Chap 16

723 74 0
                                    

Dengan berat hati aku menjawab panggilan tersebut, karena aku merasa kesenangan ku di ganggu. "Haaah...." Aku membuang nafasku dengan kasar terlebih dahulu.
"Ada apa dok? Ini sudah malam kan." Keluh ku yang terganggu.

"Hanya ingin bertanya saja, ini kali pertama mu pergi liburan bukan. Kau sudah mempersiapkan semuanya? Keadaan mu juga bagaimana? Dengan siapa kau pergi?" Tanya dokter Ferry bertubi tubi.

"Aku pergi untuk mendaki gunung H, di sini tidak terlalu ramai orang jadi aku yakin aku bisa melalui ini. Aku pergi sendirian karena keluarga ku terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka."

"Sendiri?! Ke gunung H? Itu bahaya untuk orang seperti mu sekali pun di sana tidak banyak orang. Karena pertama adalah soal penyakit psikis mu, ke dua adalah karena kau tidak pernah pergi kemana pun! Mendaki gunung untuk seorang pemula seperti mu itu tidak baik jika sendirian. Bagaimana jika kau tersesat, atau terluka? Dengarkan kata ku, besok kau harus pulang dan jangan pernah coba coba pergi mendaki seorang diri, mengerti?!"

"Dokter Ferry jangan seperti itu, aku sungguh ingin mengganti suasana hati ku. Dan ini sudah menjadi pilihan ku, jadi ku mohon dok jangan menyuruh ku pulang. Selain itu, dari mana dokter Ferry tau kalau aku sedang liburan?"

"Aku pernah menyarankan hal ini ke kamu untuk mencoba pergi dan hadapi orang asing, atau pergi liburan. Tapi bukan berarti mendaki gunung. Masih ada banyak tempat wisata lainnya yang bisa kau kunjungi seorang diri. Ini demi diri mu sendiri Junior, jadi tolong dengarkan perkataan ku! Aku tau hal ini karena melihat postingan di sosial media mu, kamu tidak bisa mendaki sendirian. Besok aku akan menjemput mu pulang, aaah tidak... Selesai aku menyelesaikan pekerjaan ku, aku akan menjemput mu kesana. Ingat! Jangan pernah kamu mencoba pergi sendirian!!!"


"Tuuuut.... Tuuut... Tuuut....."

Panggilan di akhiri oleh dokter Ferry, aku yang tadinya merasa senang kini berubah jadi kesal. Wajah ku terlihat masam dan aku menekuknya. Aku kembali memandangi pandangan gunung di luar sana, seketika aku kembali tersenyum. Aku bahkan terbesit sebuah pemikiran dalam sejenak. "Baiklah, tidak ada yang boleh menghalangi keinginan ku yang sejak lama ku inginkan. Apa yang sudah ada di depan mata, tidak boleh di lewatkan!"

Pagi pagi sekali aku sudah terbangun, aku sangat yakin dokter Ferry masih dalam perjalanan dan belum sampai. Ketika aku hendak pergi meninggalkan penginapan, aku mendapatkan panggilan dari Lucas. Aku menjawab panggilan tersebut sambil berjalan menuju kaki gunung. Lucas menanyakan dimana aku sekarang setelah melihat postingan ku semalam, dan aku mengatakan padanya kalau aku sedang berlibur sebagai hadiah ulang tahun ku. Lucas sama sekali tidak curiga dan tidak menanyakan kepada ku apakah aku pergi sendirian, atau dengan siapa aku pergi? Aku yakin, Lucas pasti menduganya kalau aku pergi bersama keluarga ku. Dan panggilan pun berakhir.
Aku tersenyum senang ketika mulai mendaki gunung, aku melihat kanan dan kiri dan berulang kali menghirup udara yang sangat segar ini.

Hingga siang menjelang, ku keluarkan makanan dari dalam tas ku. Aku menikmati makanan yang tadi ku beli di penginapan untuk makan siang ku ini. Setelah istirahat makan siang, aku kembali lagi melanjutkan pendakian ini. Aku lihat peta dengan seksama dan kemudian pergi berjalan lagi. Namun tiba tiba awan menjadi mendung, terdengar suara gemuruh yang membuat ku merasa panik terlebih lagi hujan langsung turun dengan derasnya. Aku berjalan tak nentu arah, pikir ku sekarang, aku harus mencari tempat yang bisa ku dirikan tenda. Namun saat aku sedang setengah berlari.... "Huwaaaaaaa...."



Author pov

Selang tiga jam setelah Junior meninggalkan penginapan, Ferry pun tiba. Ia berlari dari parkiran agar segera menemui anak itu. Ia berharap agar Junior tidak nekat dan mengabaikan peringatan darinya.

"Permisi maaf saya mau tanya, anak yang bernama Junior, semalam anak itu datang ke sini untuk menginap, kalau boleh tau dia menginap dimana ya? Saya kesini sebagai wakilnya datang untuk menjemputnya pulang." Seru Ferry dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Tunggu sebentar tuan, saya coba untuk memeriksanya."

Ferry nampak gelisah, ia takut jika Junior tetap nekat untuk pergi.

"Maaf pak, pelanggan atas nama Junior sudah check out tadi pagi pagi sekali."

Ferry membelalakkan matanya, dugaannya benar. Padahal selama ini Junior slalu menuruti perkataannya, dan kali ini Junior mengabaikannya. Kemudian Ferry memutuskan untuk pergi menuju kaki gunung. Ia memilih untuk mendatangi para penjaga di sana terlebih dahulu.

"Maaf mau tanya, apakah tadi pagi pagi sekali ada seorang anak usia empat belas tahun datang ke sini sendirian?" Tanya Ferry yang mulai cemas.

"Hmmm... Sepertinya tidak ada. Apa kau lihat?" Penjaga itu bertanya ke penjaga lainnya.

"Tidak, pagi tadi baru sekumpulan mahasiswa saja yang naik."

Seharusnya Ferry merasa tenang mendengar hal itu, berarti Junior hanya pergi ke tempat lain dan bukan mendaki gunung. Namun hatinya masih saja merasa gelisah, mungkin karena ia belum menemui pasiennya tersebut yang sudah di anggap seperti anaknya sendiri itu. Kemudian Ferry mengeluarkan ponselnya dan melihat sosial media Junior, matanya kembali terbelalak dengan postingan terbarunya dua jam yang lalu. Pada postingan tersebut memiliki gambar kaki yang sedang terjulur lurus dengan pandangan gunung yang terlihat juga di sana. (Gambarnya menunjukkan kalau Junior sedang duduk dengan kaki yang di luruskan)
Dengan kata katanya "Menuju nuansa baru." membuat Ferry sangat mencemaskannya.

"Pak lihat ini, anak yang sedang saya cari membuat postingan dua jam yang lalu. Bukan kah ini ia sudah berada di dalam?" Seru Ferry menunjukkan ponselnya kepada dua penjaga itu.

"Ada apa ribut ribut seperti ini?" Tanya seorang kakek tua yang berjalan mendekat dengan membawa beberapa kayu.

"Oh pak Anton, ini pak... Bapak ini sedang mencari seorang anak, katanya ia mendaki sendirian ke sini, tapi pagi tadi saya dan teman saya tidak melihat adanya seorang anak yang memasuki gunung ini. Lalu bapak ini menunjukkan saya postingan anak tersebut di sosial medianya, dan memang benar kalau pemandangan yang ke foto itu berada di sini."

"Apa anak itu tingginya segini?" Kakek tua yang beranama Anton itu menggerakkan tangannya dan mengarahkannya ke pundaknya. "Anak itu kurus dan memiliki rambut berwarna hitam pekat?" Tanya Anton kepada Ferry.

"Ya benar pak, tunggu sebentar..." Ferry mencari foto Junior dan menunjukkannya kepada Anton. "Ini dia pak anaknya."

"Aah benar, tadi saya melihatnya."

"Benarkah pak? Dimana? Dimana bapak melihatnya?" Tanya Ferry antusias.

"Naik ke atas bersamaan dengan mahasiswa, dia berada sedikit jauh dari mereka dan hanya diam saja. Ku pikir kalau anak itu sedang bosan menunggu, tetapi ketika mahasiswa itu mulai naik, dia juga ikut naik dan wajahnya terlihat senang. Kau juga lihat anak itu kan?" Tanyanya pada penjaga tersebut. Kedua penjaga itu saling memandang dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Kami tidak melihat ada seorang anak di antara mereka."

Junior (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang