Retrace 3 - A Place to Stay

87 14 1
                                    

Langit mulai menunjukkan warna merahnya dari kejauhan. Kedua anak laki-laki itu beranjak, setelah kayu dalam api unggun itu telah berubah menjadi abu. Tubuh Hyun menjadi lebih hangat dan bertenaga, berkat sedikit makanan dan kehangatan yang diberikan oleh teman barunya. Mereka menyusuri jalan setapak di tepian hutan, dan bergegas ke rumah kecil di belakang chapel. Orang-orang terlihat buru-buru menyelesaikan aktifitas mereka sebelum hari gelap. Mereka masih dibayangi oleh suara lolongan dan bayangan monster setelah kejadian semalam. Tak ada yang mempedulikan Han dan Hyunjin yang melewati mereka, daripada membuang waktu untuk berbincang dengan anak kecil, semua orang harus bergerak lebih cepat beriringan dengan waktu.

"Oh ya, nanti akan kubawakan sebagian pakaianku dari Panti Asuhan." Sembari mereka berjalan, Han terus menyusun apa yang harus dilakukan setelahnya. Sekian lama di Panti Asushan dengan banyak orang, tak satupun anak-anak yang seusianya ingin bermain dengannya atau sekedar mengerti perasaannya. Ia memiliki begitu banyak harapan pada Hyunjin.

"Mmm.. satu atau dua saja sudah cukup."

Tak mempedulikan Hyunjin, Han terus berbicara. "Lalu jaket itu untukmu saja. Mungkin saja di tempat itu tidak ada selimut. Setibanya kau disana, kau berisirahat saja, aku akan membawakan sesuatu untuk makan malam. Aku akan berlariii dengan cepat sehingga malam tak kan mampu mengejarku!" Ia tertawa, sangat bersemangat.

"Aku tidak begitu lapar. Kau bisa datang besok pagi, bukan kah berjaga agar tidak menemui malam lebih baik?"

"Sebenarnya... kami hanya tidak boleh keluar rumah saat bulan purnama. Pada waktu lainnya, kami cukup bebas untuk berpergian, meski tak lebih dari jam 8 malam."

"......" Hyun, baru pertama kali mendengarnya.

"Ahh, itu sudah terlihat." Celetuknya, ketika gubuk di belakang chapel sudah terlihat beberapa meter di depan mereka. Tapi, rumah itu tampak terang dari dalam. Terasnya juga cukup bersih dari tumpukan salju, sangat berbeda dari terakhir kali Han melihatnya. Ia berhenti, terperanjat. "Ahh, kebetulan yang aneh. Gubuk itu tak pernah ditempati, kenapa harus sekarang ketika kau butuh tempat untuk tinggal." Ia menggerutu kesal.

"Bagaimana jika kita coba ketuk pintunya? Tidak akan tahu kalau tidak dicoba." Hyun, tidak ingin melihatnya berputus asa terlalu cepat. Kedua anak yang sepantaran tersebut berjalan mendekat menuju teras. Sesampainya di depan daun pintu, Han mendapati pintunya tidak terkunci. Begitu tidak ada yang berarti di Blackmoor, sampai-sampai tak pernah tercatat kasus pencurian hingga mengunci pintu selain untuk hewan buas, tak pernah begitu dihiraukan.

Han membuka pintunya, dan bagian dalam gubuk sudah tertata dengan rapi. Seseorang jelas telah datang kemari dan menyiapkan segalanya untuk tinggal. Tempat ini tak lagi terlihat seperti gudang. Masih terperangah, Han memberi isyarat pada Hyunjin untuk masuk dengan melambaikan tangannya.

"Kau Yakin? Bukankah tidak sopan..."

"Yah, tamu harus menunggu di dalam. Begitu Ibu suster selalu bilang. Tidak peduli apapun kasta seseorang, tamu harus diperlakukan dengan baik. Aku hanya memposisikan diriku sebagai tamu sebaik mungkin" Jawabnya, tiba-tiba tertawa mendapati dirinya sendiri yang begitu lucu. "Wah, Hyun lihat. Persediaan makanan yang banyak" Sedikit saja Hyunjin melihat sekeliling, Han sudah menemukan kotak penyimpanan makanan.

"Apakah tamu juga boleh membuka apapun?"

Han terdiam sejenak, lalu mengangkat bahunya. "Tidak, tapi bukankah tamu harus dijamu? Mungkin ini adalah self-service?" han mengambil beberapa roti kering, dan memberikan nya pada Hyunjin.

Hyun menerimanya dengan ragu, lebih ragu daripada saat Han memberinya roti yang sama di hutan tadi. "Aku tidak tahu... aku merasa ini tidak benar."

H E G E M O N Y  I BOOK 1 - The Falling ConcordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang