#26 - Nice Try

407 40 6
                                    

Dengan motor Vespa milik Januar yang ia pinjam sewaktu Januar sedang ada kelas, Winar pun bergegas menuju fakultas begitu selesai bertemu dengan Rossa dan memastikan Adis menaiki ojek online yang dipesannya. Malam itu Winar memang tak langsung pulang ke rumah, ia justru kembali ke fakultas lantaran grup WhatsApp BEM yang sejak sore terus menampilkan notifikasi.

Dan benar saja, begitu Winar sampai ia langsung dihadapkan oleh lingkaran besar dengan orang-orang di dalamnya, termasuk Johnny, Tiyar, dan Tama.

Spanduk yang berisikan protes terhadap dekanat membuat ketiga demisioner tersebut datang di sela-sela waktu sibuknya, ya sebenarnya sih tidak harus datang, cuma berhubung ketiganya sedang luang makanya mereka pun ikut berkumpul pada malam itu.

"Gimana?" Devan sedikit berbisik begitu menyadari kedatangan Winar.

"Mau gue ceritain sekarang atau nanti?"

Jika dilihat dari ekspresi wajah Winar, Devan sangat yakin kalau itu bukan suatu hal yang baik, bukan sesuatu yang bisa didengar oleh semua pengurus terlebih dengan beberapa mahasiswa lain yang juga ikut berkumpul di sana.

"Nanti aja— Adis lo antar pulang?" Devan mengalihkan pembicaraan.

"Anaknya nggak mau, ngotot banget naik ojek online, tapi tadi gue pergi begitu dia pergi juga sih." jelas Winar pada Devan.

"Oke, thanks ya ."

"Sama-sama Dev— siapa sih yang pasang spanduk di depan?"

"Tuh." Januar mengedikkan dagu, menunjuk dua orang lelaki yang duduk berseberangan dengannya.

"Si Megan?!"

"Sama Dean juga."

Winar mengganti sudut pandangnya ke arah jam 12, di sana terdapat dua orang laki-laki yang tengah duduk bersila sembari menyesap segelas kopi. Dua orang laki-laki yang ternyata menjadi dalang dari pemasangan spanduk di depan fakultas tersebut.

Kabar soal spanduk tersebut bisa saja tidak begitu ramai di Universitas, tetapi jelas menjadi hal yang sangat diperbincangkan di Fakultas, terlebih dengan adanya beberapa sosial media milik mahasiswa yang memposting kejadian tersebut, belum lagi selain struktural fakultas, beberapa dosen jurusan juga turut meminta spanduk tersebut dicabut.

"Satu fakultas sampe rame gara-gara mereka berdua." ucap Januar.

"Bagus lah, Jan. Berarti mereka juga ngerasa ada yang nggak beres sama nih fakultas." Timpal Dean.

Dean dan Megan, dua orang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang memasang spanduk tersebut. Berbeda dengan Dean, Megan tidak sekelas dengan Januar, tetapi keduanya sama-sama tidak masuk ke dalam organisasi atau kelembagaan manapun di fakultas, mereka hanya sering berkumpul dengan mahasiswa lain yang juga seperti mereka, orang-orang yang kritis namun tidak ingin terikat.

Bukan hal yang spontan saat keduanya  memasang spanduk tersebut, berbagai macam masalah yang terdapat di fakultas, yang tentunya juga berdampak ke seluruh mahasiswa membuat Dean dan Megan memulai aksi tersebut.

"Si Eno nggak ikut juga?"

"Nggak, Jan."

"Dia mah anaknya cari aman terus." jawab Megan yang sedang membersihkan kamera mirroles.

"Nih gue yakin, pasti bukan cuma lo berdua yang bikin ginian, kan?"

"Ya nggak lah, kita juga mikirin ini matang-matang sebelum akhirnya masang tuh spanduk. Gini-gini kita juga masih ngotak lah, Jan." jawab Dean, "Emangnya anak kelembagaan nggak pada bisa pasang spanduk begini?!" tanya Dean yang merasa agak jengkel dengan sikap kelembagaan.

AKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang