Dulu Devan paling nggak suka kalau ditengah-tengah sibuknya kegiatan organisasi lalu ada yang nyeletuk "budak kampus" di depan matanya, apalagi di awal-awal bergabung jadi pengurus himpunan, maklum, waktu itu semangatnya masih membara.
Sekarang juga tetap semangat sih, tapi kan hidup penuh pasang surut, pun dengan semangatnya.
Memang kenapa sih kalau lebih suka menyibukkan diri dengan ikut organisasi kampus? Salah? Kan Devan juga tidak kewajibannya sebagai mahasiswa. Begitu kata Devan sewaktu diceng-cengin oleh anak kelasnya.
Tapi itu dulu, sekarang Devan justru lebih santai, sebab ia tahu kalau sebutan itu sebenarnya nggak bermaksud untuk menjelek-jelekkan dan tidak sepenuhnya salah juga.
Lagian, kalau dipikir-pikir memang ada benarnya juga, untuk apa sih mereka harus susah payah mengurusi kegiatan kampus? Padahal kan bisa saja mereka fokus kuliah, haha hihi dengan teman-teman, atau mencari kerja part time yang memang cocok untuk mahasiswa, hitung-hitung tambahan uang jajan. Kan?
Bukannya buang-buang waktu dan tenaga, belum lagi membagi waktu dengan kuliah karena harus menyusun program kerja dari pagi sampai malam hari, dari yang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Namun karena setiap orang pasti punya pilihan, selagi nggak merugikan orang lain, rasanya nggak masalah.
Mau menjadi budak kampus, menjadi mahasiswa kunang-kunang alias kuliah-nangkring kuliah-nangkring, atau jadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang kuliah-pulang, semuanya nggak masalah.
Contohnya pada malam itu, Devan baru saja sampai di kampus pukul setengah satu malam, bukannya pulang ke kost-an, Devan justru memilih untuk beristirahat di sekre BEM, ia bersama Nadi, sementara Januar nggak ikut, sudah memilih kost-an Tendra sebagai tempat singgahnya.
Di dalam sekre ternyata sudah ada Reno, Chandra, Lukman, Reihan serta Deri yang tengah tertidur pulas. Selepas evaluasi tadi malam mereka memang tidak pulang dan memilih tidur di sekre BEM dengan almamater yang dilipat untuk dijadikan tumpuan kepala.
Selain posisi tidur yang acak-acakan, di sana juga terdapat tumpukan kartu UNO yang belum dirapikan— untungnya kartu UNO, coba kalau kartu gaplek, kesannya kan...
Tidak ketinggalan buku Makro dan Mikro Ekonomi karya Sudono Sukirno yang masih terbuka, kertasnya agak buram sebab buku yang dibeli adalah buku hasil fotokopi anak-anak kelas yang kemudian dijilid hingga menyerupai buku aslinya, katanya biar murah karena buku yang dipakai untuk kuliah tidak hanya satu atau dua buah. Jangan dicontoh!
"Tidur aja Na. Katanya besok ada kelas."
"Bentar deh bang, nasi goreng gue belum turun nih." Nadi menepuk-nepuk perutnya, kekenyangan setelah menghabiskan satu porsi nasi goreng pedas + dua gelas teh hangat, bikinan mang Asep yang mangkal di dekat kampus.
"Besok lo nggak ada kelas bang Dev?"
"Untungnya nggak ada, tapi tugas gue dikumpulin besok." Devan membuka komputer BEM dan memasukkan flashdisk miliknya memeriksa folder tugas yang ada di sana.
Daripada disebut komputer untuk keperluan BEM, komputer yang ada di sana justru lebih mirip komputer warnet yang di dalamnya terdapat berbagai macam folder tugas titipan milik pengurus, tak jarang mahasiswa lain juga ke sana jika sedang kepepet atau malas ngantri di Emen. Masih untung tidak ada virus apapun, ssbab ada Tendra yang rajin membersihkannya.
"Belum selesai bang tugasnya?" tanya Nadi yang tahu-tahu sudah ambil posisi untuk rebahan.
"Udah Na, tapi mau gue periksa dulu biar besok tinggal print."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSI
Fanfiction"Gue udah bilang, lo gak usah ikut turun juga!" "Nggak bisa, anak departemen gue ada di sana, masa gue diem aja?!" "Iya, tapi sekarang lagi ricuh, minggir dulu!!!" Start : 28 Juni 2021 Finish : - #1 KimDoyoung #1 Universe #1 BEM #9 BEM #10 BEM #13...