#23 - Pintu BEM

487 41 2
                                    

"Januar, lo mau pulang sekarang?"

"Udah selesai kan? Kalau udah gue mau pulang ke kosan Tendra."

Devan melirik jam tangannya, "Tunggu dulu deh sebentar, gue sama Kun mau ngomong."

"Penting banget?"

"Penting."

"Soal?"

"Soal departemen lo." Jawab Kun yang duduk di sebelah Devan.

Januar yang sudah berdiri pun kembali duduk, menaruh tas ransel yang semula sudah melekat pada punggungnya. Air mukanya menjadi lebih serius, seakan sudah bisa membaca apa yang akan dibicarakan oleh Devan dan Kun pada malam itu.

Selesai rapat mingguan, beberapa diantara mereka memang masih memilih untuk tinggal sebentar di sekre BEM.

Hingga pukul 11 malam yang tersisa hanya Devan, Kun, Januar serta Tendra.

Tadinya, keempat mahasiswa tersebut memang hendak pulang, namun segera diurungkan begitu Januar menyanggupi ajakan ketua dan wakil ketua BEM pada malam itu

"Gue bisa pulang duluan, nanti lo nyusul aja." ucap Tendra yang merasa kalau dirinya sebaiknya tidak ada di sana.

Sementara Januar hanya melirik ke arah Devan dan Kun yang kemudiannya ditanggapi santai oleh keduanya.

"Tungguin lah Ten, kan gue mau nginep di kostan lo." ucap Januar pada Tendra yang kemudian kembali duduk.

Meski masih berada di sekre, namun Tendra tidak ikut bergabung dalam lingkaran yang diisi oleh tiga temannya yang lain, ia memilih fokus pada layar monitor, memutar sebuah lagu dari playlist YouTube yang belum sempat ditutup oleh Yudis sebelum ia pulang.

"Jadi gimana? ... anak departemen gue ya?"

Devan mengangguk, sementara Kun mengambil data presensi rapat yang berada di atas meja, sengaja ditinggalkan oleh Jeslyn di sana.

"Kenapa anak departemen gue?" Tanya Januar yang tak ingin mengulur waktu.

"Gini, lo pasti paham kan kalau anak departemen lo- Rossa dan Lukman udah jarang hadir, termasuk rapat tadi?" Kun menunjukkan data presensi tersebut.

"Maaf banget soal itu."

"Sebelum kesitu, gue mau tanya. Mereka ada cerita nggak ke lo? Izin atau gimana gitu?" tanya Kun membuka bahasan.

"Kalau Lukman masih berkabar sama gue sampai sekarang, pun rapat hari ini, tapi ya dia cuma bilang nggak bisa. Kalau Rossa, sama sekali nggak ada respon Kun."

Kun mengangguk, sementara Devan yang belum sempat memberikan pertanyaan kini bergantian, mulai melemparkan pertanyaan kepada Januar.

"Tapi lo sering tanya kabar mereka?"

"Sering Dev. Bahkan apapun info yang gue tau, termasuk isu-isu yang sekarang ini, selalu gue up ke mereka. Lukman masih sempat respon beberapa kali, tapi Rossa nggak ada kabar," Januar menyilangkan kedua tangannya "gue basa-basi sekedar nanya kabar aja jarang ada yang respon, apalagi yang begituan, yang bikin kepala pusing."

Januar mencoba menjawab dengan jujur, meski awalnya sedikit menutupi lantaran merasa kalau itu adalah tanggung jawab dirinya sebagai koordinator departemen, namun pada akhirnya Januar juga sadar bahwa tanggung jawab setiap anggota juga ada pada Devan dan Kun.

Sekali dua kali mungkin Januar masih sanggup untuk mem-back-up beberapa acara dan agenda departemennya seorang diri, tapi jika harus terus-menerus seperti itu- tentu saja Januar juga tidak sanggup.

Terlebih jika mengingat bahwa dirinya juga seorang mahasiswa pada umumnya yang tak bisa menghindari diri dari berbagai macam tugas kuliah.

"Terakhir kumpul departemen kapan Jan?"

AKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang