Tebasan demi tebasan para ksatria itu tak kunjung menghasilkan goresan pada leher drakon itu. Kulitnya yang tebal berlapis sisik hitam berkilau itu sepertinya sangat keras. Seorang perwakilan dari sebuah serikat kecil memberikan kode kepadaku untuk menahan diri. "Jason, tolong bantu sisi kiri. Sepertinya mereka perlu bantuan." Jason segera berlari ke sisi kiri dan bersiap melemparkan anak panah dari kejauhan.
"Rema, lebih baik kita juga berpencar dan membantu mereka untuk mencari titik lemah makhluk ini. Aku tidak bisa terus diam," tutur Iris yang terus melirik kanan dan kiri mencari-cari sesuatu. Tangannya mencengkeram erat pedang kesayangannya.
"Tunggu sebentar, Iris." Kuhadang Iris dengan ujung pedang. Aku menoleh ke arah Karin. "Bantu para penyembuh dan tolong cari titik buta dari drakon itu, ya?"
Tanpa banyak bertanya, Karin segera berlari ke tengah arena. Gadis itu asyik melompat dan berlari di antara senjata yang saling beradu. Mataku segera menangkap kode dari Nona Serikat Air. Mereka mulai serius dengan perburuan ini.
"Rema!"
"Ah? Apa?" Tatapan Rena mengisyaratkan api amarah dalam dirinya.
"Kau ini selalu saja melamun di saat-saat seperti ini. Pikiran sesuatu!" Hanya senyuman kecil yang kuberikan sebagai balasan. Makhluk besar itu mulai menumbuhkan kepala baru setelah salah satu kepalanya terpenggal.
Satu kode lagi dikirimkan oleh Nona Serikat Air. Bersamaan dengan hal tersebut, Karin menghampiriku dan menunjukkan sesuatu yang berbeda pada leher drakon itu. Aku tersenyum lebar. Seakan tahu apa yang ada di pikiranku, Karin segera memanggil Jason untuk kembali.
"Sudah?" tanya Jason saat melihatku mulai mengeluarkan pedang kedua. Aku mengangguk mantap. "Batu merah itu harus kita ambil," ucapku sambil menunjuk bagian berwarna merah pada leher drakon. Mereka terlihat bingung saat aku mengatakan hal tersebut. "Rena, bantu aku. Tusuk tepat pada batu itu dan aku akan menebasnya dari sisi belakang. Iris dan Sora, jaga Rena dari samping. Aku akan memutar." Mereka segera mengambil posisi. Kuda-kuda yang kuat terpasang kokoh baik pada Nona Penyembuh Karin maupun para penyerang kami.
Tak lupa aku menghampiri Nona Serikat Air dan memintanya untuk mengatur serikat lain agar kami memiliki sedikit waktu. Aku sedikit bermain-main dengan kaki drakon itu. Sisiknya mungkin sangat mahal jika dijual. Namun, waktu terus berjalan jadi aku tak boleh tergoda akan indahnya sisik drakon yang legam itu.
Anak panah yang dilemparkan oleh Jason menjadi isyarat untukku. Bersama beberapa ksatria lainnya, aku mulai menginjak-injak tubuh drakon itu. Segera aku menuju kepala abadi drakon dan bersiap menebas lehernya.
"Rena!" Gadis itu menusuk leher drakon dengan pedangnya tepat pada titik yang kuharapkan. Tanganku terayun mulus menebas leher drakon itu bersama dengan pedang Saga dan Karin. Seketika kepala itu terjatuh dan menggelinding di lantai ruangan. Dengan secepat kilat aku berlari dan meraihnya.
"Nona, cepat dinginkan leher yang sudah terpotong itu!" titahku kepada Nona Serikat Air. Sedangkan kepala di tanganku terayun indah dengan sedikit darah yang masih menetes. Kulumuri pedang hitamku dengan sisa darah pada kepala abadi drakon ini. Warnanya merah pekat, jauh lebih kental daripada darahku. "Ini batunya," ujar Rena saat menyerahkan batu merah yang dia dapatkan. "Untuk apa batu itu?"
Aku meraihnya dan segera menusuk batu itu dengan ujung pedangku. Seketika batu itu hancur berkeping-keping. Bersamaan dengan hal tersebut, tubuh serta kepala drakon itu lenyap seketika. Makhluk itu meninggalkan sebongkah batu berwarna hitam yang meledak tiba-tiba. Ledakan yang cukup kuat untuk menghancurkan menara di istana kerajaan. Menyisakan luka pada beberapa anggota yang berada di dekatnya.
Tanpa banyak bicara, kami segera keluar dari labirin ini. Seperti biasa, para penyembuh seperti Karin akan sibuk mengurus orang-orang yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Moonlight (END)
FantasyAku terlalu percaya diri hingga melupakan hal-hal penting di dunia ini. Ikatan dan kepercayaan adalah salah satu kunci hidup yang bermakna. Dahulu aku melakukannya, kini mereka berbalik arah. Inikah yang kalian sebut sebagai karma? Ini perjalananku...