Bab 9

17 1 0
                                    




Ember mendengar suara tapi tidak dengan jelas kata-katanya, samar-samar ia mendengar teriakan wanita

dan juga beberapa orang menangis, bising sebentar membuatnya semakin jelas dalam pendengaranya

nafasnya normal, detak jantungnya stabil, tapi ada yang tidak beres denganya,

ia tinggal sendirian didalam ruangan yang sangat sunyi itu.

Ember yang baru siuman ia berusaha untuk membuka matanya dan memaksa untuk melihat

ia merasakan banyak suntikan, dan juga ia melihat banyak selang dari alat-alat menuju kedirinya,

walaupun salah satu selang yang ukuranya lumayan besar memasuki mulutnya dan ia berfikir itu sangat sakit

tapi tidak dengan respon yang ia rasakan, justru ia tidak merasakan apapun.

bahkan banyak selang yang masuk kedalam dirinya dan bahkan suntikan yang menancap kedalam dirinya ia sama sekali tidak merasakan sakit sama sekali

perlahan ia merasa takut, cemas, rasa bersalah, sedih, putus harapan

ia tidak kuat dengan perasaan ini, seolah-olah dilekatkan dengan kegelapan berisi dendam dan kesedihan

baru kali ini ia merasakan hal yang semenakutkan ini, Ember mengeluarkan air matanya

ia menangis dengan sangat sunyi, bukan takut menganggu orang hanya saja ini kebiasaan

Ember memang perempuan yang jarang menangis, tapi setiap ia menangis ia tidak mau mengeluarkan suara

'tidak adil' batin-nya

hatinya sangat kosong, ini tindakan gegabah ia mencabut semua selang bius maupun yang lainya

ada bekas bolongan akibat selang yang menancap dikulit Ember, ia melihat kakinya

"sangat buruk"

tepat disebrangnya ada kursi roda yang sudah stand by dari tadi,

Ember terpikir sesuatu bahwa ia tidak bisa mengerakan kakinya dan ia harus merangkak

walaupun ia tidak bisa merasakan sakit ia bisa melihat bahwa perban dari kakinya itu mulai mengeluarkan darah

ia terus merangkak hingga mendapati kursi roda dan duduk dengan tenang.

tak lama kemudian beberapa dokter memasuki ruangan Ember,

mereka sangat terkejut dengan keadaan Ember, pasalnya ia melepas semua peralatan yang tertancap ditubuhnya

dan juga ia sedang duduk dikursi roda yyang berada disebrang kasurnya,

terlebih lagi perban pada kaki Ember terdapat darah yang juga ikut terseret dari lantai.

salah satu dokter mengeluarkan alat seperti senter kecil khusus dan mengecek mata Ember dengan alat itu

lalu dokter itu menyuntikan cairan yang Ember tidak tau itu apa, ia hanya pasrah menerimanya

seseorang wanita cukup tua masuk keruangan Ember dengan tergesa-gesa,

lalu menampar Ember dengan sangat keras.

Ember hanya bisa menerimanya, ia tidak tau kenapa perempuan itu melakukanya tapi ia merasakan rasa bersalah kepadanya

beberapa dokter dan yang lainya memaksa perempuan itu untuk keluar dari ruangan Ember

setetes demi setetes darah mulai keluar dan mengalir ke-dagu Ember

selang yang ukuranya cukup besar dimasukan kedalam mulut Ember ia lepaskan secara paksa dan mengakibatkan bolong bagian sebelah mulutnya 

ditambah lagi tamparan wanita paruh baya yang menamparnya tiba-tiba sambil mengucapkan bahasa kotor

Ember duduk dikursi roda sambil melihat kelangit dengan tangisan air matanya

'nona, kau sudah bangun?'

DEG

beberapa dokter yang sedang mengambil obat untuk menutupi luka tubuh dan juga mulut Ember yang sedang berdarah itu kembali

beberapa dokter itu terkejut dengan pasien yang satu ini,

Ember ingin melihat Axel, ia sangat khawatir dengan keadaanya, ia sangat mencemaskanya sekarang

ia ingin melihatnya langsung, Ember terselengkat dengan kursi roda sehingga ia terjatuh

walaupun dua orang dokter itu membantu Ember untuk duduk kekursi roda kembali tetapi gairahnya tidak akan nurut

ia berusaha untuk menyeretkan tubuhnya untuk menemui Axel.

beberapa dokter yang mengambil beberapa obat itu kembali dan terkejut melihat pasien ini, ia mengeluarkan obat bius dan penenang

lalu menyuntikan kebadan belakang Ember yang ia pikir hanya itu tempat dimana sedikit luka

dan juga keadaan Ember saat itu sedang menyeretkan badanya,

Ember menutup matanya perlahan, ia melihat Axel sedang tersenyum

Ember berusaha untuk mengejar Axel yang semakin lama semakin menjauh darinya,

tak tercapai, mereka dipisahkan oleh dinding keras yang tidak ada ujungnya

mereka hanya bisa melihat tanpa mendengar satu sama lain.

Ember menangis, ketika ia melihat Axel ia seolah-olah berkata "jangan menangis nona, terima kasih sudah menemaniku selama 2 tahun ini"

"terima kasih sudah bisa menjadi satu-satunya orang yang menyayangiku"

"tenang saja, aku sudah bahagia disini"

"jika nona merasa kesepian, ingat lah lemari bajuku terdapat koper hitam besar. buka itu setelah nona merasa bisa menerima kepergianku"

"waktuku sudah tiba, dadah nona. aku tidak akan melupakan...

....kehadiranmu dihidupku"



























.

The court of night and emberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang