Keesokan paginya, Adnan telah menyusun janji dengan Dokter Luis perkara operasi Arumi agar bisa berbicara kembali. Adnan sangat senang saat tau bahwa Dokter Luis mau melakukan operasi tersebut untuk istrinya.
Kakak gak capek? Kita bisa besok-besok aja ke rumah sakit.
Arumi menatap suaminya, ia senang karena Adnan berusaha yang terbaik untuknya. Tapi jika sampai tak memperdulikan kesehatannya maka Arumi menolak untuk itu.
Tangan Arumi menyentuh tangan Adnan, menggenggamnya erat lalu menatap Adnan. Adnan membalas tatapannya.
"Apa kamu tidak menyukai usahaku untuk membahagiakanmu?" tanya Adnan pelan. Arumi menggeleng. Ia mengelus pelan rahang kokoh suaminya, ia tau Adnan lelah. Tampak di raut wajah Adnan yang kurang beristirahat.
Helaan nafas terdengar dari Arumi, Adnan memandang istrinya khawatir. Arumi kembali menulis beberapa kata di notes lalu menyuruh Adnan membacanya.
Rumi senang karena Kakak peduli dengan Rumi. Tapi Kakak perlu istirahat, Kakak harus jaga kesehatan. Rumi gak mau Kakak jadi sakit hanya karena ingin Rumi bisa bicara.
Hati Adnan tersentuh, istrinya memang wanita yang tak pernah ia jumpai sekitar delapan tahun belakangan ini. Hanya Arumi yang benar-benar memperhatikan dirinya. Bahkan Zane saja yang berkata mencintainya tidak pernah peduli padanya. Uminya telah memilihkan istri yang tepat.
"Aku gak capek kok, aku senang dengan ini Rumi. Aku gak sabar denger suaramu. Aku janji, setelah kamu operasi dan kembali berbicara. Aku akan ambil cuti sekitar sebulan dan itu akan aku gunakan untuk beristirahat di rumah. Bagaimana?"
Adnan mencoba membujuk Arumi dengan memberikan penawaran yang lumayan diterima. Arumi tersenyum manis, ia mencubit pelan pinggang suaminya yang menimbulkan sensasi geli.
"Deal cantik?" tanya Adnan sekali lagi.
Tangan Adnan mengulur terbuka, siap menerima genggaman tangan istrinya. Kedua tangan itu saling bersalaman erat pertanda Arumi setuju.
"Karna sudah deal, ayo kita ke Rumah sakit. Dokter Luis sudah menunggu, aku tidak sabar mendengarkan suara istriku yang cantik!"
Mata Adnan tak bisa berbohong, ia sangat antusias. Arumi bisa membacanya dari tatapan mata suaminya. Tak bisa membayangkan bahwa dibalik penderitaannya selama ini, Allah telah mempersiapkan seseorang seperti Adnan untuk menjadi suaminya. Yang katanya pria kejam ditakuti tapi malah menjadi pria yang paling menjaga dan mencintainya.
Dengan cepat, Arumi memeluk Adnan erat. Adnan sedikit kaget karena Arumi yang tiba-tiba saja memeluknya erat. Tapi tak ingin ambil pusing, ia membalas pelukan itu sama eratnya.
Kepala Arumi bersandar di dada bidang suaminya dengan nyaman. Sambil bergumam di dalam hati.
Terimakasih atas keikhlasannya, suamiku.
~~~
Akhirnya mereka pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Luis membicarakan tentang kelanjutan operasi yang akan Arumi lakukan.
Tangan yang saling menggenggam, senyum yang terbentuk saat memandang orang yang dicintai. Mereka berjalan memasuki rumah sakit menuju ruangan Dokter Luis dengan sangat bahagia.
Tok tok tok
Saat sampai di depan pintu ruangan, Adnan mengetok pelan takut jika ada pasien di dalam dan tentunya mereka juga menjaga tata krama.
"Silahkan," ucap Dokter Luis dari dalam ruangan. Setelah mendapatkan izin, knop pintu Adnan pegang dan pintu pun ia buka. Mempersilahkan Arumi masuk terlebih dahulu sebelum akhirnya ia masuk.
Pintu tertutup rapat, seseorang yang mengintai dari tadi mencari tempat persembunyian hingga Adnan dan Arumi keluar dari ruangan.
"Nona, mereka telah masuk. Saya tidak bisa mendengar lebih jelas karena ada CCTV yang mengintai."
Zane duduk di apartement miliknya, mendengarkan laporan tentang Adnan dan Arumi dari orang suruhan yang ia bayar.
"Baiklah, ikuti saja tapi usahakan beri aku informasi bagus kapan gadis itu sedang sendirian! Aku ingin laporan bagus secepatnya, aku sudah mengeluarkan uang untuk membayarmu! Jangan kecewakan aku!"
Tut..
Telepon terputus secara sepihak, Zane bersandar di kursi dalam apartemennya sambil berpikir. Apa yang mereka lakukan di rumah sakit?
"Ad," gumamnya pelan.
Zane sendirian, tak ada siapapun disini. Bahkan orangtuanya juga tak mempedulikan dia. Tak ada yang benar-benar ada untuknya.
Meski perhatian yang pernah Adnan berikan dulu adalah palsu, tapi setidaknya Zane merasa ada yang menyayangi dirinya.
Tangan Zane menutup wajahnya, ia ingin mengulang kembali pada masa Adnan yang selalu ada untuknya.
"Ad," lirih Zane.
"Kembalilah Ad, aku membutuhkanmu. Kembalilah perhatian padaku meski itu semua hanya semu," lirihnya.
Zane, dia egois. Tapi dibalik keegoisan yang ia miliki, cintanya untuk Adnan sangat tulus. Gadis itu tak sadar, sebenarnya yang ia inginkan bukanlah Adnan. Tetapi hanya seseorang yang bisa memperhatikan dan mencintainya.
Meski banyak yang berpikir dia jahat, tapi mereka lupa bahwa Zane juga manusia yang punya perasaan. Perasaannya lah yang membuat dirinya tampak buruk.
"I love you Ad, i really love you.." gumamnya lirih.
~~~
Di dalam ruangan, Dokter Luis dan Adnan berdiskusi tentang kapan waktu yang tepat Arumi akan melakukan operasi.
"Kalian baru saja pulang, Saya akan memeriksa kondisi Arumi terlebih dahulu. Waktu tercepat adalah tiga hari lagi, dan waktu terlama mungkin minggu depan. Semua telah direncanakan jadi Anda cukup berdoa semoga Arumi bisa berbicara secepatnya,"
Adnan mengangguk pelan, memang perkara operasi ini telah dia bicarakan dengan Dokter Luis sebelum mereka menikah jadi waktu tempuh hingga hari dimana Arumi dioperasi lumayan lama.
"Tapi usahakan secepatnya, Saya akan membayar lebih. Tiga hari, Saya ingin tiga hari lagi operasi itu sudah bisa dilaksanakan."
"Ya, tentu saja Saya akan mengusahakan yang terbaik. Terlebih ini sudah sangat lama terjadi sejak Arumi kecelakaan yang membuat pita suaranya menjadi lumpuh. Dua hari lagi, tolong kembali ke sini. Saya akan memberi tahu apa bisa operasi dilakukan keesokan harinya mengingat akhir-akhir ini banyak sekali pasien dengan keluhan berat."
Tampak dari raut wajah Adnan yang hendak kembali protes dan menekankan ingin secepatnya. Arumi menggenggam tangan suaminya, Adnan pun menoleh.
Arumi seakan berbicara lewat mata dengan suaminya seakan berkata ' tak apa Kak, ayo kita pulang '
Adnan menghela nafas berat, " Baiklah, dua hari lagi kami kesini dan saya sangat berharap ada kabar baik dari Anda. Jika Anda tak lupa dengan siapa Anda berurusan,"
Dokter Luis langsung terdiam, benar. Dia lupa dengan siapa sekarang dia berbicara. Sejinak apapun hewan buas, mereka tetaplah buas dan berbaya. Itu merupakan ungkapan mereka yang pernah menganggap Adnan gampangan.
"Iya Pak Adnan, saya akan memberikan kabar baik. Bapak tenang saja," jawab Dokter Luis takut.
Tatapan sengit Adnan berikan, Arumi menarik suaminya untuk keluar dari ruangan.
Tangan mereka bertaut, Arumi menarik paksa tatkala Adnan seperti tak ingin bergerak dan membuat Dokter Luis bungkam.
Akhirnya Arumi mengambil jalan pintas, ia berjinjit lalu mencium pipi suaminya. Adnan kaget, begitupun dengan Dokter Luis. Setelah itu, Adnan menatap Arumi yang menahan malu. Wajahnya sudah merah. Adnan terkekeh , meski memalukan setidaknya pujukan dengan cara itu berhasil.
Adnan dan Arumi keluar dari ruangan, saat pintu baru saja tertutup Adnan berbisik lembut pada istrinya.
"Istriku mulai nakal,"
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Umi [ End ]
Teen FictionAdnan Dzaky adalah seorang pemabuk, yang suka mempermainkan wanita dan dikenal sebagai pengusaha yang tidak memiliki perasaan. Yang bertemu dengan seorang gadis cantik, tapi sayang sekali gadis itu bisu membuat Adnan semakin memandangnya rendah. Na...