But I love the way you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely
I love the way you love me
(Eric Martin - I Love The Way You Love Me)***
Sudah mendekati tengah malam, tapi Salma belum juga tidur. Andro sampai lelah mengingatkan, begadang tidak baik untuk Salma yang sedang hamil.
"Mas juga tiap hari begadang ngurusin tugas." Salma masih ngeyel. Memang kantuknya juga belum datang.
"Itu beda, Sal. Kan aku begadang dalam rangka mengusahakan semuanya buat kita juga. Biar aku bisa lulus tepat waktu, balik ke Surabaya, kerja, nabung buat mewujudkan banyak impian masa depan kita. Kalau bisa milih, aku juga lebih suka tidur normal, Sal. Berdua sama kamu."
"Kalau itu sih ujung-ujungnya juga tidurnya malam. Mas betah banget kalau urusan satu itu." Andro terkekeh. Dicubitnya hidung Salma, gemas.
"Nah, kamu juga harus gitu dong, Sal. Kita sama-sama berusaha buat masa depan keluarga kita. Untuk sekarang ini, salah satu usahamu ya dengan menjaga kesehatan, karena kamu sekarang nggak cuma sendirian, ada anak kita yang tumbuh kembangnya sampai berbulan-bulan ke depan bergantung pada ibunya, kamu. So..., tidur ya?"
"Tapi Sal nggak ngantuk, Mas. Sal tuh...."
Sebenarnya Andro tahu, sejak tadi Salma terlihat tidak tenang dan kurang nyaman. Seperti ada gelisah yang coba dia sembunyikan.
"Apa yang bikin kamu nggak nyaman, Sal? Just say me. Kita akan cari jalan keluarnya bareng-bareng."
"Emm..., tadi siang waktu Sal tidur, Mas ke atas lagi?"
Persis dugaan Andro, Salma gelisah karena ingin tahu lebih banyak tentang ibunya. Dan sejujurnya, pertanyaan inilah yang dikhawatirkan Andro untuk saat ini. Dia belum siap menceritakan kepada Salma tentang kisah hidup ibunya. Pasti akan dia ceritakan, tapi bukan sekarang. Waktunya belum tepat, setidaknya menurut Andro.
"Iya, tadi aku ke atas lagi."
"Ngapain? Bu Dita cerita apa?"
"Kan ada eyang mami sama eyang papi datang, Sal." Salma masih sempat bertemu, sebelum kedua eyangnya pulang. Bertiga dengan ibunya.
Andro lalu menceritakan bagaimana hubungan ibu Salma dengan papanya. Juga hubungan keluarga Jaya Ahmada dengan keluarga Johan, kakek Salma.
"Jadi..., siapa bapaknya Sal?"
Diraihnya sang istri ke pelukan, banyak kecupan berpindah-pindah di seputar kepala Salma.
"Salmaku. Dari dulu waktu pertama kamu cerita tentang mendoakan ibumu, sosok bapak nggak pernah kamu sebutkan. So, apa masalahnya kalau kamu tetap nggak usah tahu siapa bapakmu, sampai kapanpun juga?"
Salma menatap Andro dengan sorot memelas.
"Apa ibunya Sal seorang pelacur?"
"Ibumu anaknya Opa Johan, udah seperti anaknya sendiri kalau dengan eyang mami dan eyang papi. Udah seperti adiknya sendiri kalau sama papa. Ibumu orang dekat kita, Sal. Opamu sama eyangku bersahabat, bahkan sudah melebihi saudara."
"Tapi pelacur?"
"Nggak penting ibumu siapa atau apa atau bagaimana, yang paling penting adalah kamu tetap mendoakannya, menghargai setiap keputusan yang dia ambil, dan tetap menjaga prasangka baikmu kepadanya. Seperti sebelum ibumu datang.
"Keberadaan ibumu di tengah-tengah kita sekarang, itu juga jawaban untuk doa-doa yang setiap hari kamu langitkan. Ini wujud sayang-Nya ke kamu, Sal, dengan mengabulkan doa-doamu, dan tentunya sudah membekali kamu juga dengan kemampuan untuk menerima apapun kondisi ibumu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
General FictionKeinginan dari keluarga ditambah rasa iba membuat Andro nekat melamar Salma, guru ngaji mamanya. Ia sadar, belum bisa sepenuhnya melupakan Zulfa. Maka muncul pula keraguan, bagaimana jika Salma hanya menjadi pelarian saja? Berbekal niat baik dan ras...