Bab 18

6 1 0
                                    


tanya Maria disela-sela mereka diam, tidak ada pikiran yang lain selain hal demikian didalam pikiranya

begitu pula Ember, ia sedang tidak memikirkan apapun

"hidupku terlalu sibuk untuk hal seperti itu" jawab Ember

Maria hanya tertawa kecil lalu mengisap rokoknya dengan perlahan 

"bagaimana denganmu?" tanya Ember  

"usiaku sudah kepala tiga, kau pikir masa mudaku tidak pernah mencoba hal itu?" jawab Maria tanpa ragu

sekarang Ember yang hanya senyum-senyum tipis, sembari mengisap alat rokok kembali

tak lama setelah mereka berbincang-bincang makanan mereka datang dengan dua orang pelayan 

kedua pelayan itu mengetuk pintu VIP itu dan masuk dengan menaruh kedua piring diatas meja 

"silahkan menikmati nona-nona" ucap salah satu pelayan pria itu 

"mau rokok?" ucap Maria santai 

karena sendari tadi Maria melihat jelas gerak gerik kedua pelayan itu 

"maaf sebelumnya kami sedang bekerja, jika kami mer-

Maria tertawa lepas dengan perkataan lika-liku salah satu pelayan itu

" santai saja" potong Ember 

Maria berjalan mendekati salah satu pelayan itu sambil mengusap rahang kirinya 

"bahan kematian sulit didapat, jangan dibuang sia-sia" 

bisikan Maria membuat pelayan pria ini merinding, kakinya juga gemetar ketakutan

pelayan yang satunya lagi menunduk tak berani menatap depan, ia  hanya menatap kedua kakinya

wajah Maria tiba-tiba berada disana tanpa suara dan sangat cepat diiringi senyuman seram

pelayan itu terkejut dengan irama mundur, 

"kenapa kalian terlihat ketakutan? ada yang ingin disampaikan?" tanya Maria polos

kedua pelayan itu hanya diam gemetar dan ketakutan hebat 

aura Maria tidak main-main hebatnya melainkan Ember juga yang mencengkram

meskipun ia membelakangi kejadian itu, tetap saja ia juga memantau

"bisakah kalian mencicipi makanan ini dahulu sebelum pergi?" tanya Maria manja 

otot kedua pelayan itu menegang hasil permintaan Maria 

Ember hanya tersenyum picik dengan asap vape yang ia hembuskanya dengan panjang 

"ta...tapi kami tidak layak" ujar pelayan itu 

"tidak apa, kalian membawa satu garpu lagi bukan?" goda Maria girang 

pandangan Maria tidak pernah salah dengan hal kecil yang tersembunyi,

mereka memang membawa alat makan cadangan, jikalau itu dibutuhkan ketika terjatuh atau kotor 

kedua pelayan itu terpaksa menyicipi makanan itu setelah seribu alasan yang mereka keluarkan

"apakah satu suap akan menjadikanmu meninggal?" tanya Maria 

kedua pelayan itu baru mau menyuap makanan milik Maria dan Ember mereka terhenti dan langsung meladeni Maria 

kedua pelayan itu tidak berani menatap, mereka hanya mematung diam 

"siapa yang menyuruhmu?" tanya Ember 

kedua pelayan itu masih sama halnya tidak ada balasan, tidak ada alasan, tidak ada gerak-gerik lagi 

hanya diam mematung sembari melihat kebawah,

"seberapa mahal bayaran kalian hingga ingin disuruh begini?" tanya Maria 

"sudahlah memang susah ber-

suara baru diarah pintu keluar-masuk, suara asing yang Ember tidak pernah dengar sebelumnya

ia berlari mendapati pinggang Maria dan mundur, serta mengeluarkan pistol disakunya

mengarah seseorang bersuara baru dipintu itu,

wajahnya tertutup kegelapan, ia berjalan maju dengan perlahan 

"diam, perkenalkan dirimu" waspada Ember 

sambil sedikit membelakangi Maria ia tetap memegangi pinggang Maria dan menjaganya tetap dibelakangnya

suara pria itu menyuruh pergi kedua pelayan itu dan membuang makanan yang barusan mereka hampir cicipi dan membuatkanya yang baru

"apa urusanmu?" potong Ember 

"hei" ujar Maria sambil memegang tangan Ember perlahan 

kedua pelayan itu menuruti perintah pria itu dan meninggalkan ruangan itu dengan cepat 

"perilaku tidak sopan apa ini?" ucap pria itu berjalan maju sedikit 

"HEII" teriak Maria yang meneriaki Ember 

Ember menarik pelatuk pada pistol yang ada ditangan kirinya 

"kau tidak diundang" ketus Ember 

ia tidak takut, Ember sudah terlatih dengan hal-hal yang membuatnya melenyapkan seseorang tiba-tiba 

sekarang ini ia hanya cemas karena ada nyawa yang harus ia lindungi,

kepala Ember kembali sakit akibat hal yang sama hampir terulang, pandanganya mulai sedikit kabur 

ia tetap memaksakan pandanganya untuk mengunci pria itu sebagai targetnya 

pendengaran Ember tiba-tiba berhenti bekerja, ia berpura-pura masih bisa mendengarkan ucapan pria dibalik bayangan itu 

"pertemuan pertama ini harus menyenangkan" ucap pria itu dan mengarahkan senjatanya juga kearah Ember 

pandanganya sudah kabur dan samar-samar tidak tepat, ia mulai sempoyongan 


DOR

DOR


suara tembakan itu sedikit meleset akibat pandangan Ember masih bisa paksa diandalkan 

bagian pada pipi hingga ujung kupingnya tergores akibat pria itu menembaknya tiba-tiba 

Ember juga tidak tinggal diam setelah beberapa detik ia juga menembakan pistol pada pria itu, 

sambil melindungi Maria dalam dekapan-nya erat dan terjatuh 





The court of night and emberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang