28. Pengakuan

4.1K 548 77
                                    

Hold me now
It's hard for me to say I'm sorry
I just want you to stay
After all that we've been through
I will make it up to you
I promise to
(Chicago - Hard to Say I'm Sorry

***

Salma lama sekali di kamar mandi, Andro sampai tak sabar. Bukan apa-apa, dia juga belum ke kamar mandi sejak tadi. Kalau cuma tidur sih tak masalah belum cuci tangan, kaki, muka, tapi nggak nyaman kalau tanpa menyikat gigi dulu. Apalagi habis makan mi tektek.

Ceklek.

"Aaaww."

Pintu kamar mandi terbuka, disusul teriakan Salma dari dalamnya. Salma lalu berjongkok di pojokan. Andro tertawa, dia yang membuka pintu karena sudah tak sabar menunggu.

"Berarti kamu kalau di kamar mandi pintunya nggak pernah dikunci ya, Sal? Tahu gitu kan aku nyusul masuk dari tadi." Masih sambil tertawa.

"Mas nggak sopan, deh." Salma kesal, wajahnya terlihat masam.

"Ya kamu, sih, lama banget, mana nggak ada suara air juga. Ngapain aja sih, Sal?"

"Eh, emm..., itu, emm..., Sal malu. Masa pakai baju begini," jawab Salma, masih sambil berjongkok di pojokan.

"Berdiri deh, jangan ndepipis di pojokan kayak gentong, gitu." Andro mendekat, kedua tangannya terulur hendak membantu Salma berdiri.

"Tapi malu, Mas. Sal kayak perempuan m-mur---"

"Itu kalau kamu pakai baju begitu di luaran sana. Kalau di depanku ya nggak. Kamu malah makin mempesona. Percaya aku, deh."

"T-tapi---"

"Ya udah, kamu keluar dulu sana. Aku nggak lihatin, deh." Andro membalikkan badan, memberi kesempatan Salma untuk keluar tanpa terlihat olehnya.

"Aku gosok gigi dulu ya, kamu tunggu aku di tempat tidur. Selimutan boleh. Lampunya nanti aku aja yang matiin." Pesan Andro sebelum Salma menghilang di balik pintu.

Tak sampai lima menit Andro sudah menyelesaikan urusan toiletnya. Sudah siap pula dengan kostum tidurnya. Dimatikannya lampu besar, menyisakan lampu tidur di salah satu nakas yang dekat dengan posisinya.

Mata Salma terpejam, tapi belum tidur. "Lagi baca doa mau itu ya, Sal?" goda Andro. Salma berusaha menyembunyikan senyum malu-malunya, menarik bed cover hingga tubuhnya menghilang seluruhnya dari pandangan.

"Anak nakal, ya!" seru Andro lagi. Lalu ikut masuk ke dalam selimut dan menghujani Salma dengan gelitikan. Suara tawa dan perdebatan kecil terdengar dari balik bed cover. Keduanya menikmati suasana yang mengalir penuh canda.

"Sal." Andro berbisik, membuat hati Salma jadi berisik. Wajah mereka berhadapan hampir tanpa jarak. Mereka bahkan bisa merasai helaan napas satu sama lain.

"Hemm," jawab Salma lirih. Bahkan degub jantungnya terdengar jauh lebih keras dari suaranya.

"Kita---"

Salma tak memberi kesempatan Andro bicara. Dilingkarkannya lengan pada leher Andro, hingga jarak keduanya tak lagi ada. Sejoli itu terlena, terbawa suasana. Surga dunia seolah terhampar di depan mata. Yang selama ini selalu tak jadi, kali ini tinggal menyisakan satu titik paling substansi. Hanya saja....

Handphone Andro tiba-tiba berbunyi, nyaring sekali. Aktivitas keduanya seketika terhenti. Andro membanting tubuhnya ke sisi bed yang kosong, membuang napas gusar. Salma bukannya lega, justru air mata yang terlihat berlelehan di kedua pipinya.

Melihat Salma begitu, Andro tak sampai hati. Dia terpaksa turun dan mengambil gawainya di meja. Panggilan itu datang dari mama.

"Gimana, Ma? Ini udah malam, lho. Mama nggak pengen punya cucu apa gimana, sih?" Suara Andro terdengar sangat kesal.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang