"murid yang paling berprestasi ditahun ini adalah Ember Lynn , selamat untuk nona Ember Lynn mari bertepuk tangan semua" ucap pak rektor tadi yang berbicara diatas panggung kecil
ember berdiri melangkah maju semua orang melihat dia seolah tak percaya akan kecerdasanya.
pandanagan yang diberikan ke ember bukanlah seolah menyenangkan, melainkan iri
dengan percaya diri yang tinggi ember mengabaikan semua wajah kepuasan terpancar diwajah ember
"terima kasih untuk semuanya yang sudah mendukung saya, saya tau sebagian dari kalian iri melihat saya berdiri diatas sini sambil memegang penghargaan. saya ingin bilang kalau penghargaan ini diraih dengan doa dan usaha bukan dengan gosip, terima kasih" lalu ember menuruni anak tangga dan kembali ketempat duduknya semula
ember yakin bahwa semakin banyak yang akan membencinya. tapi dia tidak memperdulikan itu. apakah ember mempunyai teman? sebelumnya tidak tetapi belakangan ini ia didekati oleh seorang pria
Varoni Ricci
pria yang duduk disebelah ember sekarang adalah teman smp nya. walaupun berbeda jurusan mereka tetap dekat, terkadang mereka juga sering bertengkar
"widihh, pinter juga lo ye" sambil membuka kedua tanggan dan mengarahkan angin kedirinya seolah kepinteranya diambang angin-angin dan bisa diraih
"ngapain si lu gitu?"tanya ember yang mengeplak tangan varoni
"biar pinter lu nular"
"gelo mana bisa gitu, kalo mau pinter mah belajar, lagian kan lu jurusan masak praktek bukan teori gimana si"
"yee emangya anak tata boga gak boleh minta ilmu, asal lu tau tata boga juga harus nyiapin materi ya buat ambil nilai nanti"
"halah masakin buat gue aja lu gak mau sok-sok an keluarin materi dari tata boga"
"dih gue masakin nanti-"
"yes makasi"
"-_-' dasar oh ya btw tadi pidato lu yakin sedikit gitu dowang?"
"cemong ya?"
"kaga woi tau gak tadi pada iri ngeliat lu berdiri disono seneng banget gue liatnya"
"cih lu juga kapan dapet penghargaan perasaan masak gosong mulu"
"heh yang ngasih lumakan sampe hari ini siapa coba gue tanya"
"ibu kantin siapa lagi yang mau ngasih gue makan"
"hmm gini nih penderitaan gue kepasar gak dihargai dimasakin gak dihargai, liat aja nanti malem gue biarin lu kelaperan"sahut varoni kecewa dan buang muka tak mendengarkan ocehan ember yang minta ampun
mereka mendengarkan pidato rektor dan para dosen serta menunggu berjam-jam sampai pada akhirnya mereka bisa selesai dan meninggalkan tempat membosankan berisi kejenuhan
"eh lu masih ada kelas var?" tanya ember yang berjalan disebelah varoni
"masih lah gue kan masuknya siang, lu?"
"sama, aduh mager banget ketemu dosen yang paling bener sedunia"
"hahaha terobos aja lah kalo dosenya gitu, sekalian buat dia keluar dari sini"
"berisik gue juga tau kale"
"sekarang jam berapa sih?"
"setengah 1, var lu ada kelas kan jem 1"
"waduh dah dulu ya bestie gue mau masuk kelas dulo nanti pulang gue tunggu lu di ibu kantin ya. bye bestaii" varoni mengacak acak rambut ember dan pergi meninggalkan dia
"bitch" ucap ember sambil berjalan dan mereka berdua berpisah dari sini
KAMU SEDANG MEMBACA
The court of night and ember
RomanceDiaknosa penyakit mematikan Justru membuatnya senang, ditugaskan mengasingkan diri kesebuah pulau kecil dengan membawa sedikit uang merupakan ide bagus menurutnya Siapa sangka pulau itu sudah dihuni oleh seorang mafia kaya raya yang juga tidak diket...