22. Sekretaris

3.2K 396 12
                                    

Setelah pulang dari rumah sakit, tepatnya saat mereka sudah sampai di rumah. Sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton TV dan memakan cemilan. Ada telfon masuk dari handphone Adnan yang ternyata berasal dari sekretarisnya.

"Sayang, aku angkat telfon Ruli dulu ya."

Arumi mengangguk, ia tau Ruli adalah nama sekretaris dari Adnan jadi ia tak masalah.

Lelaki itu bangkit, berdiri sedikit jauh dari Arumi agar istrinya tidak terganggu oleh percakapan bisnis mereka.

"Ada apa?" tanya Adnan saat ia sudah berdiri sedikit jauh.

[ Maaf menganggu waktu Anda, tapi Pak saya baru saja mengalami kecelakaan. Saya sudah menyuruh orang kantor menghubui Anda tapi katanya Anda tidak aktif. Saya sekarang sedang ada di rumah sakit ]

Adnan kaget, Ruli kecelakaan? Lantas yang mengurus semua pekerjaannya saat ia akan mengambil cuti siapa?

"Apa parah? Apa kamu perlu mengambil cuti?" tanya Adnan.

[ Tidak parah, tapi kata Dokter hanya patah tulang. Untuk pemulihan lumayan lama, sekitar dua bulan. Jika anda menganggap saya berbohong, datang lah kerumah sakit dan bicara pada dokter . ]

Sekali lagi, Adnan dibuat kaget oleh perkataan Ruli. Dua bulan? Adnan mulai kesal tapi ia tak mungkin memaksakan Ruli untuk tetap bekerja dengan kondisinya seperti ini.

"Bagaimana bisa kamu patah tulang seperti ini? Kapan kecelakaannya?" tanya Adnan heran. Lelaki itu melirik jam dinding yang ada di rumahnya, sekarang sudah pukul dua siang.

[ Tadi saya sedang membeli makan siang di sebrang kantor, sekitar pukul dua belas. Lalu saat hendak kembali, tiba-tiba saja ada mobil melaju dan saya tidak punya ruang untuk menghindar. Polisi sudah mengamankannya, polisi melapor ke saya katanya supir itu sedang mabuk lalu...]

Ruli menjelaskan secara detail bagaimana kejadian yang terjadi, ia juga mengatakan bahwa dirinya pingsan sekitar empat puluh lima menit. Dan sekarang ia sudah sadar sekitar hampir satu jam yang lalu, barulah ia menghubungi Adnan untuk memberitahu.

Adnan bingung, " Jadi yang me–!" Ucapan Adnan terpotong karena Ruli kembali berbicara.

[ Untuk sekretaris sementara, saya sudah infokan kepada HRD untuk mencarikannya. Dan baru sekitar sepuluh menit info tersebut dipublikasikan, sudah ada sekitar lima puluh lamaran untuk menduduki posisi sekretaris sementara itu. Saya juga sudah memberitahu syarat kriteria untuk menjadi sekretaris Anda walau hanya sementara ]

Kepala Adnan mengangguk, cukup mencengangkan saat tau Ruli sangat profesional dan tangkas. Meski ia baru saja mengalami kecelakaan tetapi ia tetap bisa mengusahakan semaksimal mungkin agar pekerjaan Adnan tetap bisa lancar meski posisinya harus tergantikan sementara.

"Baiklah, terimakasih untuk itu Ruli. Saya akan membayar seluruh pengomatanmu selama pemulihan. Dan untuk sekretaris baru, apa besok dia sudah bisa bekerja karena seperti yang kamu tau saya ada miting besok dengan Pak Handoko."

Adnan duduk di bangku ruang tamu karena lelah berdiri, sedikit khawatir tentang pekerjaannya tapi semua sudah hilang saat Ruli menjelaskan dengan detail. Tak salah waktu itu ia memilih pria lajang itu untuk ia jadikan sekretaris. Selain profesional dia juga bertanggung jawab dan tangkas.

[ Sudah Pak, HRD sudah mengatakan jika proses interview akan dilakukan pukul tiga sore ini dan langsung akan diseleksi dalam waktu satu jam. Total lamaran yang masuk sudah di stop dengan jumlah lamaran seratus lima puluh orang , pria atau wanita. Mereka akan cari yang paling mendekati kriteria untuk dijadikan sekretaris Anda ]

Sebuah senyuman terbit dibibir Adnan, untung saja semua karyawannya ini sangat bertanggungjawab sehingga tidak ada suatu kesalahan fatal yang terjadi membuat perusahaannya berkembang pesat secara singkat.

" Baiklah Ruli, saya sangat berterimakasih untuk itu. Sekarang kamu boleh istirahat agar bisa cepat pulih, mungkin besok saya akan berkunjung sebentar untuk melihat keadaanmu. Sekali lagi terimakasih Ruli,"

Lagi-lagi hal yang tidak terduga terjadi, banyak hal-hal yang terjadi secara cepat tanpa ia ketahui seperti sekarang ini.

[ Baik Pak, saya juga berterimakasih atas pengertiannya dan uang yang Anda keluarkan untuk biaya rumah sakit. Saya sangat menghargai itu ]

Setelah itu, telpon ia tutup. Adnan bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Arumi. Ingin meminta izin untuk ia pergi ke kantor melihat siapa yang akan menjadi sekretaris sementaranya.

"Sayang," panggil Adnan, ia memeluk istrinya dari belakang. Hanya memeluk sebatas leher saja.

Arumi mengelus rahang Adnan perlahan, sebagai jawaban atas panggilan Adnan padanya.

Kecupan singkat Adnan berikan untuk istrinya di bagian pipi kiri. Arumi mengulum senyum, jantungnya kembali berdebar.

"Sore ini aku izin ke kantor ya, tadi aku dapat telfon dari Ruli katanya dia kecelakaan jadi sore ini pemilihan sekretaris sementara,"

Tanpa pikir panjang, Arumi mengangguk. Ia tak akan ikut campur atau menghalangi hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan suaminya.

Adnan kembali mencium lembut pipi Arumi, kali ini yang disebelah kanan. Karena sekarang baru pukul dua siang, mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Bercerita tentang luka lama yang menjadi penyebab mereka bertemu dan juga saling mencurahkan rasa rindu pada sosok yang sudah tak bisa mereka jumpa. Umi Adnan dan Ibu Arumi yang sudah menghadap Ilahi.

~~~

Waktu sedikit berjalan begitu cepat, Adnan dan Arumi baru selesai melaksanakan shalat Ashar. Karena jam dinding di dalam kamar sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, Adnan pun bersiap untuk pergi ke kantor.

Memakai pakaian formal yang pilihkan istri tercinta. Satu stel jas berwarna navy lengkap dengan dasi navy bermotif garis merah. Kemeja putih yang menjadi dalamannya. Membuat Adnan tampak gagah.

"Bagaimana?" tanya Adnan pada Arumi tentang penampilannya. Arumi tersenyum lalu menunjukkan dua jempol menandakan bahwa bagus.

Sebelum pergi, Adnan memeluk istrinya. Mengecup kening Arumi perlahan dan penuh cinta. Arumi mengantarkan Adnan sampai ke teras rumah, lelaki itu langsung masuk ke mobil mewah miliknya.

Tangan mereka saling melambai, senyuman termanis selalu Arumi berikan untuk suaminya.

"Aku pergi, Assalamu'alaikum."

Sehabis mengucapkan salam, mesin mobil hidup lalu kaca spion mobil Adnan tertutup. Mobil pun bergerak seiring jarak yang membentang hingga hilang dari pandangan Arumi.

Firasat Arumi sebenarnya tidak baik, tapi ia berusaha membuang itu dan mencoba percaya pada Allah dan takdirnya. Entahlah, tapi nyatanya perasaan Arumi semakin tidak tenang saat mobil Adnan sudah hilang dari pandangannya.

Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat padahal dia tak melakukan apapun yang bisa memacu jantung lebih kuat. Entahlah, tapi semoga saja Adnan baik-baik disana. Tidak ada gangguan apapun pada suaminya. Semoga saja.

Ya Allah, jaga suamiku dari gangguan apapun. Entah itu kecelakaan ataupun wanita lain.

Sedangkan disana, pihak perusahaan dibagian HRD sedang menyeleksi siapa yang berhak mendapatkan pekerjaan ini. Hingga akhirnya mereka menemukan satu orang yang sesuai dengan kriteria.

"Panggil gadis urutan tiga belas, dia yang lolos!"

To be continue...

Ayo kita main tebak-tebakan, Kira-kira siapa yang jadi sekretaris sementara untuk Adnan?

Jodoh Pilihan Umi [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang