35. Jantungan

3.7K 586 110
                                    

Ada saat kutenggelam
Di lumpur-lumpur
Kupastikan hempaskan diriku di jalanan lurus
Semua itu harus tertelan pahit dan manis
(Dewa 19 - Hitam Putih)

***

Seharian itu Andro menemani Salma di rumah sakit. Bu Miska senang sekali mendengar Salma hamil. Perempuan baik hati itu berkali memeluk Salma, juga mengusap perut anak asuhnya. Kondisinya yang sudah membaik terlihat makin baik, bahkan sudah seperti orang yang sehat saja.

"Salma," panggil Bu Miska. Salma baru selesai mandi sore, bergantian dengan Andro.

"Iya, Bu?"

"Kamu dari kemarin belum ke panti sama sekali, ya?"

"Iya, Bu. Kan Salma dari pagi sampai sore di sini. Gimana, Bu?"

"Nanti kalian pulang habis maghrib saja, tapi mampir panti dulu ya. Tengoklah adik-adikmu barang sebentar," pinta Bu Miska.

"Lha nanti Ibu sama siapa?" Salma tidak keberatan dengan permintaan Bu Miska, namun merasa perlu memastikan Bu Miska ada yang menemani.

"Nanti Bu Tami ke sini."

"Bu Tami? Maksudnya mama?" Salma mendadak agak ogeb. Bu Miska tertawa mendengar pertanyaan Salma.

"Iya, Bu Tami mama mertuamu. Ada yang perlu ibu bicarakan dengan beliau. Ibu juga mau menyampaikan terima kasih, Bu Tami baiknya Masya Allah, ibu sampai nggak tahu lagi bagaimana membalas kebaikan beliau."

"Iya, Bu, mama baiknya luar biasa. Sama Salma juga nggak pernah membeda-bedakan, malah Mas Andro yang sering kesal karena merasa mama lebih sayang sama Sal daripada sama Mas." Andro tertawa, membenarkan ucapan istrinya.

Mama datang tak lama kemudian, diantar oleh Rea dan Dimas yang baru sempat membesuk Bu Miska. Sekalian mau ke dokter kandungan katanya. Rea panik, karena Salma sudah hamil, sedangkan dirinya belum menunjukkan tanda-tanda.

Keduanya tak lama di sana, hanya setengah jam, dan segera berpamitan ketika maghrib menjelang. Andro dan Salma menyusul kemudian, setelah melaksanakan salat maghrib berjamaah di ruang tempat Bu Miska dirawat.

"Mama udah pesan makanan buat dibawa ke panti, Ndro. Nanti kalian ambil dulu ya." Teman mama yang punya katering rumahan tinggal di dekat panti. Mama sering memesan makanan, kudapan, dan minuman untuk dikirim ke panti. Kali ini Andro disuruh mama untuk mengambilnya sendiri. Membawanya sebagai buah tangan kunjungan Salma ke rumah tempat dia dibesarkan.

Salma memeluk mama, mengucapkan terima kasih berkali-kali. Lalu memeluk Bu Miska, sekaligus pamit untuk bertemu lagi keesokan hari.

Di panti, adik-adiknya menyambut Salma dengan suka cita. Pizza homemade yang aromanya menggugah selera, marble cake kesukaan semua, juga puding jeruk yang terlihat segar dan menggoda. Tapi yang akan dinikmati lebih dulu adalah ayam bakar madu sebagai menu makan malam bersama.

Salma meminta Mbak Yanti membantunya menyiapkan semuanya, tapi Mbak Yanti menolak. Maunya dia sendiri saja yang mengerjakannya, agar Salma bisa istirahat. Rupanya kabar kehamilan Salma sudah terdengar sampai ke panti. Mbak Yanti memberinya selamat, memeluk adik angkatnya dengan hangat. Salma lalu meminta izin untuk ke kamarnya. Meski Salma sudah tak tinggal di sana, Bu Miska tetap mengosongkannya, sebab panti masih menjadi rumah bagi Salma.

"Ehk, ib-ibu siapa?" Salma kaget melihat seorang perempuan berjilbab lebar sedang membaca juz amma di kamarnya. Andro yang ikut masuk kamar juga tak kalah kagetnya.

Ibu itu buru-buru bangkit dari duduknya dan mendekati Salma. "S-saya Dita, t-temannya Bu Miska. Eh, emm..., iya, s-saya temannya Bu Miska," sapanya dengan gugup.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang