria sontak riang gembira berteriak melihat kedatangan Adit si adik usilnya.

Ramah tamah dan kerinduan yang melanda diri Anin langsung membawa dirinya untuk menyambut sang adik.

Dita menatap keduanya dengan rasa mager. Yang dipikirkannya hanyalah tidur. Gadis itu benar-benar lelah dengan harinya. Ingin rasanya menghilang, tetapi ribet juga kalau adik-kakak tersebut dibiarkan sendiri, bisa-bisanya habis data riwayat pribadi milik Dita dicupuin oleh Anin.

"Udah deh yaa kaliannn. Mending makan, kangen-kangenannya nanti aja, okey?" anjuran yang Dita berikan disetujui oleh keduanya.

Anin masih setia bersama adiknya, sementara Dita sudah melenggang pergi ke meja makan. Gadis itu langsung membuka wadah makanan yang tertutup. Tanpa harus menunggu yang lain dan tanpa memiliki rasa malu sedikit pun, dia menyedok nasi dan lauk pauk ke piring bundar mengkilap bersih berwarna putih.

"Mending juga gue makan daripada pura-pura bahagia karena kelaparan hahaa!" bisik Dita pada dirinya sendiri.

"Eh, Dit! Itu Adit diajak juga dong. Masa makan sendiri sih!" Kehadiran sang mama membuat kegiatan yang tengah Dita lakukan terhenti. Begitupun dengan Adit dan Anin, mereka seketika tertuju pada Dita dan Mika.

"Dit, ayo sini makan!"

"Iya, ntar gue nyusul" kata Adit lalu kembali berbincang-bincang bersama kakak tercintah.

Suara berisik gelak tawa dan canda tawa antara Adit dan Anin membuat Dita yang tengah asyik makan terganggu. Seketika ia memberhentikan kegiatannya. Dita iri karena jarang sekali bisa seperti itu bersama bang Arka. Ada sih, tetapi tidak sebaik itu. Maklumlah Arka dan Dita memiliki jiwa sedikit bar-bar, berbeda dengan Rania yang agak sedikit terkendali.

Gadis itu berdecak kesal, lalu membawa piring makannya pergi dari tempat ia berada.

"Hahahaa! Lo bener-bener ya, kak! Bisa-bisanya ngerjain bang Arka" ucap Adit kepada Anin yang diketahui sedang bergibah ria mengenai Arka.

Blebb

Adit bungkam. Suaranya pun kini tak terdengar, begitupun dengan Anin. Mulutnya kini dipenuhi oleh nasi yang Dita sempal lantaran diabaikan oleh Adit.

"Lo bwener bwener --"

"Makan nggak boleh ngomong!" sahut Dita, lalu Adit segera mengunyah dan menelan makanan yang ada di mulutnya.

Adit yang ikut sebal perihal tersebut membuat dirinya membalas apa yang telah Dita lakukan, dan refleks Dita pun merasakan apa yang tadi Adit rasakan.

"Rasain lo! Lagian jadi cewek jahil banget sih" kedua alis hitam milik Dita spontan menjadi tidak berjarak karena ucapan Adit. "Lo tuh diem aja, yang jahil cukup gue. Yang kerja juga cukup gue. Lo duduk diem manis aja di depan gue!"

"Udah ayo makan!" Adit melangkah maju ke meja makan dengan sok cool, padahal menahan rasa nyeri karena luka yang belum sembuh. Ia meninggalkan Dita yang masih diam tidak bergerak tetapi menyimpan berbagai perumpamaan kesal pada Adit.

Adit berbalik, dia melihat sosok Dita seperti menjelekkan dirinya di sana. "Lo mau makan nggak?! Kalo nggak mau gue habisin nih"

"Eh jangan dong! Iyaa gue makann"

TENTANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang