Empat hari berlalu dan aku baru saja pulang ke rumah, sesuai dugaan ku, tidak ada satu pun yang tau kalau aku menginap di rumah sakit. Terbukti dari ponsel yang baru saja ku hidupkan ini, tidak ada satu pun panggilan, di group keluarga juga tidak ada obrolan sama sekali. Rasanya menyesakkan hati, namun aku sudah terbiasa dengan hal ini. Selain itu, hal yang ku kesalkan lainnya adalah, Lucas yang selalu menjaga ku di rumah sakit, dimana hari ke dua dan ke tiga ia slalu berada di sana menemani ku sepulang sekolah. Bahkan di saat sebelum berangkat sekolah saja, ia sempat sempatnya mampir untuk memberiku sarapan. Di hari ke tiga ibunya Lucas juga datang bersamanya dan menemani ku hingga siang tiba. Hal itu menyesakkan, aku sangat tidak suka berada bersama dengan orang asing. Tetapi, ibunya Lucas penuh dengan kasih sayang dan perhatian, membuat ku menangis serta merasa iri dengan Lucas yang merasakan kehangatan seorang ibu. Selain itu, ibunya Lucas seakan tau dengan apa yang terjadi padaku. Mungkin saja Lucas yang menceritakannya, anak itu mengetahui segala hal tentang ku dalam sekejab saja, menyebalkan memang. Dan pastinya mulut embernya itu bercerita ke ibunya semua tentang ku.
"Besok hari libur, pengen jalan jalan, tapi takut kalau ramai. Apa naik gunung aja yang sepi? Atau main ke hutan?" Gumam ku yang sedang memandangi ponsel. Tanpa sadar aku membuka group keluarga dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Besok hari minggu gimana kalau kita pergi jalan jalan bersama? Atau menonton film di rumah seperti dulu, sudah lama juga kan kita tidak melakukan hal itu, kak Arley, kak Erlan, kak Darwin dan kak Delvin. Mama papa kan belum pulang, jadi bagaimana kak, hanya kita berlima saja? Pasti menyenangkan, membayangkannya saja membuat ku jadi tidak sabaran."
Tanpa sengaja aku menekan tombol kirim, padahal niatan awal ku, aku ingin menghapus teks tersebut. "Ya sudahlah biarin aja, siapa tau kan kita bisa liburan bersama." Ucap ku penuh harap. Tak berselang lama kak Arley membalas pesan ku, dengan jantung yang berdebar debar aku pun membaca pesan tersebut.
"Tidak ada liburan, tidak ada waktu bersantai. Kemarin wali kelas mu bilang ke kakak kalau nilai nilai mu semakin turun, dan kau juga sering membolos. Besok gunakan waktu mu untuk belajar, aku tidak mau ujian nanti kau memiliki nilai yang buruk."
Setelah itu ada pesan masuk dari kak Erlan.
"Seriusan kak? Kemarin kakak juga bilang kalau Junior habis berantem sama teman sekolahnya, waaah adik kecil kita nakal ya rupanya. Jangan nakal nakal Jun, kamu belum tau gimana galaknya papa kalau kamu nakal. Kakak sama kak Arley tau betul rasanya, pokoknya kamu jangan nakal ya, jadi anak yang baik."
"Kak Delvin sih mau aja nemenin kamu nonton, tapi sayangnya besok kakak mau pergi ke kencan buta." Pesan yang di kirimkan oleh kak Delvin.
"Jangan macam macam kamu Vin, nanti kak Arley ngamuk lho...."
Yang terakhir pesan dari kak Darwin yang tidak ku baca semuanya, lagi lagi aku kecewa dengan harapan yang tidak akan pernah bisa terwujud ini. Kemudian aku membuka sosial media yang ku miliki, pertemanan yang terdiri dari keluarga ku, tunangan kak Arley, ke dua dokter pribadi ku, dan juga Lucas. Dan tidak pernah ada satu pun status yang ku buat di sana selama bertahun tahun. Lalu ini akan menjadi pertama kalinya aku akan membuat status. Aku mengambil gambar jam dinding yang berada di kamar ku, serta ku lampirkan kata kata disana...
"Ketika waktu berhenti, kita akan menyadari bahwa semua waktu yang telah di lalui terasa kosong. Meski pun berjuang sekuat tenaga, jari tangan tidak akan bisa memutar balikkan waktu, walau pun jari tangan dengan mudahnya memutar jarum mundur semau kita. Jangan bersedih!!! Ini pilihan kalian yang mengabaikan waktu, jangan menyesalinya!!!"
Kemudian aku memilih menuju ruang keluarga, ku jejerkan album foto yang berada di sana dan kemudian aku mengambil gambar mereka menjadi satu. Seperti sebelumnya, aku pun kembali melampirkan kata kata.
"Sebuah keinginan..... Andai terwujud..... Aku pasti akan berjuang keras!!!"
Dan yang terakhir, aku mengambil gambar ku sendiri yang sedang duduk bersandar pada sofa, dengan senyuman manis yang ku buat. Dengan kata kata ......
"Semoga bisa mengisi bagian yang kosong, walau hanya ada satu lembar."
Hari berlalu dengan cepatnya, Lucas masih saja menempeli ku kemana pun aku pergi, aku sungguh risih. Mulut cerewetnya tidak henti henti berbicara, lalu aku menatapnya dengan sangat dingin. "Hmm, ada apa?" Itulah yang ia tanyakan ketika melihat ku menatapnya. "Bisa kau menjauh dari ku? Apa kau tidak lelah setiap hari membuntuti ku dan selalu ku abaikan?" Tanya ku, dan Lucas terkekeh kecil.
"Bagaimana mungkin aku bisa lelah, kau adalah teman ku, sahabat ku, jadi aku akan slalu bersama dengan mu." Ujarnya dengan tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
"Kalau kau slalu berada di sisiku, kau hanya akan membuat hidup ku terasa aneh. Pergilah, aku sudah sangat nyaman dengan kesendirian ini, walau pun itu menyakitkan." Seru ku yang kemudian berjalan meninggalkan Lucas yang sedang tercengang. Aku tidak perduli bila dia menjadi membenci ku, yang penting dia tidak lagi mengekori ku.
Namun dugaan ku salah, Lucas dengan tampang bodohnya masih saja mengekori ku dan mengajak ku berbicara. Meski pun aku slalu menjauhinya dan mengabaikannya lebih parah dari biasanya, dia tetap saja mendekati ku. Dan aku tidak akan menyerah semudah itu, aku akan tetap seperti ini hingga dia lelah dan menjauh dengan sendirinya.
Tiga hari berlalu dan Lucas masih saja tak kenal lelah, sungguh manusia satu ini terbuat dari apa? Aku sama sekali tidak memahaminya. "Ini hadiah untuk mu, selamat ulang tahun." Seru Lucas ketika aku baru saja duduk di kursi ku. Aku menatap kado itu dan beralih menatapnya. Pikir ku, bagaimana si Lucas ini bisa tau? Aku tidak pernah mengatakan apa pun padanya kan? Bahkan aku sendiri saja lupa, yang pastinya keluarga juga lupa. Terbukti tadi pagi saja mereka hanya diam tidak memberi ku ucapan selamat. "Jangan melamun, ini hadiah untuk mu. Smoga kau suka." Lanjutnya dan aku pun mengambil hadiah yang di berikan oleh Lucas. "Terima kasih." Ucap ku padanya. "Sama sama." Lucas tersenyum dengan sangat lebar, ia terlihat sangat bahagia sekali. Mengapa seperti itu? Apa yang membuatnya sebegitu bahagia? Ini ulang tahun ku bukan ulang tahunnya, lantas kenapa dia sangat bahagia? Aku sungguh tidak mengerti. Kado? Mungkin kah memberikan kado membuatnya bahagia? Kalau begitu....
Aku melepaskan gelang tali ku, masih bagus sih karena aku juga baru membelinya beberapa waktu lalu dan jarang ku pakai. "Ini untuk mu." Aku lihat wajah Lucas dua kali lipat lebih bahagia, dia menerima gelang tali itu dan segera di pakainya. Tangannya ia angkat ke atas dan ia terus menatap gelang tersebut dengan berbinar binar, entah mengapa aku jadi tersenyum kecil melihat Lucas senang dengan gelang yang ku berikan itu. Tunggu? Tersenyum? Aku? Jadi ini kah rasanya dia bahagia seperti tadi itu? Menyenangkan.....
Anggap aja ky gini gelangnya si Jun
KAMU SEDANG MEMBACA
Junior (Ended)
Короткий рассказ"Kalau kau slalu berada di sisiku, kau hanya akan membuat hidup ku terasa aneh. Pergilah, aku sudah sangat nyaman dengan kesendirian ini, walau pun itu menyakitkan." Itu adalah perkataan ku ke pada murid baru yang slalu mencoba mendekati ku dan ingi...