Retrace 5 - Reminiscence

66 14 1
                                    

Seonghwa beranjak dari kursinya, dan pergi untuk membuka pintu. Hyunjin menghentikan aktivitas membacanya dan mengawasi dari tempat duduknya. Jarang sekali ada tamu yang datang kemari, bahkan ini baru pertama kalinya. Sosok yang ada di balik pintu itu adalah dua orang laki-laki yang berpakaian serba hitam. Kulit mereka lebih pucat dibandingkan Seonghwa. Satu orang yang berdiri di dekat pintu memiliki tulang wajah yang tegas, dan lesung pipi. Sementara seseorang lainnya, berdiri ditengah teras memiliki perawakan yang tinggi, sedikit lebih tinggi daripada Seonghwa. Seseorang yang berdiri di dekat pintu memiliki tatapan yang mengintimidasi, pandangan yang mengedar dengan cepat ke seluruh ruangan kemudian berhenti pada Hyunjin. Menyadari tatapan tajam itu untuknya, Hyun menurunkan pandanganya pada buku yang digenggamnya. Orang-orang itu menakutinya, menimbulkan perasaan yang tidak nyaman.

"Kehidupan..... yang tenang dan damai? Dosa yang kau buat ini membuatnya harus menanggung segalanya." Cibirnya. Hyunjin tak mengerti apa yang mereka bicarakan, dan mengapa mereka bicara seperti itu terhadap Seonghwa. Ketika Ia memberanikan diri untuk mencuri pandangan kepada Seonghwa dari ujung matanya, Hyunjin mendapati orang yang di hormatinya itu tak seperti biasanya. Pemandangan itu mengingatkannya pada kali pertama dirinya datang ke tempat ini, saat Seonghwa sedang menulis agenda hariannya dengan wajah penuh dengan kecemasan. Hyun tak melihatnya lagi sejak saat itu, tak juga membuatnya bertanya pada Seonghwa tentang apa yang membebani dirinya. Seonghwa, selalu dapat mengontrol emosinya dengan baik. Tapi kali ini, sulit baginya untuk menyembunyikannya.

"Darimana kalian tahu aku ada disini?" balasnya lirih. Sebisa mungkin membuat Hyunjin tak mendengar percakapan mereka. Tapi itu adalah gubuk yang kecil, tentu saja Hyunjin mampu mendengarnya meski mereka berbisik sekalipun.

"Terlalu lama tinggal dengan manusia membuatmu tumpul? Kau bahkan tak bisa memperkirakan kehadiran kami. Lihat dirimu yang terkejut itu." Ejeknya.

Seonghwa mendorong tamunya untuk mundur dari pintu secara perlahan, bersamaan dengan dirinya yang menghilang dibalik pintu yang ditutup. Meninggalkan Hyunjin dengan ribuan pertanyaan dibenaknya. Juga kekhawatiran atas apa yang terjadi.

Dua orang itu adalah rekan Seonghwa, jauh sebelum dia datang ke tempat ini. Pembicaraan sejak tadi di dominasi oleh San, yang secara usia masih lebih muda darinya. Yang datang bersamanya adalah Yunho, dengan usia yang sama. "Kenapa? Kau tidak ingin anak itu mendengarnya?"

"Ya." balasnya singkat.

San mengernyitkan alisnya. "........Park Seonghwa, kau sungguh memalukan."

"Bicaralah dengan sopan, bagaimanapun aku lebih tua darimu."

"Pengkhianat sepertimu?! Aku harus bicara sopan terhadap Pengkhianat sepertimu?! Pemimpin kehilangan matanya sebagai pertanggung jawaban atas pengkhianatanmu dan kau meminta aku bicara sopan padamu? Menggelikan, Park Seonghwa." Seperti ranting kering yang tersulut api dengan cepat, San menunjukkan kemarahannya tanpa segan.

Dibandingkan amarah San, Seonghwa lebih terkejut dengan kabar yang dibawanya. Ia terperangah nyaris tak percaya. "Pemimpin... kehilangan matanya?"

"Ya. Apa kalu menyesal telah meninggalkan kami sekarang?"

"........" Pemuda dari Alton itu terdiam membeku. Perasaannya bercampur aduk, rasa bersalah, kekhawatiran dan kecemasan menjerat hatinya dan membuat nafasnya sesak. Dalam sebuah kelompok yang dipimpin oleh satu orang, seluruh pencapaian yang didapatkan akan membentuk dan menunjukkan bagaimana pemimpin itu mampu membawa anggotanya. Sebuah dosa dan pengkhianatan yang dilakukan oleh anggotanya, tentu juga akan menjadi tanggung jawab sang pemimpin. Sebuah hukuman yang berat untuk kehilangan pengelihatannya, atas penghianatan yang dilakukan oleh tangan kanannya. Orang yang paling dipercayai oleh sang Pemimpin, Park Seonghwa.

H E G E M O N Y  I BOOK 1 - The Falling ConcordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang