Chap 11

492 70 4
                                    

Aku keluar dari kantor, beberapa karyawan membungkukkan badannya seakan memberi hormat pada ku. Ku tebak, mereka pasti melihat kejadian tadi di lobby. Aku pun memilih untuk berlari agar cepat keluar kantor, setelah aku berada di halte untuk menyetop taxi, pundak ku di pegang oleh seseorang, spontan aku langsung membalikkan badan ku untuk melihat siapa pelakunya. Mata ku membulat ketika melihat wanita tadi yang sedang memegang pundak ku dengan raut wajah kesalnya.
Seketika perasaan ku berubah jadi tidak enak, aku harus melangkahkan kaki menjauhi wanita ini. Namun langkah ku kalah cepat dari cengkraman tangannya yang kemudian menarik tangan ku dan membawa ku masuk ke dalam mobilnya. Karena ini masih jam kerja, jadi tidak ada orang di sekitar sini. Wanita itu menancapkan gas nya dengan sangat cepat, membuat ku merasa horor melihat jalanan.

"Mau bawa aku kemana?" Tanya ku sambil menahan rasa takut. Takut akan berhadapan dengan orang asing, dan takut dengan wanita ini yang tiba tiba menculik ku. Mungkin kah wanita ini memiliki dendam pada ku?
"Tidak perlu tau, gara gara kau aku kehilangan pekerjaan ku. Kau harus menerima balasan dari ku!"

"Tinggal cari pekerjaan lagi, mudah kan? Toh kakak tidak di pecat ini, pasti nama kakak masih bersih dan bisa di terima di perusahaan lain." Ujar ku yang mulai berkeringat dingin.

"KAU PIKIR CARI KERJA ITU GAMPANG?!! Kau hanya bocah kemarin sore, tau apa soal kehidupan orang dewasa! Jangan sok menasehati ku!"

Setelah mendengar ucapannya itu, aku diam. Aku menyandarkan kepalaku pada kaca mobil sambil memperhatikan jalanan. Badan ku sudah sangat lemas dan berkeringat dingin, 'Aku ingin pulang.' kata itulah yang aku ucapkan slalu di dalam hati. Hingga akhirnya pandangan ku teralih ketika wanita itu menerima panggilan yang entah dari siapa dan ia nampak sangat ketakutan. Laju mobil di tambahkan, ia mengabaikan kendaraan kendaraan lainnya yang ia salip bahkan menyalakan klaksonnya. Aku hanya diam memandang wanita itu, ingin bertanya tapi tidak memiliki keberanian. Jadilah aku hanya diam membiarkan wanita ini pergi membawaku entah kemana.
Hingga akhirnya kini mobil berhenti di parkiran rumah sakit. "Cepat turun!" Titahnya yang segera ku jalankan. Aku berjalan mengekori wanita tersebut hingga berhenti di depan ruangan yang keluar seorang dokter.

"Dokter, bagaimana keadaan ayah saya?" Tanya wanita itu dengan sangat panik.
"Sekarang keadaannya sudah stabil, saya sarankan untuk segera melakukan oprasi agar ayah anda bisa segera pulih, saya permisi dulu." Dokter itu pun pergi, dan si wanita masuk ke dalam ruangan tersebut.
Aku hanya berdiri diam di depan pintu melihat si wanita yang menangis sambil memeluk ayahnya. Hingga si wanita menatap ku dan berjalan ke arah ku.
"Lihat... Ayah ku sedang berbaring lemah saat ini, dan hanya aku satu satunya keluarga yang ia miliki. Aku sangat senang dapat di terima kerja di perusahaan ayah mu itu pada dua bulan yang lalu, ayah ku bahkan membuat pesta kecil kecilan untuk ku. Tapi dua minggu yang lalu ayah ku menjadi korban tabrak lari dan sekarang mengalami pendarahan di otak. Aku butuh uang yang banyak untuk melakukan operasi ayah ku! Keadaan ku sedang kacau balau dan kau tadi datang membuat emosi ku meluap! Sekarang aku di pecat, aku tidak punya uang untuk biaya rumah sakit dan operasi ayah ku! Aku bukan orang kaya seperti mu, aku harus banting tulang untuk dapat melanjutkan hidup. Sudah puas kau sekarang melihat ku semakin hancur!"

Wanita itu menangis tanpa henti, ia bahkan memukuli bahu ku tanpa adanya tenaga. Aku yakin, wanita ini sangat prustasi saat ini. Tapi aku tidak tau bagaimana cara menghiburnya, aku juga tidak tau kata apa yang tepat untuk di katakan pada orang dewasa yang rapuh di depan ku ini.
"Kenapa? Hiks... Kenapa kau setega ini? Padahal kau hanya seorang anak kecil. Aku sudah melayani mu dengan sangat baik, namun kau hanya diam membisu. Berulang ulang kali aku tanyakan pada mu, dan kau hanya terus diam diam dan diam. Kau memancing emosi ku hingga aku kehilangan akal. Dan pak Arley memberhentikan ku. Puas kau!? Kau benar benar setan kecil! Jika saja dokter tadi tidak menghubungi ku, sudah ku buat kau hancur di tangan ku."

Setelah wanita itu mengeluarkan bebannya, ia kembali lagi ke sisi ayahnya. Ia duduk sembari memegangi tangan ayahnya. Entah kenapa hati ku terasa sangat sakit melihat keadaan di depan ku. Lalu aku memutuskan untuk keluar. "Loh, Junior? Kamu habis jenguk siapa? Apa keluarga mu yang sakit?" Tanya seseorang pada ku ketika aku keluar dari kamar inap tersebut.

Aku memandang orang itu yang rupanya seorang dokter yang ku kenal, dia adalah dokter Ferry, dokter psikolog ku.
"Dokter..." Ucap ku sendu.

"Ayo ke ruangan ku, kau bisa ceritakan semuanya pada ku." Dokter Ferry seakan tau dengan masalah ku, ia merangkul ku dan membawa ku ke ruangannya. Untuk dokter Ferry, aku tidak merasa kecanggungan, ketakutan atau hal lainnya yang biasa ku rasakan terhadap orang asing. Mungkin karena dia dokter ku yang sudah tau segala tentang ku, dan sudah lama juga aku mengenalnya. Setibanya di ruangan dokter Ferry, aku menceritakan detail masalah ini tanpa ada yang kurang sedikit pun. "Jadi seperti itu dok, aku jadi merasa bersalah dengan kakak itu. Andai aku bisa berinteraksi dengan normal ke pada orang asing, kakak itu tidak akan di pecat dan dia bisa mengobati ayahnya."

Dokter Ferry tersenyum ke pada ku, ia mengusap lembut surai ku. "Jangan merasa bersalah, kau tidak salah apa pun. Jika kakak itu tau tentang keadaan mu, aku yakin kalau kakak itu tidak akan menyalahkan mu." Ucap dokter Ferry mencoba menenangkan ku.

"Meski pun begitu, apa yang bisa ku lakukan agar kakak itu bisa kembali kerja? Jika aku meminta kak Arley untuk membuatnya kerja kembali di kantor, orang orang di kantor pasti akan mencomoohnya kan dok? Kalau begitu, kakak itu pasti tidak akan betah kerja di sana."

"Lalu, bagaimana kalau kau meminta teman mu untuk membuat kakak itu kerja di kantor orang tuanya?" Usul dokter Ferry.

"Teman? Dokter tau kan aku tidak punya teman, apa dokter lupa."

"Lucas."

"Dia bukan teman ku dok, dia hanya orang asing yang slalu berusaha mendekati ku dan mengacaukan kesepian yang sudah membuat ku nyaman."

"Coba saja kau hubungi dia, aku yakin kalau Lucas pasti akan membantu mu dengan senang hati."

"Jika dokter Ferry mengusulkan itu, maka baiklah, aku akan menghubunginya nanti. Oh ya dok, kira kira berapa biaya untuk melakukan operasi pendarahan otak?" Tanya ku yang sangat penasaran.




































Tadi aku gak sengaja publish chap 11 duluan, tapi udah aku unpub dan publish chap 10 dlu baru 11
Urutannya bener gk di kalian?
Takutnya urutannya jd gk bener

Junior (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang