Chap 15

579 66 2
                                    

Setibanya di rumah, aku mengeluarkan hadiah dari dalam tas ku yang tadi di berikan oleh Lucas. Hadiah itu aku letakkan di atas meja belajar ku, dengan menopang dagu, aku terus memandanginya dengan tersenyum. Setelah beberapa tahun berlalu, kini di usia ku yang ke empat belas aku kembali merasakan mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dan juga mendapatkan hadiah. Jujur saja, aku tidak bisa membohongi diri ku sendiri betapa bahagianya aku di hari ini. Setelah puas memandang, aku membuka hadiah tersebut dengan hati hati. Rupanya isi hadiah tersebut adalah wristband, aku segera mengenakannya lalu aku mengambil ponsel dan mengambil gambarnya. Tentu saja aku juga menguploadnya di sosial media ku.

 Tentu saja aku juga menguploadnya di sosial media ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kini aku kembali merasakannya. Terima kasih..."

Malam menjelang, keluarga ku sudah pulang satu persatu kecuali orang tua ku. Sebelum mereka pulang, aku dengan sengaja menunggu kepulangan keempat kakak ku di ruang tamu. Di tahun ini aku berharap anggota keluarga ku tidak ada yang melupakan hari ulang tahun ku, tidak apa tidak mendapatkan hadiah, hanya mendapatkan ucapan dari mereka aku yakin aku sudah sangat bahagia. Pada pukul sebelas malam kak Arley yang terakhir pulang ke rumah, dan tidak ada satu pun yang memberiku ucapan. Hati ku kembali terasa teriris iris, seharusnya aku tidak berharap hal ini seperti tahun sebelumnya. Harapan ku hanya akan membuat ku terluka. Aku kembali menuju kamar dengan lunglai, rasanya aku ingin pergi saja dari rumah dan mencari nuansa yang mampu menenangkan hati ku ini. Ku rasa itu ide yang bagus. Jadi lebih baik sekarang aku tidur karena besok aku masih harus sekolah, lalu aku akan pikirkan tujuan yang harus ku pilih. Mungkin satu atau dua minggu cukup untuk liburan, tidak usah meminta izin dari mereka semua. Toh aku yakin, tidak akan ada yang sadar jika aku tidak berada di rumah, sama halnya saat aku di rawat di rumah sakit kemarin.

Keesokan harinya, aku bergegas menuju sekolah setelah menghabiskan nasi goreng yang sudah di buat oleh asisten rumah tangga. Oh benar, sejak awal aku tidak pernah mengatakan ini. Rumah papa sangatlah besar, jadi tidak mungkin jika kita tidak memiliki asisten rumah tangga, memangnya siapa yang akan membersihkan ini semua? Sementara mama ku juga seorang pekerja. Namun asisten rumah tangga yang di pekerjaan papa tidak ada yang menginap, kita memiliki tiga orang, dan ketiganya hanya akan datang jam tujuh pagi dan pulang jam lima sore. Sementara sarapan terkadang mama yang buat, atau ada salah satu dari ketiga orang itu yang datang lebih awal untuk membuatkan sarapan. Karena di rumah nyaris tidak pernah ada orang di rumah, jadi itu sebabnya asisten rumah tangga tidak ada yang menginap di rumah. Cukup datang bersihkan rumah, mencuci, setelah itu pulang. Karena jarangnya ada orang di rumah, mereka tidak di haruskan untuk memasak. Karena sayangkan kalau mereka memasak sedangkan tidak ada yang makan? Kecuali jika kita minta untuk di buatkan, maka mereka akan memasak. Dan kita tinggal menghangatkannya saja.

Seperti pagi ini, salah satu dari mereka datang lebih awal sesuai permintaan kak Arley agar dibuatkan sarapan nasi goreng. Kesempatan ini, aku pun meminta tolong kepada orang tersebut untuk menbuatkan ku bekal, makan siang dengan buatan rumah akan lebih baik dari pada cepat saji bukan? Dan selama ini setiap hari aku lebih sering memakan makanan siap saji, yang jelas jelas tidak baik untuk kesehatan.
Aku berangkat dengan perasaan yang senang, namun entah mengapa tadi saat sebelum aku jalan sekolah, hati ku seakan terdorong untuk memeluk erat ke empat kakak ku. Dan hal itu segera ku lakukan, dari memeluk kakak nomer satu hingga nomer empat. Aku memeluk mereka dengan sangat erat, bahkan tanpa ku sadari air mata sudah membasahi pipi ku.
"Dasar cengeng." Ledek kak Erlan. Aku hanya terkekeh kecil tidak menimpalinya.
Aku tidak tau kenapa, tapi rasanya aku sangat merindukan mereka. Hati kecil ku bahkan merasa menyesal karena hari ini tidak bisa bertemu dengan orang tua ku.

Setibanya di sekolah, Lucas nampak senang sekali melihat aku yang menggunakan wristband pemberian darinya. Dia bahkan menunjukkan gelang yang ku berikan padanya. Aku ikut tersenyum melihatnya tersenyum pada ku, dan hari ini aku membiarkan dia mengekori ku kemana pun aku pergi, tanpa adanya penolakan.
"Terima kasih sudah mau menjadi teman ku dan bertahan di sisi ku meski aku slalu menolak mu." Tanpa sadar aku mengatakan hal itu ke Lucas, dan dia hanya membalas dengan mengatakan. "Sama sama, aku senang akhirnya kau mau berteman dengan ku juga."

Di jam istirahat, aku melihat lihat tempat wisata di internet, aku mencari tempat yang tidak banyak orang. Lucas menyadari hal tersebut, dan dia tidak mengambil pusing dengan hal tersebut. Ketika aku bertanya mana yang lebih bagus, pilihannya dengan pilihan ku tidaklah sama. Sesampainya di rumah, aku mengemasi pakaian ku, tidak banyak sih, tapi ku rasa cukup. Aku juga memasukkan obat obatan yang sekiranya penting serta makanan dan minuman yang ku beli tadi saat pulang sekolah. Merasa semuanya sudah siap, aku pun mulai pergi menuju tempat yang ku inginkan yaitu gunung H. Dimana gunung tersebut terkenal indah namun tidak banyak orang yang mengetahuinya, sehingga tidak akan banyak orang di sana dan itu sangat baik untuk ku. Rasanya jadi tidak sabar.
Setibanya di sana hari sudah malam, aku memutuskan untuk menginap di penginapan terdekat. Di penginapan tersebut terdapat pemandian air panas, aku bertanya tanya apakah ada kamar yang memiliki pemandian air panasnya sendiri? Karena aku tidak mau berkumpul dengan orang orang, aku juga menanyakan hal itu dengan cara menulis di buku. Aku tidak ingin bicara, aku tidak ingin memperburuk keadaan ku dengan bicara secara langsung dengan orang asing. Karena aku harus mengumpulkan tenaga untuk besok mendaki gunung.

Aku yang sudah mendapatkan kamar VIP ini, segera memutuskan untuk berendam di air panas. Tentu momen ini tidak boleh ku lewati, aku pun mengambil gambar dan ku upload di sosial media dengan kata kata...

 Tentu momen ini tidak boleh ku lewati, aku pun mengambil gambar dan ku upload di sosial media dengan kata kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menyenangkan!"

Setelah itu barulah aku mulai berendam. Aku tidak takut akan di marahi oleh keluarga ku karena pergi secara diam diam, karena aku sangat yakin karena kesibukan mereka, mereka pasti tidak akan pernah membuka sosial media tersebut dan tidak pernah melihat postingan ku ini. Setelah berendam, aku memesan makanan dan juga segelas susu coklat.
Usai itu aku memandang keluar jendela yang langsung di sambut pemandangan gunung itu, aku sungguh tidak sabar menantikan keesokan hari. Dan kenikmatan ku ini terganggu dengan bunyi dering ponsel, ku lihat di sana ada dokter Ferry yang menghubungi ku.

Junior (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang