beberapa jam berlalu hanya sedikit hasil yang diperoleh bagi Ember terutama Maria.
mereka berdua kembali kemobilnya Ember, sambil berdiri mengantar dan menunggu Cristina pulang duluan
"menikmatinya?" tanya Maria setelah usai tiada satu orangpun disana
tidak ada jawaban dari Ember, ia hanya diam dan masuk kemobilnya.
Ember sudah muak dengan drama yang dibuat-buat hanya untuk mempermainkan dirinya
ia langsung masuk kemobil yang baru menjadi miliknya setelah tanganya ditahan oleh Maria untuk menunggu Cristina pergi
Maria hanya bisa menghela nafasnya dan mengikuti Ember
BLAM
"kau mengerti dengan persidangan barusan?" tanya maria yang baru menutup pintu mobil
"gunakan seadbelt-mu" jawab Ember tak perduli dan melajukan mobilnya dengan cepat
kepala dan beberapa bagian tubuh Maria sedikit terbanting mundur akibat kecepatan tiba-tiba
sambil menatap kearah Ember, ia menggunakan seadbelt dan duduk dengan kaki diangkat
tidak ada perbincangan selama perjalanan ini, maria hanya sibuk dengan smartphonenya,
sedangkan Ember tak berhenti mengemudi dengan laju cepat
tak lama kemudian maria ditelepon oleh seseorang hingga mereka tiba dipengisian bensin,
Maria masih terus ditelepon oleh orang tersebut,
ia turun dari mobil dan memberikan kartu untuk pengisian bensin itu ke Ember sambil menelepon dan menepi
'berapa banyak teman kencanya hingga menelepon selama itu?' Batin Ember
"kalau benar teman kencan, kalau salah pekerjaan" sambil mempertaruhkan dirinya sendiri. "lihat saja mereka telepon hingga selama itu"
"dasar tidak tau diri. dia pikir Maria tidak punya pekerjaan?" ucapnya lagi
tak lama kemudian pengisian selesai, Ember menghampiri Maria dan melanjutkan perginya sambil mengembalikan kartu miliknya
Maria hanya melihatnya dan memasang tangan tidak mau dan buat Ember saja
"sekarang itu juga milikmu" Bisik Maria sambil menyembunyikan teleponya, lalu melanjutkan bertelepon lagi
tak lain adalah ekspresi Ember yang kebinggungan sekaligus bersyukur menerima dengan rasa sudah tau kalau kartu itu tak lama akan menjadi miliknya
senyum picik adalah khas Ember ketika sudah senang dicukupkan dengan uang
sekitar lima menit berlalu akhirnya Maria mengucapkan "selamat tinggal" untuk telepon itu
"astaga, kau ada minum?" tanya Maria sambil melihat sekeliling
Ember hanya tersenyum "sekalian makan malam!"
"apakah kita masih lama?" tanya Maria kembali
tidak ada jawaban dari Ember, Maria merenung sebentar dan berfikir-fikir sejenak
"apa kau akan menculiku?"
Ember yeng mendengarnya merasa jijik dengan pertanyaan wanita disebelahnya
"kau gila?" sembari menatap mata Maria tajam dan memalingkan wajahnya kearah jalan
"BY THE WAY ini kita dari tadi mau kemana?" ucap Maria dengan teriak dan paniknya
"selesai teleponnya?" ketus Ember sambil menatapnya dengan kesal. "tenanglah kita akan makan malam"
menurut pandangan Maria, ia terlalu berisik dan buang-buang waktu serta tidak peduli dengan perempuan disebelahnya
bahkan seharusnya mereka makan siang dan memikirkan persidangan tadi, malah bertelepon dengan teman kencanya
"teman kencan?" tanya Ember singkat
ia tidak mendapatkan jawaban itu dari Maria,
sedangkan Maria hanya diam mematung tidak berani melihat wajah Ember dan berpura-pura tidak mendengar
Ember tersenyum tipis dan melajukan mobilnya dengan menambah sedikit kecepatan yang sudah cepat.
Mereka akhirnya menepi dan memasuki hotel restoran dan bar berkelas dalam satu gedung,
memesan makanan dan minuman dengan cepat serta dengan ruangan VIP
Maria hanya mengikuti menu yang sama dengan Ember, ia masih merasa tidak enak dengan rekannya
ia langsung membayar makanan mereka, padahal Ember berniat untuk mentraktirnya
tidak ada pembicaraaan disana sampai minuman mereka datang dan Maria langsung menyeruput minuman itu dengan cepat
Ember tidak marah, hanya kesal ketika Maria menelepon teman kencanya dengan sangat lama
"jadi, bagaimana dengan peng-"
"sebelum itu bisakah kau mendengar ucapanku dulu?" potong Maria sambil memohon dan memelas
Ember menyenderkan tubuhnya kesenderan bangku dan memperbolehkan Maria berbicara dahulu
sambil melipat kedua tanganya menyangga dirogga dada, ia memutar jilat atas bibirnya dengan lidah tarinya itu
"sebelumnya seperti yang kau tau, aku memang mengencani dua perempuan sekaligus" ucap Maria pelan
Ember hanya mengangguk mengerti "lalu kau putus dengan keduanya?"
"iya"
"bagus..." senang Ember dengan sedikit memujinya
Maria kebinggungan, "tunggu kau tau darimana?"
"lanjutkan" sahut Ember
"mereka berdua adalah favoritku" sedih Maria sambil akting menangis dan mengelapnya dengan tisu
"bisakah kau menemaniku tidur malam ini?"
Ember sedikit terkejut dengan permintaan wanita yang ada didepanya
"apa ini kebiasaanmu? jika sedih kau akan meminta seseorang untuk tidur dengamu?" tanya Ember
"tidak, kali pertama aku mengajak seseorang untuk tidur denganku" jujur Maria
meski bersikap bodoamat dan jutek wajah Ember memerah dan ia pergi meninggalkan Maria
sambil merokok diruangan terbuka setelah beberapa langkah dari jarak mereka duduk
ruangan VIP ini memang disajikan dengan ruangan terbuka dan pemandangan yang mencuci mata
"kau merokok? dapat darimana?" tanya Maria
"aku selalu membawanya" jawabnya santai dan tenang sambil mengisap alat rokok itu
"alat rokok?" tanya Maria
"vape" singkat Ember
Maria berbalik badan membelakangi pemandangan indah itu dan mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya
mengapit rokok itu dengan bibir tebalnya dan menyodorkan kearah Ember
melihat kelakuan ceroboh Maria ia hanya bisa menghela nafas,
seorang perokok yang hanya membawa rokok tanpa korek.
ia mengisap vape itu sambil menoleh dan membuka korek elektrik dan menyodorkanya kearah rokok itu
alat vape Ember memang disertai korek api elektik dan pisau kecil didalamnya
Maria menempelkan ujung rokoknya kerarah korek elektrik tanpa menyentuhnya
godanya yang hanya memegang tangan Ember dengan kedua tanganya,
Mariapun menghembuskan asap-asap dengan rasa yang lega dan tenang
mereka diam sejenak, hingga kepala Maria menyender dilengan atas milik Ember
"pernah berciuman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The court of night and ember
RomantikDiaknosa penyakit mematikan Justru membuatnya senang, ditugaskan mengasingkan diri kesebuah pulau kecil dengan membawa sedikit uang merupakan ide bagus menurutnya Siapa sangka pulau itu sudah dihuni oleh seorang mafia kaya raya yang juga tidak diket...