Aothor pov.
Seorang wanita yang sedang bersedih karena tidak lagi bekerja, dan memikirkan nasib ayahnya yang sedang berjuang untuk hidup, ia berjalan dengan gontai menuju receptionist. "Berapa kekurangan biaya ayah saya sus?" Tanya wanita itu dengan lesunya. Sedangkan suster yang ditanyai, ia mencoba melihat di komputer.
"Semua biaya sudah di bayar, bahkan untuk operasi juga sudah di bayarkan." Jawab suster itu dengan mantap.
"Di bayar? Siapa yang membayarnya? Saya belum melakukan pembayaran kan sus." Wanita itu nampak bingung.Datang seorang suster yang menghampiri mereka. "Tadi ada anak laki laki bersama dokter Ferry, anak itu melunasi semua biaya ayah anda. Yah cukup mengejutkan sekali, awalnya saya pikir dokter Ferry yang akan membayarnya setelah menanyakan berapa semua biayanya. Tapi rupanya anak laki laki itu yang bayar dengan kartunya. Tidak terduga kalau anak itu merupakan anak orang kaya, seratus juta ia bayar semuanya." Seru suster tersebut.
"Oh anak itu? Kalau tidak salah namanya Junior kan? Pasiennya dokter Ferry, yang setiap datang slalu diam dan berjalan di sisi tembok untuk menghindari orang orang. Bahkan sering dia datang dengan luka di wajahnya, aku merasa kasihan kepadanya." Saut suster yang satunya lagi."Maaf sus, kalau boleh tau apa anak itu menggunakan kaos berwarna putih?" Tanya wanita itu yang menebak bahwa anak laki laki yang di bawanya itulah orang yang membiayai pengobatan ayahnya.
"Iya benar." Jawab suster.
"Dia pasien dokter Ferry? Kalau boleh tau, dokter Ferry itu dokter bagian apa ya? Saya ingin menemuinya untuk menanyakan keberadaan anak itu agar saya bisa berterima kasih."
"Dokter Ferry di bagian psikolog, mbak bisa datang kesana."
"Psikolog?" Guman wanita itu pelan. "Terima kasih banyak ya sus." Wanita itu pun berjalan menuju bagian psikolog untuk mencari dokter Ferry.
"Tok... Tok... Tok..." Wanita tersebut mengetuk pintu suatu ruangan. "Ya silahkan masuk." Seru seseorang yang berada di dalam sana, membuat si wanita membuka pintu tersebut dan memasuki ruangan.
"Silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu?" Tanya orang itu yang tak lain adalah dokter Ferry. Wanita itu kemudian duduk dan diam untuk sesaat. "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya kembali dokter Ferry memecahkan lamunan si wanita.
"Tadi saya bertanya ke bagian receptionist untuk masalah pembayaran biaya rumah sakit ayah saya, tapi kata suster yang berjaga kalau semuanya sudah di lunasi oleh seorang anak laki laki yang merupakan pasien dokter Ferry. Apa anak itu anak bungsu dari keluarga Albern?" Tanya balik wanita itu.
"Oh jadi anda orangnya, yaa tadi saya hanya menemani Junior. Dia bilang ke saya kalau dia merasa bersalah dan ingin bertanggung jawab penuh untuk ayah anda. Tapi Junior baru saja pulang, jika anda ingin bertemu dengannya untuk mengucapkan terima kasih saya bisa berikan nomer ponselnya, meski pun saya sangat yakin kalau Junior nyaris tidak memegang ponselnya setiap hari. Bagaimana?"
"Tapi kenapa? Anak itu... Dia sudah mengacaukan saya hingga saya di berhentikan kerja, lalu sekarang dia membiayai semua tagihan ayah saya. Kenapa orang kaya suka sekali mempermainkan orang miskin seperti saya? Apa itu menyenangkan bagi mereka?" Wanita itu nampak kalut, ia juga merasa sedikit kesal dengan tindakan Junior yang semena mena.
"Junior tidak mempermainkan mu. Sebenarnya ini rahasia antar dokter dan pasiennya, tidak boleh di bocorkan kepada orang luar. Tapi saya tidak suka jika anda menilai buruk Junior dan menyalahkannya. Anak itu mengalami gangguan psikis, ia sulit berhadaptasi kepada orang asing. Jangankan untuk bicara, hanya berada di lingkungan yang penuh orang asing saja itu sudah membuatnya sangat menderita. Cemas, takut, khawatir, hingga ia berkeringat dingin bahkan bisa sampai pingsan. Dan kenapa dia hanya diam saja ketika anda bertanya, itu bukan karena ia ingin mengejek anda atau sebagainya, tapi itu karena penyakitnya. Jadi saya harap anda dapat berhenti menyalahkannya, karena dia juga tersiksa karena anda salahkan. Dan saya juga mohon kerja samanya untuk merahasiakan hal ini, karena ini adalah rahasia saya dengan Junior, namun hal ini saya sudah mendapatkan izin darinya untuk mengatakan ke pada anda hal yang sebenarnya."
Author pov end
Junior pov
Keesokan harinya, aku datang lagi ke rumah sakit ke tempat wanita itu. Aku datang tidaklah sendirian namun bersama dengan Lucas. Bagaimana aku bisa bersama dia? Jawabannya karena kemarin malam aku menghubunginya, dia sangat senang sekali dan mengatakan bahwa tebakkannya itu benar, kalau aku pasti akan menghubunginya. Lucas sangat cerewet sekali, baik bertemu secara langsung mau pun melalui telepon ini, Lucas tetaplah Lucas. Dia bertanya kenapa aku bisa diskors? Di kelas pada ramai membicarakan hal itu dan tidak ada seorang pun yang berani mengatakan yang sebenarnya, mereka semua takut berurusan dengan Fernando nantinya. Lalu aku menjawab pertanyaan itu dengan berkata, 'Seperti biasalah, dan aku hanya sedikit mengelak.' Lucas yang mendengar itu jadi semakin heboh, ia mengatakan itu keren, aku harus bisa seperti itu seterusnya. Tapi bagaimana itu mungkin? Kemarin aku bisa membalasnya saja sudah merupakan keajaiban, aku tidak yakin keajaiban itu akan terus menerus datang pada ku. Setelah mendengarkan ocehan Lucas, lalu aku pun menanyakan padanya apakah di kantor ayahnya membutuhkan karyawan?
Lucas pun kembali bertanya tanya tentang hal itu, dan aku sedikit menjelaskan kepadanya kalau aku membuat seseorang yang kerja di kantor papa ku di pecat, dan karena itu aku ingin membantunya mencari pekerjaan karena wanita itu bilang tidak mudah untuk mencari kerja. Dan pada saat itu juga aku mendengar Lucas yang sedang bertanya ke ayahnya menanyakan apa yang ku katakan tadi, dan ayahnya bilang, suruh saja orang itu datang ke kantor dengan membawa lamaran, dan katakan ke receptionist kalau dia sudah ada janji dengan ayahnya Lucas.
Itu sebabnya saat ini aku berada di rumah sakit bersama dengan Lucas. Aku mengetuk pintu ruangan dimana ayah wanita itu di rawat inap, setelah pintu terbuka dan menampilkan wanita tersebut, kita berdua masuk ke dalam begitu ia memberi izin kita untuk masuk ke dalam. Aku lihat ayahnya sedang tidur pulas, dan raut wajahnya nampak terlihat lebih tenang dari sebelumnya. "Operasinya berjalan lancar, terima kasih banyak sudah membayarkan tagihan ayah saya. Saya janji, setelah saya mendapatkan pekerjaan saya akan melunasi hutang saya walau pun harus di cicil seumur hidup saya. Dan.... Saya juga minta maaf atas perlakuan buruk saya, kemarin dokter Ferry sudah menceritakan semuanya kepada saya. Sekali lagi, tolong maafkan saya." Ucap wanita tersebut.
Aku hanya tersenyum sebelum akhirnya aku berkata, "Tidak apa apa, aku juga minta maaf. Dan ini teman ku, besok kakak bisa datang ngelamar kerja di perusahaan ayahnya." aku merasa lemas sekali, hanya bicara sedikit seperti itu saja tubuh ku terasa lelah dan perut ku sangat sakit sekali.
"Hai kak, aku Lucas temannya Junior. Semalam Junior menghubungi ku untuk menanyakan soal pekerjaan, dan papi ku bilang kalau kakak bisa datang langsung ke kantor dan katakan kalau kakak punya janji dengan pemilik kantor. Ini alamat kantornya kak, aku jamin kakak pasti keterima kerja disana." Lucas menyerahkan selembar kertas yang di terima segera oleh wanita tersebut.
"Apa ini tidak apa? Kau kan sudah membantu membayar pengobatan ayah ku, dan sekarang kerjaan juga kau bantu." Wanita itu melirik ke arah ku.
"Tidak apa, kalau bukan kesalahan ku kakak pasti masih kerja di kantor papa, dan biaya ayah kakak ini jangan kakak pikirkan, aku ikhlas bantu kakak, jadi tolong jangan pernah kakak ganti, aku tidak akan mau menerimanya nanti dan aku akan... mem...."
"Bruuuukk...."
"JUNIOR!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Junior (Ended)
Historia Corta"Kalau kau slalu berada di sisiku, kau hanya akan membuat hidup ku terasa aneh. Pergilah, aku sudah sangat nyaman dengan kesendirian ini, walau pun itu menyakitkan." Itu adalah perkataan ku ke pada murid baru yang slalu mencoba mendekati ku dan ingi...