3.1

12 5 3
                                    

Safir mengikutiku dengan keringat mengucur deras. Aku yakin dia khawatir dengan saudaranya. Aku melihat kedua saudaraku yang terbaring lemah saat memasuki labirin lantai 79. Luka pada bagian kaki Rena cukup dalam, tetapi mungkin ia harus menunggu sedikit lagi sebab Saga memiliki luka pada bagian dada. Aku melihat Karin sedikit kesulitan menyembuhkan luka milik Saga. "Apa yang terjadi pada Sora?" Pemuda itu sudah tak sadarkan diri ketika aku menyentuh pipinya.

"Kami kesulitan menghadapi makhluk itu. Mereka berdua tak sengaja terkena cakarnya." Karin menjelaskan dengan singkat. Di depan kami, para pejuang tengah bertarung mati-matian dengan monster menjijikkan itu. Badannya hitam legam dengan tanduk merah dan kuku yang panjang. "Bagaimana ini? Aku khawatir aku tak bisa menyelamatkan Sora." Gadis itu merintih pilu dengan tangan penuh darah. Saudaraku yang satu itu tak kunjung membuka matanya.

Adapun Safir masih sibuk menghentikan pendarahan di kaki kiri Rena. "Kalian fokus saja dulu. Karin, percayalah kau bisa melakukannya!" seruku sambil berlari ke garda depan. Mereka membutuhkan bantuanku.

Permainan pedang tunggalku akan membunuh makhluk yang menyakiti saudaraku. Tak lupa aku meminta bantuan Jason untuk melindungiku dari belakang. Perpaduan petarung jarak dekat dan pemanah andal akan mengakhiri hidup makhluk itu. Pemuda itu terus melancarkan serangan anak panah menuju makhluk mengerikan itu. Begitu pula pedang hitam di tanganku. Di berbagai sisi yang lain, para pejuang terus memainkan senjata mereka.

"Pendarahan Saga tak kunjung berkurang! Cepat lakukan sesuatu!" Suara yang dikirimkan Safir melalui permainan otak itu membuatku mematung selama beberapa detik. "Rema! Fokus!" Jason berhasil mengembalikan jiwaku kepada keadaan yang nyata. Aku mulai kehilangan kewarasanku. Tanganku meluncur tak tentu arah. Bermain dengan makhluk kotor yang berani menyakiti saudaraku.

"Mati kau!"

Pedangku berhasil menembus dadanya. Seketika bar HP-nya menurun drastis. Makhluk itu meledak dan menyisakan sebongkah kecil batu berwarna hitam mengilap. Aku terjatuh ketika batu itu melayang tepat di depan mataku. Detak jantungku tak beraturan. Napasku begitu kacau. Tanpa pikir panjang, segera kumasukkan batu itu ke dalam saku arta yang menggantung di pinggangku lantas aku menghampiri Saga yang tak kunjung sadar.

"Segera bawa rekan yang terluka ke luar labirin!" teriakku kepada seluruh anggota regu penakluk dari berbagai serikat. Mereka segera berhamburan ke luar labirin. Pun demikian denganku yang segera meraih Rena yang terus merintih kesakitan. Adapun Jason membantuku membawa Saga. "Apa Sora akan baik-baik saja?" Rena menatapku dengan pilu. Pertanyaan yang tak dapat kujawab.

Semua dibaringkan di rerumputan. Beraneka ragam luka dengan sedikit tim penyembuh. "Tiga orang tewas. Setengah dari jumlah total mengalami luka-luka dengan lima orang luka berat pada area vital dan dua orang masih tak sadarkan diri." Dadaku terasa sakit mendengar kalimat Jason.

"Aku kehabisan tenaga." Karin terduduk lemas. Mukanya pucat. "Maafkan aku, Sora." Air matanya berjatuhan. Di hadapan Karin, Safir bergetar hebat. Gadis itu masih tetap menangis. Tangannya masih terus bermain di atas luka milik Saga. "Bangunlah!" teriaknya dengan tangan yang terus memancarkan cahaya biru. Aku melirik Rena sebentar dan mendapati gadis itu tengah berusaha menyembunyikan kesedihannya.

"Cobalah sekali lagi, Karin. Aku akan membantumu." ucapku dengan tenang. Kuletakkan tanganku di atas pundak Karin. Aku mulai menyalurkan energiku untuknya dengan harap magis yang kumiliki dapat membantu Saga secara tidak langsung.

"Tidak bisa, Rema! Aku tak bisa!" Karin telah mencoba. Setidaknya dia berusaha, mereka sudah berusaha. Namun, aku tetap tak bisa membiarkan saudaraku seperti ini. Rena memelukku dengan erat. "Lakukan sesuatu. Aku tak bisa kehilangan Saga," bisiknya di telingaku. Suaranya begitu pelan. Sungguh pemandangan yang tak enak untuk dilihat oleh kedua mataku.

Behind The Moonlight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang