Chap 03

660 88 3
                                    

Malam menjelang, aku turun ke bawah dari kamar ku yang berada di atas. Aku keluar kamar selain karena lapar, aku juga mendengar suara kakak kakak ku yang baru saja pulang. Aku berlarian dengan senyuman yang menghiasi wajah ku, aku sudah tak tahan untuk melepas rindu ku. "Kakak...." Teriak ku yang masih menuruni tangga. Ke empat kakak ku menoleh pada ku dan aku segera menghambur ke pelukan mereka satu persatu. "Kak Arley... Kak Erlan... Kak Darwin... Kak Delvin... Junior sangat merindukan kalian." Ucap ku.
Kak Arley selaku anak paling tua di sini, ia mengusap lembut kepala ku seraya berkata. "Kak Arley juga merindukan mu, sudah lama ya kita tidak bertemu."

"Dan kau masih saja cebol hahaha..." Ledek kak Darwin yang merupakan anak ke tiga.

"Kelak nanti aku akan tumbuh lebih tinggi dari kalian semua, lihat saja nanti, aku kan masih dalam masa pertumbuhan." Elak ku sambil mengembungkan pipi.

"Bagaimana kamu bisa lebih tinggi dari kita semua kalau kau masih bersikap manja seperti anak kecil seperti ini." Seru kak Erlan anak ke dua. Sejak dulu cuma kak Erlan saja yang tidak terlalu memanjakan ku, hanya sesekali saja dan tidak seperti ke tiga kakak ku yang lainnya selalu memanjakan ku.

"Aku kan masih kecil, jadi tidak ada salahnya kan kalau aku seperti ini, ya kan kak Delvin." Aku meminta pembelaan dari kakak ke empat ku ini, karena kak Delvin yang lebih sering membela ku dan melakukan apa pun yang ku inginkan.

"Kau sudah dua belas tahun sekarang, sudah akan remaja, sudah seharusnya kau belajar untuk tidak bersikap seperti anak anak." Ujarnya dengan wajah yang terlihat sedikit badmood dan itu sangat mengejutkan ku.

Aku hanya menganggukkan kepala ku lesu, dulu jika aku seperti ini kakak kakak ku akan cemas dan bertanya tanya apa yang terjadi? Atau apa ada yang ku inginkan? Tapi kali ini mereka tidak melakukan hal itu, tidak ada satu pun yang menanyakan hal tersebut. Rupanya empat tahun sudah merubah semua sikap kakak kakak ku.
"Kak Arley, aku lapar. Tolong masakin aku sesuatu untuk makan malam. Kakak kakak juga belum makan malam kan? Ayo kita makan malam bersama." Seru ku dengan penuh harap.

"Maaf Junior, kakak sudah makan malam di pesta pernikahan teman kakak. Sekarang kakak ingin tidur, soalnya kakak lelah sekali." Tolak kak Arley.

"Kalau kak Erlan?"

"Kakak sudah makan juga tadi di luar bersama kolega kerja kakak, dan sekarang kak Erlan harus mengecek kembali bahan meeting besok."

"Kak Darwin dan kak Delvin?" Kali ini aku lebih berharap lagi dengan kakak ku yang kembar ini.

"Kita juga sudah makan di rumah teman tadi sekalian mengerjakan tugas yang di berikan dosen." Darwin.

"Sekarang rasanya pengen mandi untuk menyegarkan pikiran." Delvin.

Mendadak aku menjadi lemas, namun aku mencoba untuk tetap tersenyum ke mereka semua. "Baiklah kalau begitu." Aku pun menatap ke empat kakak ku yang berlalu meninggalkan ku dengan menahan tangis. "Anak laki laki tidak boleh cengeng, ayo pergi ke luar untuk mendapatkan makan malam sebelum maag mu kambuh!" Aku pun menyemangati diri sendiri dan kembali ke kamar untuk mengambil dompet serta ponsel, kemudian aku keluar rumah untuk mencari makan malam.

Keesokan paginya, di saat aku hendak ingin sarapan dan sudah duduk manis di meja makan yang hanya tersedia sandwich dan minuman tersebut, aku belum melihat siapa pun yang turun ke bawah untuk sarapan. Sepuluh menit kemudian barulah mereka semua datang dan duduk. Kita makan dalam diam, tidak ada siapa pun yang membuka suara, sangat berbeda dengan dulu. Karena dulu kak Darwin atau kak Delvin suka mengajak ku bicara dan memasukan segala lauk pauk ke piring ku. Tapi saat ini? Apa yang akan di masukkan ke piring ku, jika menu sarapan hanyalah sebuah sandwich?

"Mama nanti akan mengantarkan ku sekolah baru kan?" Tanya ku pada mama.

"Mama gak bisa, mama harus segera datang ke kantor karena ada pekerjaan." Jawabnya tanpa memandang ku dan hanya menatap laptopnya sambil memakan sandwich.

"Kalau papa?"

"Papa juga gak bisa nak, pekerjaan papa banyak, nanti papa akan pulang telat. Maaf ya nak." Ucap papa dengan sedikit tersenyum.

"Gak apa pa, kalau kakak, apa ada yang bisa mengantar ku ke sekolah?"

"Kak Arley gak bisa." Arley.

"Aku juga gak bisa." Erlan.

"Kalau kak Darwin sama kak Delvin?" Pada saat ini aku tidak terlalu berharap, aku takut merasa sakit seperti kejadian tadi malam.

"Kamu bisa pergi bareng kami, tapi sekarang berangkatnya." Ujar kak Delvin membuatku senang.

Setelah berpamitan ke papa dan mama kita bertiga pergi menuju sekolahku.
Jujur saja ini sangat membuat ku merasa gelisah, karena sekarang aku pindah sekolah di saat aku sudah kelas enam semester akhir. Sangat sangat mepet sebenarnya untuk pindah, tapi ibu ku tidak bisa menunggu hingga aku lulus sekolah baru kembali lagi ke rumah papa. Aku sungguh takut melihat anak anak yang berada di kelas ku nanti.
Setibanya di sekolah, aku segera menuju ruang guru untuk menanyakan kelas ku berada. Aku pindah ke sekolah ini di urusi oleh papa mama, dan mereka tidak tau juga aku berada di kelas apa. Bagi mereka aku sudah pindah ke sekolah tersebut, urusan kelas berapanya, itu menjadi urusan ku untuk bertanya ke guru.

"Pagi anak anak, kita kedatangan murid baru. Memang sangat mepet sekali dengan kelulusan, tapi tolong berteman baiklah dengannya dan bantulah dia, mengerti?!" Ujar wali kelas ku yang kemudian menyuruh ku untuk masuk ke dalam.

Saat aku masuk dan berdiri di samping wali kelas, aku melihat semua wajah di kelas dan itu membuat ku sangat ketakutan. Aku mulai cemas dan mengeluarkan keringat dingin, namun aku harus mengatakan nama ku agar semua ini cepat berlalu.
"A-aku... Nama ku, Junior... Junior Albern." Setelah mengucapkan nama ku, aku melirik ke wali kelas.

"Sudah? Hanya nama saja? Tidak katakan hal lainnya? Seperti dari mana asal mu, atau mungkin hobi mu?" Tanya wali kelas ku yang hanya ku jawab dengan gelengan kepala dan kemudian menundukkan kepalaku karena tidak kuat berlama lama menatap orang lain yang asing bagi ku.

"Ya baiklah kalau begitu, kau bisa duduk di tengah sana Junior. Dan semuanya sekali lagi bapak minta untuk berteman dan membantu Junior. Baiklah semuanya, mari kita mulai pelajarannya ya. Buka buku halaman 123 dan jangan lupa untuk kumpulkan tugas kalian semua."

Junior (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang