61. Sembarangan

2.1K 331 41
                                    

Lagi nggak ada ide yg cemerlang. Part ini ya cuma ngalor ngidul gaje. Buat hiburan aja lah ya, daripada nggak ada update. Wkwk...

Yuk lah. Happy reading :)

***

Setelah melalui pamitan yang agak dramatis dengan mama mertua, Salma kembali menjalani kehidupan sebagai istri dari seseorang yang masih berstatus mahasiswa.

Berempat —dengan Bu Dita dan Wahyudi— baru saja tiba di Semarang. Wahyudi segera mohon diri untuk pulang ke indekosnya. Ada sisa waktu dua hari sebelum perkuliahan dimulai, dia ingin pulang dulu ke rumah orang tuanya.

Ucapan terima kasih diulang berkali-kali oleh Wahyudi dari sejak meninggalkan Surabaya. Andro sampai jengah mendengarnya.

"Lebaymu lho, Yud. Njelehi."

"Wis ben. Memang aku merasa berhutang budi banyak banget sama kamu, Ndro. Sorry ya kalau aku suka kelewatan becanda. Kelewatan juga kalau nasihatin kamu."

"Halah, koyok karo sopo ae, Yud. Biasa ae lah. Aku sama Salma malah yang thanks banget ke kamu, udah selalu ngingetin aku kalau mulai oleng. Doain ya, Yud, biar aku olengnya ke Salma terus."

"Oleng terus nubruk, ngono? Modus thok."

"Ngertinan ae, Yud," sahut Andro. Tangannya usil mendorong kepala sahabatnya.

Salma dan Bu Dita terkikik. Meskipun sering melihat interaksi keduanya, tetap saja itu sesuatu yang menghibur bagi Salma dan ibunya.

"Salam nggo bapak ibu, yo," pesan Andro. Wahyudi mengangguk kemudian berlalu dari hadapan mereka.

Andro merangkul bahu Salma, menatap dalam pada mata bening yang selalu membuatnya jatuh cinta.

"Udah siap menjalani kehidupan sebagai istri mahasiswa lagi kan, Sal?" Tak menjawab, Salma hanya mencubit perut suaminya.

"Yang jelas udah siap bersih-bersih rumah ya, Sal?" celetuk Bu Dita. Salma tertawa, menyetujui ucapan ibunya.

Ketiganya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Salma meminta izin pada ibunya untuk mengganti baju.

"Mas istirahat aja, deh. Pasti capek kan habis nyetir. Sebentar lagi juga udah mau mulai kuliah. Sal beresin rumah sama ibu aja. Nanti sore Sal masakin kesukaan Mas, deh. Mas pengen makan apa?"

Bagaimana Andro tidak jatuh cinta pada Salma kalau setiap hari selalu menerima perlakuan manis darinya?

"Nggak kok, aku nggak capek. Aku mau bantu bersih-bersih rumah juga. Maafin aku ya, Sal. Aku sayang kamu. Aku nggak minta dimasakin apa-apa. Apa aja yang kamu bikinin aku mau."

Dipeluknya Salma dari belakang. Mengendus-endus leher putih nan jenjang yang selalu wangi dan menyenangkan.

"Mas, please. Nggak usah minta maaf terus. Kita kan mau move on. Kalau Mas gitu terus, malah jadi mengingatkan Sal sama yang sudah-sudah. Come on. Kita hidup normal aja, tanpa harus ada perasaan bersalah, dan bla bla bla. Yang paling penting kita udah nggak bahas masa lalu. Itu aja, Mas.

"Kalau Mas masih bersikap begitu terus, merasa bersalah, nggak enakan, sering banget minta maaf, dan semacamnya, itu tuh seperti membahas masa lalu dalam bentuk lain."

Lagi-lagi semua yang dikatakan Salma benar. Rasa bersalah, permintaan maaf yang keseringan, dan bla bla bla itu sama seperti membahas masa lalu, cuma bungkusnya saja yang berbeda.

Bukankah Andro sendiri jengah ketika Wahyudi berkali-kali menyampaikan terima kasih? Seolah ingin terus membahas kebaikan Andro kepadanya.

Begitupun rasa bersalah dan permintaan maafnya yang berulang-ulang kepada Salma. Sejatinya cuma mengingatkan Salma kalau Andro pernah —bahkan tak cuma sekali— melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya berkaitan dengan masa lalu.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang