Jadi alasan tuan menolongku karena balas budi?
Arumi duduk sendiri di taman belakang, menikmati indahnya sore dengan angin yang sepoi-sepoi. Mengingat Adnan dan ia saat masih kecil membuatnya merindukan sang ibu.
Helaan nafas berat terdengar dari gadis itu, duduk sendiri dan berpikir mengapa hidupnya sangatlah kacau.
Allah , berapa banyak lagi cobaan yang harus kutanggung?
Adnan baru saja pulang dari kantor, ia memasuki rumah. Rumah ini tampak sepi, wajar saja karena yang tinggal disini hanya empat orang. Untuk ukuran rumah yang layak dihuni sepuluh orang, rumah ini sepi jika hanya ada mereka berempat.
"Sudah pulang tuan? Mau makan?" tanya Bi Ria saat Adnan baru saja memegang knop pintu dan hendak membukanya.
Adnan menoleh, sambil menggeleng pelan. Bi Ria mengangguk paham. Ia pun pergi untuk mengurus yang lain, sedangkan Adnan masuk ke dalam kamarnya.
Merebahkan diri di atas kasur yang empuk, mata Adnan hendak terlelap tapi ia teringat dengan surat yang ia tulis.
Tubuh Adnan langsung berdiri dan berjalan menuju rak dimana ia meletakkan surat tersebut. Foto itu juga sengaja ia pajang, Adnan memberikan beberapa pertanyaan untuk Arumi jika memang benar Arumi adalah Rumi yang sama dengan gadis masa lampau nya.
Kenangan lama yang indah, tak seperti saat ini. Semua suram, gelap dan tak berarah.
Adnan mengambil surat tersebut, ia tersenyum simpul. Ternyata Arumi menjawab pertanyaannya.
Ia duduk dipinggir kasur dan mulai membacanya.
Rumi, jika benar kamu adalah orang yang sama. Maka tolong jawab pertanyaan ini untuk meyakinkan aku.
Nama masa kecilku? Zaky
Nama panggilan Umi? Umi Asi
Alasan kita mengenal satu sama lain? Karena ibu dibunuh oleh ayah, ayah masuk penjara dan saya dirawat oleh Umi. Namun setelah itu saya diambil paksa oleh bibi.Yang terakhir Rumi, paling sederhana
Apa nama kecilmu yang kuberikan? Rumi Aliya
Mata itu berbinar, semua jawaban ini sesuai ekspektasinya. Rumi, setelah berpisah paksa selama kurang lebih lima belas tahun. Akhirnya Adnan menemukannya.
Dengan rasa senang yang tak karuan, Adnan keluar dari kamar dan mencari keberadaan Arumi.
Sambil membawa surat itu, Adnan ingin sekali memeluknya. Pantas saja rumah ini sedikit lebih hidup, ternyata orang yang dulu pergi kembali meski tak semua.
"Bi, Arumi mana?" tanya Adnan pada Bi Ria yang ada di dapur. Adnan mencari Arumi dikamarnya namun gadis itu tidak berada disana.
"Di taman belakang tuan, keliatannya Arumi lagi sedih. Soalnya tadi Bibi lihat dia nangis," jelas Bi Ria. Adnan terdiam.
"Menangis? Kenapa?" tanyanya khawatir.
Bi Ria menggeleng, ia tak tau alasan itu. Wajah Adnan menampilkan ekspresi kecewa.
"Baiklah Bi, aku ke taman dulu!" ujar Adnan, Bi Ria mengangguk.
Adnan berjalan menuju pintu belakang menuju taman, ternyata benar gadis itu berada di sana.
Berniat mendekati, tapi ketika melihat Arumi yang menunduk membuatnya enggan. Ia tak bisa meminta Arumi sekarang, gadis itu sepertinya ada masalah atau ia memerlukan waktu sendiri.
Arumi menangis, ia lelah. Ia lelah dengan hidupnya yang sangat miris. Tapi untungnya tak pernah terlintas dipikiran Arumi untuk mengakhiri hidupnya.
Ia selalu memegang teguh prinsip bahwa cobaan yang Allah berikan untuknya menandakan dia adalah orang yang dipercaya bisa melewati. Karena tidak semua orang diberi cobaan semengerikan ini.
Hidup sederhana, namun ibunya dibunuh oleh ayahnya sendiri. Ia menjadi bisu karena menyelamatkan Adnan dari kecelakaan. Dan sekarang ia dijual oleh ayahnya sendiri.
Arumi menutup wajahnya, ia terisak. Sudah lama sekali ia tidak menangis seperti ini. Lebih tepatnya, tidak bisa.
Adnan mengintip dari balik jendela, ingin menenangkan Arumi tapi ia takut itu malah membuat Arumi semakin sedih.
Tapi ia tak bisa membiarkan gadis itu menangis, Arumi bukan orang asing yang ia beli. Arumi adalah cinta pertamanya yang hilang.
Langkah kaki Adnan maju untuk mendekat ke arah Arumi. Berdiri disamping Arumi yang menangis dalam diam, tangan Adnan menepuk pelan bahu Arumi.
Gadis itu mendongak ke atas, menatap Adnan dengan mata sembab.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang menganggumu?"
Pandangannya langsung beralih ke arah lain, bingung dan resah. Entahlah, Arumi tak tau dengan perasaannya sekarang.
Adnan memutuskan untuk duduk di samping Arumi, sambil menatap gadis itu yang tiba-tiba saja menghentikan tangisnya.
Keadaan jadi kikuk, Adnan tak berbicara dan Arumi pun tak menjawab pertanyaan Adnan tadi dengan surat.
Lelaki itu menghela nafas, nafasnya berat. Ia lelah dan butuh sandaran. Tanpa bertanya lebih dahulu, Adnan langsung bersandar di bahu Arumi membuat gadis itu kaget.
Saling diam, tak ada dialog antara keduanya hingga Adnan memulai dengan mata tertutup.
"Rumi, Zaky sendiri loh selama lima belas tahun. Zaky udah gak pernah sholat, udah gak tau cara mengaji. Zaky udah berubah, Umi Asi pasti kecewa kalau tau Zaky seperti ini!"
Arumi tetap diam, tak ingin membalas dan tetap mendengarkan. Ia kaget saat Adnan mengatakan hal itu padanya. Mereka memang pernah dekat, tapi itu dulu. Lima belas tahun berpisah cukup untuk membentangkan jarak yang luas untuk mereka.
"Zaky kangen waktu kita sama-sama, Zaky gak suka sendiri Rumi. Zaky jadi orang egois saat sendiri, kita bertemu aja di tempat buruk. Tapi Zaky gak menyesal, karena kita bertemu lagi!"
Adnan merasa tubuhnya menjadi relaks, ia seperti menemukan rumah lama yang hilang. Arumi seperti puing-puing rumah lamanya yang hancur, namun perlahan rumah itu kembali utuh.
"Senyummu masih sama ya Rumi, maaf ya karena aku kamu jadi gak bisa bicara. Aku ingin menebus kesalahanku Rumi," jelasnya.
Arumi menoleh pelan, sedangkan Adnan bangkit dari sandarannya. Ia menatap Arumi dengan serius.
"Rumi, aku akan menjadi orang kejam jika berpisah denganmu kali ini. Jadi maukan kamu hidup denganku?" tanya Adnan serius. Bahkan ia tak berkedip saat mengatakannya pada Arumi.
Detak jantung Arumi menjadi lebih kuat, jemari Arumi mulai menyejuk. Arumi gugup.
Tak lama, Arumi menuliskan beberapa kata untuk Adnan.
Bukankah saya sudah hidup dengan tuan? Saya dibeli oleh tuan, jadi saya akan tetap di samping tuan sampai tuan melepaskan saya.
Setelah membaca itu, Adnan melemparkan kertas itu ke tempat sampah. Ekspresinya kembali datar. Arumi tak mengertikah maksud ucapannya?
"Aku tak ingin hidup seperti itu Rumi, aku ingin hidup denganmu dimana kita saling melengkapi!"
Arumi semakin tak paham, ia menuliskan beberapa kata lagi lalu memberikannya kepada Adnan untuk dibaca.
Maksudnya tuan apa? Saya harus hidup dengan tuan sebagai apa?
Adnan menarik rambutnya pelan, ia harus sabar. Ia tak ingin kehilangan Arumi lagi. Dulu ia kehilangan karena Arumi dipaksa pergi, dan ia tak ingin Arumi pergi dengan alasan dirinya.
"Arumi, menikahlah denganku. Jadi istriku ya?" gumam Adnan pelan namun masih bisa didengar oleh Arumi.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Umi [ End ]
Fiksi RemajaAdnan Dzaky adalah seorang pemabuk, yang suka mempermainkan wanita dan dikenal sebagai pengusaha yang tidak memiliki perasaan. Yang bertemu dengan seorang gadis cantik, tapi sayang sekali gadis itu bisu membuat Adnan semakin memandangnya rendah. Na...