Retrace 9 - Turning Back

53 10 1
                                    

Punggung Seonghwa yang menjauh dari pandangannya menghadirkan rasa sepi yang luar biasa. Sampai mereka bertemu lagi, Ia harus menjaga dirinya baik-baik. Tapi lebih dari itu, dia juga harus menjaga Han, teman satu-satunya yang tersisa.

Teman?

Pikirannya mencoba untuk melangkah mundur, jauh menjangkau pecahan memori dalam ingatannya. Terdapat banyak sekali butir-butir ingatan, tapi hampir sebagian besarnya buram. Pengelihatannya hanya mampu membaca dengan jelas hal-hal yang diperlukan untuk hidup sebagai manusia. Sisanya, adalah kenangan dengan banyak orang yang tak mampu Ia kenali wajahnya. Wajah mereka begitu samar seperti terhalang kabut di pagi hari. Apakah teman yang dimiliki adalah benar hanya Han? Di masa lalunya, Ia bercengkrama dengan begitu banyak orang. Tidak kah salah satunya adalah teman nya juga?

Hyunjin menemukan dirinya kesulitan untuk fokus pada satu hal tertentu, tak seperti biasanya. Pikirannya semakin berisik, sama sekali tak membantunya merasa tenang. Ia menggelengkan kepalanya dengan kencang dan menepuk pipinya dengan kencang. "Jangan sampai Han mengetahui hal ini" ucapnya dalam hati dan berusaha mengumpulkan kewarasannya lagi sebelum masuk ke dalam gubuk. Sebagaimana dirinya yang mendengar seluruh pembicaraan Seonghwa dengan rekan lamanya siang tadi, Hyunjin khawatir Han juga akan mendengar beberapa dari pembicaraannya dengan Seonghwa. Namun ketika ia membuka pintu, Han sudah tertidur pulas di atas ranjang tua yang berdecit itu. Beberapa hal selalu dibuatnya terlihat mudah, bahkan dalam suasana yang genting menurut Hyunjin. Jika Seonghwa berusaha membuatnya terlihat mudah dengan selalu bersikap ramah dan hangat, Han terlihat sama sekali tanpa usaha. Ia begitu murni, nampak tak begitu banyak memikirkan apapun. Malam itu tanpa disadari berlalu begitu saja bagi Hyunjin namun tidak bagi kakaknya.

Memakan waktu kurang lebih lima puluh menit untuk menempuh perjalanan dengan kaki hingga Seonghwa sampai di kantor pos kota Bordon. Waktu menunjukkan pukul 08.15. Ia memiliki waktu sebanyak 45 menit untuk menyusun kembali laporan yang ditulisnya sebelum kantor post di tutup pukul 9 malam. Songhwa mengeluarkan kertas dari tasnya, beserta pena dan tinta kemudian mulai menulis di meja kecil yang tersedia di lobby utama kantor pos. Ia menulis dengan cepat, tak lagi mempedulikan apakah tulisan itu cukup rapi atau tidak untuk disampaikan pada Yang Mulia Raja. Penyelidikannya telah menemukan titik terang dan hal itulah yang terpenting untuk diketahui oleh Raja.

20 Mei 1484. Catatan Park Seonghwa, Hari ke 111.

Hari ini sebagaimana serangga-serangga naik ke permukaan dan memanjat ke pohon di musim panas, jawaban demi jawaban terungkap dan kebenaran semakin dekat. Bersembunyi dibalik identitas ku sebagai pengamat dan penulis di Istana, tugasku sebagai penyelidik khusus Istana telah mencapai apa yang diharapkan. Aku dengan percaya diri mengatakan bahwa kartu As ada pada sisi ku, sebagaimana Catatan di hari pertama ku tulis. Dia adalah Werewolf-Witch, yang harusnya menjadi simbol perdamaian oleh Manusia, Werewolf dan Penyihir. Tapi karena ketidaksepakatan beberapa pihak, kehadirannya justru menjadikan alasan baru untuk memulai peperangan. Aku dengan penuh kesungguhan bersaksi bahwa akulah yang pertama kali mengungkap identitasnya yang sesungguhnya, setelah Ia dilindungi dan disembunyikan identitasnya oleh pihak tertentu. Maka atas hasil yang baik ini, aku akan melanjutkan perjalananku untuk mempertahankan perdamaian yang telah disepakati. Orang-orang yang bersamaku tidak banyak, tidak juga kuat. Tapi kepercayaan dari Yang Mulia Raja telah menuntunku dan memberikanku kekuatan untuk terus melangkah. Orang-orang yang bersamaku di masa lalu, kelak akan bertemu kembali dan menghabiskan masa tua bersama. Hingga saat itu tiba, misi seorang diri ini akan kuselesaikan sebagaimana aku memutuskan untuk memulai nya.

Seonghwa memasukan kertas yang berjumlah sama dengan hari yang telah di laluinya di Blackmoor ke dalam amplop besar dan menyegelnya dengan lilin. Ia lalu menuliskan alamat pada amplop tersebut, kemudian memberikan laporan tersebut pada petugas. Seonghwa menunjukkan lencana kerajaan yang disimpannya, sebagai bukti bahwa Ia adalah anggota Istana dan sebagai akses untuk surat itu diperlakukan khusus, penting dan amat rahasia. Sejak menjalankan misinya, telah terdapat orang-orang khusus yang dipekerjakan untuk menghubungan Seonghwa dengan Yang Mulia Raja, begitu pula dengan laporan yang di kirimkannya ditangani secara khusus oleh orang yang berhubungan langsung dengan raja.

H E G E M O N Y  I BOOK 1 - The Falling ConcordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang