"Ayo kita makan dulu, kau belum makan seharian karena terlalu memikirkan rencana busukmu itu!" bujuk Ember pada Zane.
Sudah beberapa hari ini Zane tidak berniat untuk memakan sesuatu, pipinya menjadi tirus membuat Ember khawatir.
"Aku tak–!" Perkataan Zane terhenti, tiba-tiba saja ia melihat mobil Adnan yang terparkir di restoran! Membuatnya berubah pikiran.
"Ember! Aku mau makan, ayo kita ke sana!" ajak Zane antusias. Tanpa pikir panjang, Ember langsung mencari tempat untuk ia memutar arah mobilnya dan membawa Zane makan direstoran tadi yang mereka lewati.
"Apa ada sesuatu?" tanya Ember penasaran. Zane mengangguk pelan, " Aku melihat mobil Ad!"
Ember yang awalnya antusias senang langsung menghela nafas. Entah bagaimana Adnan bisa membuat sahabatnya ini tergila-gila padanya. "Jika itu bukan mobilnya, apa kau tidak jadi makan?" tanya Ember memastikan. Jika jawaban Zane adalah tidak maka ia tidak akan membawa Zane pergi ke restoran tersebut karena percuma saja.
Zane menatap Ember, ia berpikir sebentar. " Engga kok, aku akan makan. Janji, tapi aku yakin itu mobil Ad!"
Entah sudah berapa kali Ember mengomeli Zane yang seharusnya sudah tidak memikirkan Adnan. Adnan, Adnan dan selalu Adnan. Ember jadi bingung dengan sahabatnya ini. Tapi kali ini, ia akan menurui permintaan Zane asalkan gadis itu memakan sesuatu disana.
"Baiklah, ingat kau sudah janji akan makan sesuatu disana!" jawab Ember tegas. Zane terkekeh pelan lalu memeluk Ember dari samping.
Seutas senyum terbit dibibir Zane yang otomatis membuat Ember juga tersenyum. Ia tau Zane jahat , tapi ia tidak sejahat itu. Gadis ini hanya kesepian.
Akhirnya mereka pun sampai ke restoran tersebut, setelah memarkirkan mobil Zane langsung keluar dengan semangat meninggalkan Ember sendiri.
Zane masuk dengan sangat senang, Ember tertawa melihat sikap Zane yang seperti anak kecil. Setelah memastikan mobilnya terparkir sempurna. Barulah ia menyusul Zane yang sudah ada di dalam.
Zane yang baru saja masuk langsung menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Adnan. Hingga matanya memandang Adnan yang hendak berciuman dengan perempuan lain selain Arumi. Zane kaget.
"What the hell?" gumamnya pelan. Tidak tinggal diam saat bibir mereka hendak bersentuhan, dengan sekali tarikan Zane menjambak perempuan itu membuatnya hampir tersungkur ke belakang.
Langsung saja ia menampar gadis itu, menamparnya dengan sekuat tenaga yang ia punya. Lalu menatap Adnan tak percaya, air mata Zane menetes.
Ad, mana istrimu? Apa yang kau lakukan dibelakangnya?
Adnan terdiam saat tatapannya dan tatapan Zane bertemu. Setelah puas dengan gadis murahan itu, Zane langsung pergi. Ia harus memberitahu Arumi tentang perilaku suaminya di luaran. Ia benci Arumi karena telah merebut Adnan tapi ia lebih benci jika ia membiarkan gadis itu terluka karena wanita murahan. Zane tidak bisa membiarkan itu.
Ember yang baru saja masuk langsung melongo saat Zane yang berjalan menghampiri dirinya dan langsung menariknya keluar.
"Hey, are you okay?" tanya Ember bingung.
Zane menggeleng, ia langsung membawa Ember ke parkiran mobil. Memaksa Ember untuk duduk di bangku sebelahnya sedangkan Zane menyetir. Zane mengambil paksa kunci mobil tersebut.
"Kita mau kemana? Kau janji akan makan sesuatu disana Zane!" ujar Ember kesal.
Zane tak menjawab, ia hanya menyetir mobil dengan laju sambil menahan tangisnya. Adnan, hampir setahun mereka berpacaran tapi ia tidak pernah mau menyentuhnya dan sekarang dia sudah menikah dengan perempuan lain tapi bisa-bisanya dia hendak mencium perempuan selain istrinya?
"Zane, tenang. Kita mau kemana? Aku bingung, bisa jelaskan padaku?" tanya Ember. Gadis itu benar-benar kebingungan.
Masih berusaha menahan tangisnya, Zane berkata pelan. " Adnan, dia jahat Em. Dia mengkhianati aku dan istrinya,"
Mendengar hal itu, Ember tau pasti bahwa ada kejadian yang tidak beres. Berarti benar tadi itu adalah mobil Adnan. Ember berusaha tenang, agar ia juga bisa menenangkan Zane.
"Tenang Zane, apa yang kau tahan? Kau tak sendiri, i'm here! Always with you, menangislah jika kau ingin."
Zane tak bisa menahannya lagi, ia langsung menangis sejadi-jadinya. Ia berteriak, ia marah!! Ia kesal!
Zane memberhentikan mobilnya dan mereka bertukar posisi, " Kita ingin kemana sekarang?" tanya Ember.
"Ki– kita ke rumah Ad, istrinya harus tau!" ucap Zane terbata.
Zane menangis sejadi-jadinya, ia meluapkan semua yang ia pendam selama ini. Sedangkan Ember menyetir sekaligus masih mencoba menenangkan Zane.
"Ad, dia jahat Em. Dia sudah menikah tapi dia mengkhianati istrinya dan aku tidak bisa diam saat tau itu, aku tak bisa Em!" ujarnya gemetar.
Zane menutup wajahnya dengan telapak tangan, ia berusaha tenang tapi kilasan ciuman itu masih terbayang membuatnya marah.
"Kenapa? Kenapa harus perempuan lain lagi? Aku sudah kesal karena dia menikahi perempuan bisu tapi setelah menikah kenapa harus ada perempuan lain lagi Em? Apa kurangnya aku? Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuknya tapi kenapa Ad tidak pernah melihatku?"
Semua keluh kesah dan unek-unek yang selalu berkeliaran dipikiran Zane keluar, ia marah dan bingung. Mengapa? Kenapa? Semua itu ada di dalam kepalanya.
Tubuh Zane bergetar, ia masih saja menangis. Akhirnya Ember memegang tangan sahabatnya.
"Tidak ada yang kurang darimu Zane. Hanya Adnan tidak bisa bersyukur bahwa ada gadis setulus dirimu yang mencintainya, " guman Ember pelan.
~~~
Setelah mengemudi dengan cepat, akhirnya mereka sampai. Tapi Ember tidak berani masuk ke dalam rumah Adnan menggunakan mobilnya jadi ia berhenti tepat di depan gerbang.
Langsung saja Zane keluar, ia hendak masuk dan memberitahu pada Arumi.
"ZANE!" teriak Adnan yang tiba-tiba saja datang dan mengejarnya. Zane tidak perduli, Arumi harus tau jika suaminya sudah berkhianat!
"Zane!!" teriak Adnan sekali lagi. Adnan berlari cepat mencoba menyusul Zane. Ember hanya bisa diam dan melihat, ini bukanlah urusannya.
Karena kaki Adnan lebih lebar membuatnya dengan mudah menyusul Zane yang sekarang berdiri tepat di depan pintu rumah Adnan. Adnan memegang tangan Zane, mencegahnya masuk.
"Kenapa? Apa kau takut istrimu tau?" tanya Zane sinis.
Adnan memegang pundak Zane, ia menatap gadis itu. " Zane dengarkan aku, ak–!"
"APA YANG HARUS AKU DENGARKAN? KAU MENGKHIANATI AKU DAN ISTRIMU!" teriak Zane marah.
Adnan kaget, ia tak pernah dibentak oleh Zane sekeras ini. Akhirnya ia memilih diam, ia membiarkan Zane memarahinya bahkan memukulnya. Setelah Zane lumayan tenang, Adnan langsung mendekap Zane dengan erat.
"Maaf Zane," gumamnya pelan.
Kepala Zane tersandar di dada Adnan, " Kenapa kau tidak bisa mencintaiku Ad? Apa kurangnya aku dalam membahagiakanmu?" lirihnya.
Adnan menggeleng pelan, " Tidak Zane, tidak ada yang kurang. Hanya saja..." Adnan menggantungkan ucapannya.
Zane menunggu, " Apa? Hanya apa Ad?"
Helaan nafas terdengar dari Adnan, " Cinta tidak bisa dipaksa," jawabnya dan Zane semakin memeluknya erat.
Pintu terbuka, Arumi melihatnya. Ia diam, menatap suaminya yang memeluk gadis lain.
"Ad, istrimu!" ucap Ember dan Adnan langsung melepaskan pelukannya pada Zane. Tak berbicara, hanya diam dan tersenyum. Tapi ia tau pasti Arumi menatapnya dengan tatapan kecewa.
To be continue...
Sabar ya, mungkin end sekitar 40-50 part dan ini belum konflik yang sesungguhnya 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Umi [ End ]
Ficção AdolescenteAdnan Dzaky adalah seorang pemabuk, yang suka mempermainkan wanita dan dikenal sebagai pengusaha yang tidak memiliki perasaan. Yang bertemu dengan seorang gadis cantik, tapi sayang sekali gadis itu bisu membuat Adnan semakin memandangnya rendah. Na...