Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.
Rena berlari setelah memberiku hadiah yang membuat wajahku memerah. Semua orang menatap kami yang berdiri di halaman. Jason mendekat dengan pisaunya. Logam perak itu melekat pada kulit di leherku. "Beri tahu aku kebenarannya," bisiknya di telingaku. Semua orang berteriak histeris menyaksikan hal ini. Saga hendak melangkah. "Diam kau di situ!" gertak Jason dengan pisau yang menempel di leherku. Benda pipih ini mulai menekan lapisan di kulit.
"Tu-tunggu! Tidak harus seperti ini, Jason." Aku mencoba meredam merah api yang muncul dalam dirinya. Dia tak gentar sedikit pun. Gerakan mundurku terus dia ikuti. "Katakan kebohongan apa lagi ini?"
"Aku tak bohong. Sora memang saudaraku." Jason terdiam seketika. Pisau mengilat itu terjatuh begitu saja. Aku segera memanggil nama Karin. Gadis itu segera memeluk Jason. "Tak apa. Tenanglah. Mari kita ke kamarmu." Karin segera memapah Jason menuju sebuah ruangan di dalam penginapan.
Tubuhku terasa lemas. Seketika raga yang tadi sempat bermain-main ini terjatuh. Kali ini benar-benar terjatuh. Tubuh ini menghantam rerumputan di halaman penginapan. Mataku terbuka, aku masih sadar. Hanya saja aku tak bisa menggerakkan tubuh ini sedikit pun. Saga menepuk-nepuk pipiku. Suasananya begitu kacau. Orang-orang yang tadi singgah, kini berhamburan. Sepertinya aku harus membayar banyak biaya kerugian untuk penginapan ini.
Suara di luar sana bercampur menjadi satu. Bising. Aku nyaris tak mendengar kata yang dicapkan dengan jelas. Entah apa yang terjadi, tetapi aku merasa beberapa orang mengangkatku menuju kamar. Mereka meninggalkanku sendirian di dalam ruangan kecil ini. Selang beberapa menit kemudian badanku terasa begitu ringan. Aku melihat sebuah kertas dengan tulisan yang agak berantakan ditinggalkan di meja. Segera aku berlari menuju lantai bawah dan mencari pemilik penginapan.
Beliau duduk dengan anggun di pojok ruangan. Pakaiannya yang begitu glamor membuat siapa pun dapat menemukannya dengan mudah. "Saya tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, Tuan Rema." Sambutan itu dilemparkan sesaat setelah aku memberi hormat kepadanya. "Duduklah. Mari kita selesaikan ini." Kutarik kursi di depannya dan segera duduk seperti permintaannya.
"Maaf, Nona Sela. Saya akan mengganti semua kerugian yang dialami penginapan ini pada hari ini." Perempuan itu menunjukkan tampilan hologram dari penginapan ini dan kerusakannya beserta nominal kerugiannya. Angka yang tercantum membuat jantungku seakan ingin berhenti seketika. Aku pikir tadi tak ada tanaman ataupun properti penginapan yang kurusakkan. Angka jutaan yang ditunjukkan Nona Sela sangat tidak masuk akal buatku. "Ini untuk beberapa pengunjung yang keluar lebih awal sebelum perjanjian." Aku terdiam mendengar ucapannya. Ya, mungkin ini salah satu akibat dari ulah kami.
"Sekalian tambahkan biaya penginapan saya. Besok pagi saya akan keluar dari penginapan."
Gadis itu melemparkan sebuah senyuman menyepelekan. "Totalnya lima juta koin. Mau pembayaran tunai atau cicilan?" Pebisnis seperti Nona Sela ini selalu memiliki seribu satu cara untuk mendapat keuntungan lebih.
"Sudah saya kirimkan lima juta koin secara penuh ke akun Anda. Permisi." Aku segera berdiri dan meninggalkan wanita ular ini. "Lain kali lakukan lagi ya! Hahaha!" Dia sungguh menyeramkan.
Aku kembali menuju kamarku. Menyiapkan segala sesuatu yang perlu kubawa. Sebagian besar barang-barangku dapat kusimpan dalam penyimpanan sistem kerajaan. Namun, aku tetap membawa sebuah ransel yang cukup besar untuk menyembunyikan identitasku. Ini tidak sulit kok. Hanya beberapa barang ringan dengan volume besar yang aku simpan dalam tas agar aku tak kesulitan membawanya.
Ketukan pintu menghentikanku. Aku sedikit terkejut melihat siapa yang mendatangiku, tetapi aku segera menyembunyikan kekagetanku itu. Coba tebak siapa yang datang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...