3.2

8 5 0
                                    

Plak!

Tamparan keras dilayangkan Saga ke wajah Rena. "Sekarang apa?!" Gadis itu akan mulai menyembur Saga dengan kalimat yang tak mengenakkan. "Kau terus saja membela gadis itu! Yang sebenarnya saudara kandungmu itu aku! Kalau tak suka padaku katakan saja! Apa lagi yang kau mau?! Kau bahkan sudah membuangku! Kau yang—"

"Cukup." Tanpa pikir panjang aku segera memeluknya. Gadis ini menangis sesenggukan. "Tenanglah. Kau punya aku. Tenang, ya?" bisikku terus-menerus di telinganya. Aku memberikan kode kepada Jason untuk segera memasang tenda. Tanganku terus mengusap punggung Rena. Satu hal yang ada di kepalaku adalah cara membuatnya tenang. "Mungkin lebih baik kami pergi saja." Aku menggeleng keras mendengar kalimat Saga. "Tidak, Sora. Kami masih membutuhkanmu. Setidaknya sampai kaki Rena mulai lebih baik."

"Aku baik-baik saja! Besok pasti sudah sembuh. Karin akan mengurusnya, 'kan?" Karin menunduk dalam mendengar perkataan Rena. "Karin ... jawablah."

Karin hanya menggeleng. "Aku setuju dengan Rema. Aku pikir kita perlu bantuan Sora." Suara Karin begitu pelan, nyaris tak terdengar.

"Benar-benar–"

"Rena! Cukup. Berhenti bersikap seperti ini. Ini demi kebaikanmu." Aku menoleh ke arah Jason yang sedang memasang tenda. "Diamlah di sini. Tak usah banyak bertingkah." Tanpa banyak bicara lagi, aku meninggalkan para gadis dan mengajak Saga untuk membantu Jason.

Tak perlu waktu terlalu lama dan tenda kami sudah berdiri kokoh. "Kami masih membutuhkan bantuanmu, Sora. Tolong bersabar sedikit lagi ketika menghadapi Rena." Saga hanya mengangguk kecil. Senyumnya yang penuh keyakinan itu membuatku percaya. "Aku berada di sini atas keinginanku sendiri. Jadi, sepertinya aku masih bisa bertahan karena aku yang memilih ini." Lelaki ini lain dari diriku. Dia jauh lebih sulit ditebak. Namanya juga bermuka banyak, haha.

"Aku sedikit terkejut saat kau merendahkan badan dan menampar Rena dengan tiba-tiba. Itu mengerikan sekali." Jason menutup mata saat mengatakan hal itu. Mungkin masih terbayang dalam benaknya tentang cara Saga menampar Rena.

"Gadis itu harus mendapatkannya, setidaknya sesekali. Ia harus lebih banyak belajar untuk menghargai orang lain dan menjaga ucapannya." Saga memalingkan wajahnya. Sekilas mata terlihat aura biru gelap yang memancar dari tubuhnya. Sepertinya ada penyesalan yang tengah memenuhi hatinya.

Aku tak lagi menghiraukan pemuda itu. Segera aku menghampiri Rena dan membantunya untuk masuk ke dalam tenda. Matahari mulai tergelincir ke ufuk barat. Kami segera mengelilingi area hutan di lantai ini untuk menemukan kayu bakar. Kami meninggalkan Rena dan Karin di dalam tenda dan larut dalam percakapan mereka.

Aku menemani Iris ke arah timur. Ada banyak pepohonan dengan ranting patah di bawahnya. "Menurutmu, apa mereka akan baik-baik saja?" tanya Iris ketika kami memungut ranting-ranting di bawah pohon besar yang rindang ini.

"Tentu saja. Semua akan baik-baik saja. Karin adalah peredam panas hati terhebat." Iris terkekeh kecil mendengar ucapanku. Beberapa saat kemudian kami kembali ke tempat tenda kami terpancang.

Kedua gadis itu tersenyum menyambut kami. Rupanya Karin telah menyiapkan sebuah ketel berisi air. "Segera nyalakan apinya, ya? Aku ingin membuatkan minuman hangat untuk Rena," pinta Karin yang kusambut dengan anggukan. Iris membantuku menata kayu untuk menyalakan api unggun. Beberapa saat kemudian, api telah menyala dengan cahaya merah kekuningan yang menyejukkan. "Kaki Rena akan segera sembuh. Tadi aku mencoba mengobatinya lagi."

Aku tersenyum mendengar ucapan Karin. Sesuatu yang cukup melegakan. Perasaan lega di hatiku semakin bertambah ketika Jason, Saga, dan Safir kembali dengan tumpukan kayu di tangannya. Bahkan, Jason juga menarik dahan besar dengan seutas tali.

Behind The Moonlight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang