#3 - Botol Air Mineral

1.4K 143 8
                                    

"Hmm... Jadi kalian tinggal nerusin aja ya? Oke deh" Caesar memiringkan senyum nya, memberi kesan meremehkan terhadap jawaban kandidat nomor urut dua tersebut.

Sebenarnya baik Devan dan Kun memang merasa kurang puas terhadap respon Caesar yang terkesan meremehkan, namun lagi-lagi mereka tak memperlihatkan hak tersebut.

Mereka tetap berusaha untuk bersikap profesional, sebab ini baru awal, kedepannya pasti akan lebih dari ini. Begitu pikirnya.

Tak habis dengan Devan - Kun, kali ini Caesar memilih untuk memberikan pertanyaan kepada Tendra - Januar.

"Selanjutnya, gue mau tanya deh sama kandidat nomor satu. Menyambung dari statement si Devan dan Kun itu, kalau pihak struktural gak ngasih respon juga, apa iya masih mau nungguin terus? Kelamaan kali, mending langsung demo aja. Menurut lo kalau fakultas kita demo gimana?"

"Saya jawab ya ka Caesar, soal demo atau aksi ya?" Tendra memberi jeda, memastikan pertanyaan yang ia dapatkan kepada Caesar yang dijawab dengan anggukan.

"Saya rasa, bukan soal setuju atau tidaknya ka, tapi lebih ke bagaimana kesepakatan antar kelembagaan di fakultas. Kami tidak bisa meng-iya-kan kalau dirasa tidak begitu urgent untuk melakukan hal tersebut, tapi tidak bisa juga kami tidak memberi izin atau tidak memfasilitasi kalau dirasa itu suatu hal yang sangat mendesak." jawab Tendra dengan tegas.

"Jadi lo takut nih kalau misalnya anak-anak pada mau aksi?"

"Aksi seperti apa yang dimaksud? Kalau aksi yang bakar-bakar ban depan fakultas jelas kami gak akan setuju, karena aksi itu bukan perihal teriak-teriak dan bakar ban depan fakultas saja." - Januar menambahkan.

"Wah, gila, gilaaa...." Ucap Caesar sambil bertepuk tangan, merasa tidak cukup puas dengan jawaban yang diberikan oleh kandidat nomor urut satu "Kalau kayak gini sih gak ada yang cocok ya buat jadi ketua BEM, masa mau aksi depan fakultas sendiri aja masih takut."

Hening, belum ada jawaban baik dari Tendra dan Januar, begitu pun dengan seluruh audiens yang ada di aula tersebut, hingga akhirnya Caesar kembali bersuara.

"Nah, temen-temen yang hadir hari ini bisa liat kan? Padahal gue baru kasih contoh kayak gini aja, tapi mereka belum mampu, gimana masalah yang lainnya, lo pada yakin mau dipimpin sama orang-orang kayak gini?" Tanya Caesar kepada audiens, berusaha untuk memberi doktrin bahwa mereka memang tidak pantas untuk dipimpin.

"Atau gini, gue tau nih, lo pada nyalonin jadi BEM semata-mata cuma karena pingin terkenal aja kan? Apalagi nih si Januar kan cowok blasteran Korea yang terkenal itu ya, lo diem aja, pasti lo menang, secara cewek-cewek pasti ngelirik tampang lo." - Lanjut Caesar dengan tangan yang menunjuk-nunjuk Januar.

Sementara Januar yang tiba-tiba dibahas soal kehidupan pribadinya hanya diam saja, tak ingin terpancing oleh ocehan Caesar yang kelewat ngelantur menurutnya.

Sambil memasang kedua tangan di depan dada, Caesar kembali berkata "Tendra, lo pinter ya cari pasangan buat naik jadi BEM, liat tampangnua si Januar juga udah pasti menang."

"Nah ini Devan sama siapa? Kuncoro ya? Pinter juga nih si Devan, pasangannya sama Kun yang katanya anak pengusaha helikopter di Indonesia itu ya? Gila sih koalisinya gak main-main, pinter juga ya biar langsung naik jadi B--"

Brakkk

Devan yang merasa kesabarannya akan sikap Caesar sudah diambang batas pun segera berdiri dan menggeser kursinya kencang hingga kursi itu terjatuh, membuat semua atensi beralih kepadanya.

"Moderator, dia udah nyerang personal, harusnya di-stop aja, pernyataan yang dia kasih menyinggung masalah pribadi!" Ucap Devan seraya menunjuk Caesar.

AKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang