Perasaan itu benar adanya. Sudah tiga puluh menit kami berputar-putar. Itu berarti bahwa kami sudah di hutan ini selama satu jam. "Kak," panggil Rena dengan suara yang semakin pelan. "Tidak apa-apa. Tenang saja," ucapku. Tak lama kemudian aku melihat seutas benang melambai-lambai. Benang yang sempat aku ikat di dekat pohon tumbang tadi.
"Kita sudah dekat," ucapku pasti.
Benar saja. Aku melihat ketiga rekan kami duduk menunggu di bawah pohon rindang yang sempat kutandai. "Syukurlah," gumam Rena. Kami mulai bernapas lega.
"Kalian lama sekali," gerutu Jason.
"Itu–" Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Rena menarik lengan bajuku. Dia menggeleng kecil dengan muka kemerahan. "Ya, kami terlalu asyik mencari ini," dalihku. Sepertinya Rena tak ingin mereka tahu bahwa kami sempat tersesat.
Aku menyerahkan perolehan kami kepada Iris. "Hanya ini yang kalian dapatkan?" Aku cengar-cengir tak bersalah bersama dengan Rena saat Iris bertanya tentang hasil kami. Rena segera mengeluarkan serangga yang dibungkus dengan daun dari dalam sakunya. "Ini ada lagi," ucap Rena sembari menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Bukan hanya si kakak, adiknya pun sama." Kami hanya tersenyum sepintas untuk menanggapi ucapan Jason. "Ini cukup untuk kita, kan?" tanya Rena yang disambut anggukan oleh Iris.
"Ya, sudah. Mari segera kembali dan menikmati perolehan kita. Lihatlah, Jason sudah kelaparan." Iris menunjuk Jason yang kebetulan sedang memegangi perutnya. "Aku lagi," keluh pemuda itu. Kami terkekeh kecil melihat tingkah Jason.
Kami pun segera kembali ke lokasi dan membagi tugas. Karin dan Rena segera memasak perolehan kami di belakang tenda. Iris menata seisi tenda kami sedangkan Jason dan aku bertugas membersihkan area luar tenda. Perasaan senang mengisi relung hati. Ada kebahagiaan tersendiri dari kegiatan yang diselenggarakan orang-orang baik ini.
"Rema!" Aku segera menghampiri Karin yang memanggilku dengan semangkuk makanan. Tak lama kemudian Rena juga datang dengan mangkuk yang berbeda dan memanggil Jason. "Rema, antarkan ini ke tenda yang itu," pinta Karin dan menunjuk tenda di kanan kami. Adapun Rena meminta Jason untuk mengantarkan makanan ke tenda di sebelah kiri tenda kami.
Aku segera mengantarkan sup jamur ini ke tenda yang dimaksud Karin. "Permisi, Nona," sapaku pada gadis yang sedang membersihkan ikan. "Ya, Tuan?" Ia menghentikan kegiatannya sesaat.
"Ini ada sedikit makanan untuk kalian," ucapku setelah menyerahkan mangkuk yang kubawa.
"Ah, terima kasih. Tolong tunggu di sini sebentar, ya." Ia menerima mangkuk itu dan segera masuk ke dalam tenda. Tak lama kemudian gadis itu kembali dengan beberapa potong ikan bakar yang diletakkan di atas daun. "Ini untuk kalian," ucapnya. Aku menerimanya dengan senyuman. 'Seperti barter,' batinku.
"Terima kasih," ucapku dan segera berpamitan lantas kembali ke tenda kami.
"Aku membawa hadiah untuk kalian!" seruku saat masuk ke dalam tenda kami. Gadis-gadis itu tengah sibuk menyiapkan sarapan kami. "Wah! Terima kasih. Mereka baik sekali," sambut Karin yang segera merebut piring itu dari tanganku.
Tak lama kemudian Jason kembali dengan sebotol minuman yang terlihat menyegarkan. "Wah! Kau juga membawa oleh-oleh? Astaga! Keberuntungan bagi kita hari ini." Aku menahan tawaku saat Karin mengatakan hal tersebut. Tidak benar-benar menjadi keberuntungan jika ia mengetahui apa yang Rena dan aku lakukan di dalam hutan tadi.
"Ayo kita makan. Cacingku sudah menangis ini," canda Jason dan segera menyambar makanan di hadapan kami. Kami pun segera menyusul pemuda itu.
Jason yang sudah selesai paling awal pun segera pergi ke luar. Ingin mencari udara segar, katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...