"Aku yakin ini berkaitan dengan keadaan kerajaan saat ini. Apa kalian tidak merasa ada yang aneh dengan makhluk itu?" Pertanyaan Rena mulai melahirkan kode baru. "Makhluk itu seperti Centaurus dalam kisah lahirnya Tanah Rembulan yang dulu diajarkan kepada kami saat masih tinggal di kerajaan. Dia terlihat sangat marah ketika kita baru membuka gerbang itu. Jason, apa kau punya data tentang jenis makhluk yang menjaga arta di setiap lantai?" Seketika pandangan mata tertuju ke arah Jason.
"Permisi, Tuan." Gangguan dari seorang anggota Serikat Api menghentikan pembicaraan kami. Tatapan menusuk segera dilayangkan Rena dan Iris. Mereka terlalu serius saat ini.
"Ya, Tuan?" Aku membawa pemuda itu sedikit menjauh. "Kami berencana melanjutkan perburuan ke lantai selanjutnya pada sore ini. Informasi yang diterima tentang makhluk di lantai itu berupa rombongan makhluk hijau kecil."
"Maaf, kami tidak ikut perburuan untuk sementara. Tolong selalu memberikan informasi lokasi kalian kepada kami agar sewaktu-waktu dapat mengirim bantuan." Aku menyela pemuda gagah itu.
"Baik, Tuan. Saya pamit undur diri." Pemuda itu menghilang di balik kerumunan. Segera aku mendekati rekan timku.
"Bagaimana?" tanya Iris. "Mereka akan melanjutkan perburuan. Kita tidak akan ikut." Mereka menatapku bingung, seolah bertanya alasan kami tidak ikut. "Aku dan Rena punya hutang penjelasan kepada kalian. Sepertinya ini waktu yang tepat. Apa kita bisa kembali ke penginapan saja?" Mereka mengangguk bersama.
"Oh, ya! Jason bilang, makhluk yang menjaga arta penting seperti penghancur, pelindung, dan penyembuh, cenderung makhluk yang selalu siaga dan tidak mengusik jika tidak diganggu. Itu artinya sudah ada yang memasuki ruangan itu lebih awal dari pasukan kita." Aku mengangguk mendengarkan ucapan Rena. Sepertinya ada kelompok yang ingin mendapatkan arta itu atau kelompok yang tidak menyukai pergerakan kami.
Kami menggunakan arta teleportasi agar tiba di portal utama dengan cepat dan segera beristirahat di penginapan. Aku memikirkan apa yang harus dikatakan kepada mereka ketika tanganku menurunkan pedang yang kubawa. "Kata ayah, pedang ini menyimpan segala yang ia makan. Apa kau bisa memuntahkannya kembali? Warnamu terlalu hitam jika dibandingkan dengan dirimu saat pertama kali kudapatkan."
Aku menyadari sesuatu saat berbicara sendiri dengan pedangku. Rena berada dalam pikiranku saat ini. Aku bergegas menemuinya di lantai bawah dan terlihat ia sedang menghirup aroma kopinya. "Kau masih tidak bisa mempercayai orang lain. Itu alasan yang kau miliki untuk terus berbohong kepada orang-orang yang jelas mempercayaimu. Kau masih menyimpan luka itu, Kak." Ucapan Rena menusuk jantungku.
Itu benar adanya. Acap kali aku menyembunyikan jati diriku. Pada akhirnya, aku benar-benar kehilangan diriku yang sebenarnya. Suara dalam otakku selalu berkata bahwa orang lain tak bisa menerimaku seperti saat ini jika mereka melihat diriku yang sesungguhnya. Oleh karena itu, aku meminta latihan keras kepada Paman Tomo agar aku bisa sepadan dengan ayah. Permintaanku itu jauh sebelum Raja Aaron meminta kami belajar penggunaan pedang.
"Percayalah pada kami, pada ibu, pada orang-orang di dekatmu."
"Aku tidak bisa, Rena. Akan sulit jika kalian tak bisa menerimaku." Dadaku terasa sesak. Baru kali ini aku merasa sedemikian sulitnya bernapas.
Kami terdiam. Hanya suara orang-orang bercengkerama yang memenuhi lantai ini. Keheningan yang melahirkan beragam pemikiran.
"Sudah lama menunggu?" Ketiga rekan kami menghampiri meja ini dan segera duduk. "Tidak, Karin. Baru beberapa menit," jawab Rena, menanggapi sapaan dari gadis ceria kami yang begitu perasa.
"Langsung saja. Aku ingin meminta maaf atas nama Rema dan Rena. Benar bahwa kami anggota Keluarga Avaron. Namaku Avaron Evangelista Nadir dan ini kakakku, Avaron Delvan Marvin. Dia seharusnya menjadi calon raja baru jika sewaktu-waktu Raja Aaron mundur dari posisinya. Namun, lihatlah! Pria ini lebih memilih mengikuti kata hatinya dan membantu kalian. Aku merasa beruntung bisa bergabung dalam tim ini. Dia merasa ada kejanggalan dalam sistem kerajaan saat ini dan menolak posisi panglima. Aku benar-benar berharap kalian mau memaafkan kami dan membantu kami memecahkan ini." Ucapan Rena diterima rekan kami dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...