DUA PULUH

20 14 1
                                    

Hai, gue kembali nih
hhhee

Arka menepuk pelan pucuk kepala Dita, tetapi tidak lupa dengan Rania, Arka juga imbang terhadap mereka. Dia tidak pilih kasih antara keduanya.

Beriringan, Arka, Rania, dan Dita masuk ke restoran. Semua mata melihat ke arah mereka. Dita menunduk dengan raut wajah yang Arka ketahui, "Jangan gitu, setidaknya lo harus pinter main drama di sini"

Dengan niat bersungguh-sungguh, Dita mengangguk. Ia mengubah raut wajahnya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

Kehadiran mereka bertiga disambut dengan wajah hangat. Arka membiarkan Dita dan Rania berjalan mendahuluinya. Cowok itu menatap Dita dan Rania secara bergantian dari arah belakang. Cowok itu membatin. Saat penglihatannya mengarah pada Dita, tatapannya cukup lama. Arka memberi kata-kata yang berbeda terhadap keduanya.

"Lo nggak salah Dit. Cinta itu suci, lo nggak bisa mengelak. Tetapi mengapa lo nggak minta saran dulu waktu itu? Dan mengapa harus sama dia? Andai lo cerita, mungkin gue bisa menjauhkan lo dari permainan ini"

"Rania. Lo adalah adek gue paling kecil. Adek gue yang paling pengertian, mandiri, dan nakal, tapi nggak seceroboh gue dan Dita. Semoga lo selalu dilindungi. Cuma lo yang nggak masuk ke dalam permainan, dan gue harap akan selalu seperti itu. Gue sayang sama lo, jangan pernah mengabaikan abang lo ini Ran, gue tau apa yang lo sembunyikan. Gue tau. Tetap jadi adek yang baik ya Ran"

Setetes air mata menetes dengan bebas, segera Arka menyekanya dengan bahu. Perasaannya benar-benar sudah terusik melihat salah satu adiknya yang sedang tidak baik-baik saja. Arka tidak membenci. Dia marah lantaran ada seseorang yang membuat Dita menangis bukan karena ulahnya. Arka marah sekali.

Posisi Arka sebagai abang jelas tidak bisa digantikan. Apalagi tentang sakat menyakat, abang mana yang terima jika posisinya diambil. "Berani lo bikin adek gue meneteskan air mata, melayang satu kali pukulan" gemuruh Arka menggebu-gebu ingin menghabisi Adit. Dia menatap Adit dengan tidak senang tetapi tidak disadari oleh orang-orang.

Mika berjalan menghampiri kedua putrinya. Wanita separuh baya itu sepertinya terlihat bahagia, begitupun dengan yang lainnya. Sepertinya ada yang telah terlewatkan, namun belum disadari.

Tiba di hadapan Dita dan Rania, segera ia bawa menuju meja makan yang sudah dipenuhi oleh anggota keluarga. Berbeda dengan Arka, dia masih menyimpan rasa tidak sukanya terhadap orang-orang yang akan membuat Dita semakin terpuruk nantinya. Cowok itu tidak berekspresi lalu datang menghampiri keluarga besar dengan senyum merekah.

Makan malam dimulai. Semua orang bersuka cita di sana. Gelak dan canda tawa tercipta dengan sendirinya. Mereka semua terlibat di dalamnya. Melupakan atas apa yang telah terjadi, Arka dan Dita hanyut di dalamnya.

Sampai pada hidangan penutup menghampiri, Akbar bersiap-siap membuka suara. Ayah dari Adit tersebut meminta izin terlebih dahulu sebelum akhirnya berbicara.

"Baik semuanya saya selaku perwakilan dari keluarga besar Nadal mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat karena sudah menyukseskan makan malam ini. Harapan saya selanjutnya, semoga hubungan ini akan menjadi lebih rekat lagi" Sejenak Akbar memberhentikan ucapannya. Dia menoleh ke arah Rama dan Rama mempersilakan agar ayah Adit tersebut melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.

"Kepada Arka dan Anin, semoga kalian selalu bahagia. Kemudian untuk putra ayah yang tidak kalah gantengnya, Adhitya Rafa Nadal dan putri dari Rama yaitu Yuditha Alvarena Hez-- sesegera mungkin kalian akan bertunangan"

Deg

Tepukan tangan heboh mewarnai suasana. Wajah bahagia hadir. Mika dan Laras mendekatkan diri dan saling berpelukan.

TENTANG MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang