"okay"
kania yang terkejut mendengar suara yang tiba-tiba datang tanpa wujud, ia mengeluarkan pistol dan menodongnya kearah suara
wajah Ember pun sedikit cemberut dan masam, ia hanya mengeluarkan kepalanya dari ruang toilet itu
"seperti kepala terbang" ucap maria santai. "turunkan pistolmu kania" lanjutnya lagi. kania pun menuruti kata maria
"terima kasih benda yang sama dengan isi full, aku mendapatkan secara gratis" ucap Ember puas
Ember menyeret koper berisi beberapa lembaran kertas itu dan pistol yang masih digengamnya
menghampiri bangku kosong yang sempat ia duduki, mengistirahatkan tubuhnya dengan bantingan keras
ditambah kakinya yang menyangga diatas meja sembari dilipat,
"astaga, apa ada obat?" letih Ember
Maria dan Kania kebinggungan beberapa lama memikirkan mereka tersontak teringat sesuatu
Kania langsung mengacak-ngacak tas hitam besar dibelakangnya
setelah menemukan botol kecil berisi pil-pil berbagai macam warna, bentuk dan fungsinya
ia memberikan beberapa dan menyuruh Ember meminumnya
Maria hanya menyaksikan, ia jelas tau bahwa Ember mempunyai penyakit mematikan
'kanker otak'
bukan penyakit sepele yang terlanjut ganas ditubuh Ember saat ini
Ember berdiri setelah beberapa menit meminum obat yang diberikan oleh Kania
sambil membawa pistol yang sempat ia pegang waktu keluar dari toilet itu,
ternyata pistol itu sudah dilengkapi oleh pisau lipat
BLAM
Ember menutup pintu toiletnya dengan agak keras, ia tidak tahan lagi
itupun ia muntahkan makanan yang masuk keperutnya dengan sangat banyak
hingga lemas kehilangan banyak nurtisi yang ia muntahkan, bahkan obat yang baru masuk keperutnya ia muntahkan
sesudah memuntahkan semuanya, ia hanya bisa duduk seraya memegang pisau
mengumpulkan tenaganya untuk bercermin sesudah membersihkan muntahanya
ia memotong rambutnya menjadi seleher.
Rambut Ember memang panjang sepingang, ia memotongnya hingga seleher-nya
merapikan lagi hingga menurutnya sudah lumayan rapih,
pikiranya masih terlenyap dengan Axel yang sudah meninggalkanya
"cepat sekali" sembari meletakan tanganya dikepala untuk membuat dirinya tenang
Ember keluar dari toilet dengan wajah lesu
Kania sudah menyiapkan obat-obatan dan soup hangat untuk Ember
"makanlah, soup itu sangat herbal untukmu. belum ditemukan obatnya sedangkan itu hanya pereda nyeri dan pengundur kematianmu"
Ucapan Maria hanya dianggukan oleh Kania setuju
"rambut baru?" ucap Maria lagi
Ember hanya tersenyum lepas sambil meminum soup dengan perlahan,
ia pun membaringkan tubuhnya dengan duduk setara 180 derajat
"kita akan sampai, mohon memakai sabuk pengaman" Ucap william diruangan pilot
tidak ada balasan, hanya tindakan kecuali Ember. ia hanya langsung lelap dengan tidurnya
jet pribadi itu turun dengan selamat dan sangat perlahan serta hati-hati
"selamat siang nona, kita sudah sampai anda bisa pergi ketujuan berikut menggunakan mobil yang sudah kami sediakan"
Ucap Kania sopan sembari membungkuk hormat
mata Ember perlahan terbuka dan terbangun akibat suara Kania
wajahnya mengucapkan terima kasih pada Kania, tapi ia mencari koper miliknya
dan didalam itu tidak ada apa-apa lagi selain dirinya dan Kania
"maaf, barang-barang nona sudah kami turunkan dan sudah kami siapkan"
"hmm berapa lama aku tertidur?" tanya Ember
jika dilihat sekeliling mereka tidak ingin membangunkan dirinya, bahkan barang-barang sudah disiapkan
"sekitar 5 jam sejak nona selesai meminum soup"
Ember tersontak kaget dengan angka jam yang diucapkan Kania
"5 jam? apa ada obat tidur?"
"obat pereda pusing memang mengandung obat tidur, bahkan seharusnya nona tidur lebih dari 5 jam"
Ember pasrah dengan penjelasan Kania, ia akhirnya turun dari jet itu
ia melihat banyak bodyguard yang menunggunya disana, bahkan ada beberapa wanita
tiga mobil hitam setia menunggu beberapa meter dari tangga jet itu
semua membungkukan kepalanya 90 derajat kepada Ember ketika tangga terakhir sudah diselesaikanya
kepalanya miring binggung, Seorang wanita dengan pakaian nyentrik keluar dari salah satu ketiga mobil itu
sambil berjalan karah Ember dengan anggunya
"kita masih ada misi sebelum kau wafat, ikuti aku"
ucap wanita itu sambil menurunkan kaca matanya sebatang hidungnya
Ember hanya menaik-kan alisnya satu sambil terkekeh geli dan mengikuti wanita itu
'dasar tua masih saja percaya diri' Batin Ember
KAMU SEDANG MEMBACA
The court of night and ember
RomanceDiaknosa penyakit mematikan Justru membuatnya senang, ditugaskan mengasingkan diri kesebuah pulau kecil dengan membawa sedikit uang merupakan ide bagus menurutnya Siapa sangka pulau itu sudah dihuni oleh seorang mafia kaya raya yang juga tidak diket...