Chap 01

1.4K 121 13
                                    

Nama ku Junior Albern, aku anak laki laki terakhir dari lima saudara. Ke empat kakak ku semuanya laki laki, dan mereka sangat menyayangi ku dan memanjakan ku. Dulu, mereka slalu ada untuk ku dan kita bermain bersama sama. Hingga aku tidak pernah berpikir untuk keluar rumah dan bermain dengan anak seumuran ku di luar sana, bagi ku... Ke empat kakak ku sudah cukup. Mereka bisa menjadi kakak dan juga menjadi teman. Di saat aku pergi keluar rumah dan di temani kakak ku yang kembar, aku bahkan tidak pernah melirik ke anak anak yang sedang bermain di lapangan sana. Bahkan, semua kakak ku tidak ada yang menyuruh ku untuk bermain di luar bersama mereka. Aku tidak terlihat sejenak saja, mereka sudah sangat panik mencari ku. Dan aku suka menjahili mereka dengan hal itu, bersembunyi dimana saja dan melihat wajah kakak kakak ku yang cemas dan sibuk mencari ku, bagi ku, itu merupakan hal yang sangat lucu. Lalu aku keluar dan mengejutkan mereka.

Selisih jarak ku dengan kakak ku sangatlah jauh, bahkan dengan kakak ke tiga dan ke empat saja selisih sepuluh tahun. Tapi hal itu tidak membuat rasa sayang mereka ke aku berkurang, dan aku juga sangat sayang sekali dengan mereka, dengan keluarga ku. Meski pun papa dan mama ku sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Papa dan mama sama sama pembisnis, dan mereka sering kali pergi ke luar kota atau pun ke luar negri demi bisnis mereka. Dan ku tebak, hanya akulah satu satunya anak yang kurang mendapatkan kasih sayang orang tua, kenapa aku bisa berpikir demikian? Jawabannya ada di album foto keluarga, aku pernah melihatnya. Dari semua album yang ada, semua nyaris terisi dengan mereka yang kumpul bersama dan pergi berlibur bersama serta foto kakak kakak ku yang sedang melakukan ini dan itu. Sementara foto ku? Sejak bayi hingga usia ku delapan tahun, dapat di lihat itu hanyalah ada beberapa lembar di album foto keluarga. Aku bahkan tidak pernah merasakan pergi berlibur bersama keluarga ku, mungkin kah ini nasib ku yang terlahir sebagai anak bungsu dengan jarak usia yang sangat jauh dari ke empat kakak ku?

Namun aku tidak boleh memikirkan hal itu, karena kakak kakak ku slalu ada untuk ku, kapan pun itu. Terutama kakak ku yang kembar, mereka kakak nomer tiga dan empat. Sementara kakak nomer dua dan satu mereka sudah sibuk dengan sekolahnya dan mereka memiliki sedikit waktu untuk ku. Hal itu tidak membuat ku sedih sama sekali, karena mereka masih ada untuk ku walau sesaat. Itu sudah cukup bukan? Sebagai anak termuda yang masih belum tau seperti apa kehidupan di saat besar nanti, aku harus mencoba mengerti.
Hingga suatu saat, papa dan mama bertengkar hebat hingga berbulan bulan lamanya. Namun aku salut, meski pun mereka bertengkar, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengucapkan kata cerai. Hanya saja, mama memilih untuk hidup berpisah dengan membawa ku seorang diri.

Di usia ku yang delapan tahun ini, aku dan mama ku tinggal bersama di kota yang berbeda. Hampir setiap malam, di appartement ini aku mendengar mama ku bertengkar melalui ponselnya, dan aku menduga kalau lawan bicaranya adalah papa ku. Terkadang aku ingin menghampiri mama dan mengatakan kalau aku ingin bicara dengan papa dan juga kakak kakak ku, karena aku sangat merindukan mereka. Tapi aku tidak pernah berani karena suatu malam aku melihat mama ku memecahkan vas bunganya di saat sedang bicara dengan papa. Sebenarnya, hal apa yang mereka ributkan hingga berbulan bulan lamanya? Aku ingin tau dan aku ingin membuat mereka bersama kembali seperti sebelumnya, hidup bersama di satu rumah yang besar itu serta penuh dengan kehangatan. Tapi, apa yang bisa di lakukan oleh anak umur delapan tahun seperti ku ini? Apakah aku bisa membuat mereka berdamai?

Saat ini, sudah setahun lamanya aku hidup bersama dengan mama ku. Dan tidak pernah sekali pun aku bicara dengan papa atau pun salah satu dari kakak kakak ku. Mereka juga tidak ada yang menghubungi telpon apartemen, alasannya apa? Aku tidak tau.
Awal aku hidup berdua dengan mama, itu merupakan hal tersulit bagi ku, mungkin hingga saat ini masih sulit. Karena aku terbiasa di manja oleh kakak kakak ku, bermain bersama mereka, sehingga sekarang aku tidak tau apa yang harus ku perbuat. Mama ku pagi pagi sudah pergi kerja dengan meninggalkan roti panggang serta segelas susu untuk ku sarapan, bahkan terkadang tidak sama sekali. Aku juga tidak pernah membawa bekal nasi lagi ke sekolah, sehingga aku harus membeli di kantin. Hal itu sungguh berat bagi ku, karena aku harus bicara dengan orang lain untuk pertama kalinya dan itu membuat ku sangatlah gugup hingga keringat dingin.

Awal kepindahan ku di sekolah, di saat aku harus memperkenalkan diri, aku hanya menyebutkan nama ku dengan sangat pelan dan menundukkan kepala. Saat itu, aku sungguh tidak sanggup menatap wajah wajah mereka termasuk guru ku sendiri. Ketika jam istirahat, banyak dari mereka yang menghampiri ku untuk bertanya tanya, aku sangat ketakutan sekali saat itu hingga aku pingsan. Dan sejak itu, entah kenapa tidak ada lagi yang mendekati ku atau pun bertanya tanya pada ku. Mungkin, aku harus bersyukur dengan hal itu.
Kemudian masalah saat di kantin, karena aku merasa gugup hingga berkeringat dingin bahkan tak mampu mengeluarkan suara, seminggu pertama aku slalu datang ke kantin, mengikuti barisan, namun setelah berhadapan dengan penjaga kantin, aku slalu melarikan diri.
Lalu di minggu ke dua ku, aku memiliki ide memesan makanan tanpa harus bicara. Yaitu dengan menunjuk makanan atau minuman yang aku inginkan.

Kemudian saat malam hari di rumah, mama slalu pulang larut malam. Sehingga tidak ada makan malam untuk ku yang di buatkan oleh mama. Ingin membeli makanan di luar, tapi aku tidak tau harus beli di mana dan bagaimana cara membeli makanan itu. Setelah itu aku berpikir untuk memasak saja, aku pernah melihat kakak kakak ku masak dan itu terlihat mudah, pasti aku bisa melakukannya kan. Namun kebahagiaan kecil ku itu musnah dalam sekejab, karena kulkas di rumah ku setelah di buka, hanya berisikan beberapa botol minuman dan kaleng bir saja. Karena makan ku yang tidak teratur, membuat ku menderita maag. Dan karena kurangnya gizi dalam makanan ku, kini aku tidak dapat tumbuh tinggi seperti anak seumuran ku. Lalu... Kesepian di dalam diri ini mulai ku rasakan, dan itu sangatlah menyakitkan.















































Akan di lanjut kalau yang baca ku rasa tidak dikit :v

Junior (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang