Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
(Salamnya di jawab dulu)
.
.
Gimana dengan sekolah?
Masih online atau udah offline?
Btw tetap semangat ya school nya
.
.
.
Selamat Membaca
^^Hujan lebat tengah mengguyur kota sejak pukul pukul tujuh tadi. Dinginnya udara membuat Dita memakai selimut hingga berlapis dua untuk menyelimuti tubuhnya. Diikuti dengan suara guntur serta petir, maka gadis itu sangat tak berani untuk menyalakan televisi ataupun bermain PS.
Grtt grrtt
Adita
"Kenapa?"
"Mau di samperin nggak?!" Dita menyergitkan dahinya.
Cukup lama gadis itu terdiam.
"Aku di depan pintu"
Tuttt
Mata Dita spontan mengarah ke ambang pintu kamarnya. "Nggak, nggak. Nggak mungkin Adit di situ" sangkalnya dengan mengibaskan tangannya ke depan wajah agar pemikiran konyol itu segera pergi dari otaknya.
Tok tok tok
Dita melebarkan matanya tak berkedip. Gadis itu amat sangat tak percaya. "Siapa?"
"Ada orang tuh di bawah. Mana ganteng lagi"
Ucapan Rania-adik Dita yang berhasil lolos masuk ke indera pendengarannya sungguh dibuat resah. Rania adalah adik Dita yang jarak umurnya hanya selisih satu setengah tahun. Dan jika rencana jahat Rania sampai terjadi... Dita tak akan bisa tinggal diam.
"Anda diam, ya!" peringat Dita dengan sedikit membentak, namun sebenarnya keduanya hanya bergurau.
"Ck. Ya udah buruan turunnn"
Ceklek
Rania menatap Dita dengan begitu intens. Dari ujung kaki hingga ujung kepala benar-benar diamatinya.
"Ganti baju" suruh Rania yang dia rasa pakaian yang sedang Dita gunakan tak pantas untuk bertemu dengan tamu.
"Kenapa ganti sih?!"
"Lo terkesan malas kalo pake baju tidur! Udah buru ganti pake baju main!"
Tanpa permisi adik Dita mendorong tubuh Dita kembali masuk ke dalam kamar. Gadis itu langsung tertuju ke arah lemari tua berwarna putih, lalu mengobrak-abrik isinya. "Pake ini" Dita mengangguk menurut.
_______
Keluarga Nadal tengah berkumpul lengkap dengan menantu serta cucunya. Semua orang berpasangan, terkecuali Adit. Panas melihat pemandangan di depannya, cowok itu lebih memilih untuk duduk di ruang makan dan makan sebagai tanda tak suka.
"Mana? Katanya udah ada cewek?" Adit mengehentikan gerakan ancang-ancang mengambil nasi. Benar saja cowok itu melupakan Dita. Padahal niat awalnya ingin membawa gadis itu kemari, namun karena Rio, semua niatnya justru diurungkannya dan akhirnya dia menjomblo di rumahnya sendiri.
"Belum waktunya"
Mendengar pembicaraan antara putra dan calon menantunya, Laura memilih untuk bergabung ke ruang makan.
Kehadiran sang ibu benar-benar membuatnya terkejut. Terlebih lagi ketika wanita itu bertanya tentang pacar Adit. Jujur saja Adit amat sangat tak suka jika kedoknya terbongkar.
"Udah punya pacar ya?" sergah Laura sambil merangkul lembut bahu Adit.
Cowok itu sempat tersedak air liur mendengar lontaran material tak berwujud dari mulut sang ibu. Bagaimana bisa pendengarannya mendengar sejauh itu. Jarak ruang tengah dan ruang makan terkisar lima puluh meter, atau bahkan bisa saja lebih.
Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba semua keluarga Nadal berkumpul mendekati Adit. Alarm siaga satu milik Adit telah berbunyi sejak Laura hadir, dan kini... Malah semua keluarganya ikut hadir.
"Mampuslah gue di interogasi" batin Adit sambil mencari celah untuk pergi.
Ting
Notifikasi dari WhatsApp sempat membuat seluruh keluarga itu mengarah ke benda pipih yang layarnya terpampang jelas di sebelah Adit. Cowok itu semakin was-was saat melihat wajah anggota keluarganya satu per satu.
Akbar mendekat. Laki-laki separuh baya itu duduk di samping Adit dan menatap istrinya sambil tersenyum. Sementara Adit tak berkutik dan tangannya sudah mendingin sejak handphone nya berbunyi.
Ditadit
Sibuk gak, Dit?Ditadit, gabungan nama Dita dan Adit. Sebaliknya pun begitu. Dita pun juga menulis kontak Adit sama hanya dengan Adit menulis kontaknya di ponsel itu.
"Ekhem" Mata Adit menatap tajam pemilik suara. Bang Arka memang suka mengacaunya. Kekasih kakaknya itu sudah menjalin hubungan kurang lebih tujuh tahun, dan kabar baiknya mereka akan segera melangkah ke jenjang yang lebih serius. Lalu kabar buruknya? Adit akan semakin menjadi terpojokkan.
"Di-ta-dit" Ya, seperti itulah Akbar mengeja huruf demi huruf yang ada di handphone milik Adit.
Merasa kecolongan, Adit segera meraih handphone nya untuk masuk ke dalam saku celana. Cowok itu bangkit dari kursinya dan pergi tanpa permisi.
Hancur sudah rahasianya selama ini. Padahal Adit akan memperkenalkan gadis itu hari ini. Namun karena ego yang terlalu tinggi, cowok itu justru mendapat balasan yang sangat amat memalukan di tengah keluarga Nadal berkumpul.
Adit pergi menaiki tangga dengan penekanan. Bahkan hentakan kaki itu masih bisa terdengar jelas dari ruang makan.
Adit terus menggerutu di dalam hati. Berbagai jenis hewan di kebun binatang telah disebutkan satu demi satu. Mulai dari babi, anjing, bahkan setan, semua sudah ia sebutkan. Singkat cerita, Arka memang sangat suka menjahilinya. Cowok kakaknya itu dahulu teman sepermainan Adit, lalu entah dari mana datangnya, Adit mendengar kabar bahwa Arka dan Jihan telah bertunangan, tanpa mengundangnya.
"Liat aja lo, Bang. Lo bakal iri ngeliat cewek gue!" geram Adit kemudian lenyap tak bersuara di dalam kamarnya.
.
.
.
.
Vote nya dong
Hahahaaaa!!
.
.
.
.
Have nice day, Kawan!
.
.
Makasih yg udah mampir
Dan makasih buat yg mau ngebaca tulisan ini+ngasih 🌟
.
.
.
.
.
.
.GAJE
KARYA GUE GAJE 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG MANTAN
Novela JuvenilMantan harus di buang jauh-jauh, bahkan bila perlu buang dia ke tong sampah. Tapi jangan sampai dia bau di dalam sana. Lah kenapa?! Karena gue takut dia diambil oleh orang lain karena aroma khasnya itu. Adhitya Rafa Nadal sad boy kelas kakap yang ma...