Retrace 11 - Asseveration

53 8 1
                                    

Denny Lodge, 1477.

Sebuah markas utama dari kelompok werewolf terbesar pada masanya. Perkemahan yang sibuk dengan banyaknya pekerja berlalu lalang, tak memberikan jeda untuk sekedar bersantai dan menghirup udara dengan tenang. Jauh dari pusat, terdapat pemukiman bagi werewolf muda maupun tua dan mereka yang tak sanggup bertarung atau hanya menumpang hidup. Kawasan pinggiran itu dinamakan Denny Wood. Seorang Ibu dan anak laki-lakinya membawa sepotong kaki rusa yang didapatkan dari hasil berburu suaminya, menuju ke rumah yang hanya beberapa langkah dari tempat mereka. Kaki rusa itu besar dan dagingnya sangat banyak, sepertinya cukup untuk persediaan makan selama dua atau tiga hari untuk satu orang.

Dibuka nya tenda yang sederhana itu, menunjukkan sosok anak kecil yang beranjak remaja berusia 16 tahun. Matanya berwarna keemasan saat terkena cahaya yang masuk dari pintu. Ia tersenyum begitu melihat siapa yang datang. "Ah, Bibi. Hari ini pun, kau repot-repot untukku." ujarnya, melihat kaki Rusa yang cukup besar diletakan oleh seseorang yang dipanggilnya Bibi di meja makan.

"Kau membutuhkannya, kau harus makan banyak dan menjadi kuat." balasnya, tersenyum lalu memandang ke anak laki-lakinya. "Letakan kentangnya disana, Seonghwa." ujarnya. Anak itu mengangguk menuruti perintahnya dan membawa kentang-kentang dalam keranjangnya ke atas peti makanan.

Sang pemilik rumah hanya terdiam, dan kebingungan atas banyaknya makanan yang datang. "Bibi dan Seonghwa, besok aku akan membawakan kalian hasil masakan dari bahan-bahan yang kalian bawa sebagai balasannya."

"Kalau begitu, kau akan mengembalikan bahan-bahannya meski dalam bentuk matang. Apa kau sekarang menolak dan tak menyukai pemberian kami?" gerutu Ibu Seonghwa, lalu kemudian tertawa. "Bagaimanapun kau sudah seperti anakku sendiri, jadi berhentilah untuk merasa tidak enak. Kalian berdua adalah anak-anak yang kusayangi. Nah sekarang aku akan pergi mengerjakan pekerjaan rumah. Seonghwa akan menemanimu seperti biasanya." Wanita itu tersenyum lalu pergi, tak membiarkan lawan bicaranya menyanggah barang se kata.

"Sekarang kau menawarkan untuk memberikan masakan seperti itu, apa yang tidak mampu kau lakukan? Kau begitu bagus melakukan segalanya dalam hidup."Tak jauh berbeda dari Ibunya, kini giliran Seonghwa yang berbicara banyak. "Aku tidak ingin terus menyusahkan Bibi seperti itu. Aku bisa mengurus diriku sendiri, kalian berdua sudah melakukan sangat banyak untukku."

"Kau ingin kami berhenti?"

Sang pemilik rumah tercengang, kemudian mengelak. "Kak, kau memahaminya, bukan begitu maksudku.."

"Sampai kapanpun, tidak ada yang terlalu banyak dilakukan untukmu. Pada tahap ini, kau bukan lagi orang asing bagi kami. Kau adalah bagian dari keluarga kami, sudah sewajarnya tak satupun dibiarkan kelaparan. Kau hanya berada di tenda yang berbeda, tapi perasaan Ibu tetap sama, kau adalah bagian dari keluarga. Berhenti berkata kami sudah melakukan sangat banyak karena tak ada batasan seberapa banyak yang bisa dilakukan untuk keluarga. Kau mengerti?" Seonghwa menasehatinya dengan lembut, tak menaikkan sedikitpun intonasinya.

Anak yang dinasehatinya itu hanya duduk dan terdiam, kebingungan bagaimana cara membalas mereka semua. Ia selalu merasa berhutang budi pada Seonghwa dan keluarganya, karena selalu merawatnya sepenuh hati. Bahkan sejak Ibunya masih ada dan sakit-sakitan, Seonghwa dan keluarganya tak pernah melepaskan tangan mereka untuk mengulurkan bantuan barang sejenak. Ia adalah Kim Hongjoong kecil, yang tinggal sebatang kara tanpa kedua orang tuanya.

Ibunya sakit keras sejak melahirkannya sementara Ia tak pernah tahu siapa dan bagaimana Ayahnya. Tumbuh dengan melihat ibunya yang sakit-sakit membuatnya cukup hanya dengan itu. Ia puas meski dalam hidupnya hanya mengenal ibunya. Ibu yang sangat disayanginya, yang selalu mengatakan padanya untuk hidup dengan baik dan bijaksana. Ibu yang melindunginya hingga titik darah penghabisan.

H E G E M O N Y  I BOOK 1 - The Falling ConcordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang